Minggu, 28 Juni 2009

Ibroh 1: Gadis di Angkutan Umum

Berbagai macam peristiwa terjadi didunia ini. Penderitaan, kepedihan, kebahagiaan, suka, dan duka seakan menyatu dalam lingkaran yang tak berujung. Kenyataan yang tak sesuai dengan impian seakan menjadi duri yang senantiasa menusuk hati dikala senja yang sunyi.
Aku terdiam saat melihat dua kenyataan yang sama sekali berbeda yang terjadi pada dua gadis yang sebaya. Yang satu dengan mudah tanpa harus berpusing-pusing ria dapat masuk kesekolah manapun yang dia inginkan, nilai pas-pasan tak jadi masalah buatnya. Dengan ekonomi keluarga yang memungkinkan, dia dapat memilih dan merasakan dunia sekolah dan dunia kampus serta merasakan indahnya bunga-bunga mekar di taman keremajaan.
Sedangkan gadis yang lain harus bersusah payah hanya untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi, meski dengan nilai yang terbilang gemilang. Harus rela berpanas-panas ria berlomba dengan terik mentari untuk sampai ketempat kerja, tanpa ada dispensasi hanya untuk sekedar menikmati sejuknya taman kampus. Tak ada waktu untuk menertawakan dosen yang ngawur saat mengajar, atau untuk "memeras" teman agar mentraktir dikantin. Yah, dia harus berlomba dengan anak-anak lain yang senasib dengannya untuk mendapatkan sebuah angkutan yang membawanya ke tempat kerja dipojok kota. Kadang hal-hal seperti ini sulit untuk ku mengerti dengan akalku, tapi inilah hidup. Tak banyak yang dapat dimengerti dari nasib, karena Allah punya rencana sendiri untuk hambaNya, dan yakinlah rencana itulah yang terbaik.
Gadis berjilbab itu tersenyum dan duduk disampingku. Tampak jelas kelelahan yang tergambar di wajahnya, yang merah terbakar matahari, namun ia masih dapat menyumbangkan seulas senyum manis ditengah sumpeknya angkutan umum di jam satu siang ini.
" Ketemu lagi, mbak" katanya menyapaku.
"He'eh, habis satu arah sih pulangnya" jawabku, sambil balas tersenyum padanya.
"pulang dari kampus ya ?" kataku lagi.
"iya, mbak juga dari kampus ??"
"iya"
"Rumah mbak dimana ??" katanya, seraya membenarkan duduknya saat ada penumpang yang turun.
"Saya nggak pulang kerumah, tapi ke warnet" kataku lagi.
"oh, lagi banyak tugas ya ?"
" nggak, saya kerja diwarnet, makanya pulang kuliah terus ke warnet, soalnya capek kalau harus pulang kerumah lagi, kamu sendiri pulang kemana ??" tanyaku padanya.
" ke pasar mbak"
"rumahmu dekat pasar ?"
" nggak, saya kerja dipasar. Saya penjaga toko mbak" katanya.
"toko apa ?" kataku ingin tahu.
" toko sembako mbak" jawabnya.
"o ya dari jam berapa kerjanya"
" dari jam setengah dua sampe jam delapan malem" jawabnya lagi
Ya Allah, aku sempat tercengang dengan jawabannya. Bayangkan saja gadis bertubuh kecil ini harus pergi pagi untuk kuliah, harus pulang malam, dan bekerja di toko sembako pula, toko yang menurutku paling sibuk sedunia. Aku sempat menatapnya sebentar. Kulihat sosok mata bening itu begitu tegar. Aku benar-benar malu padanya. Aku yang bekerja sebagai operator warnet kadang kala mengeluh ngantuk, tidak tidur siang dan sebagainya. Sedangkan gadis ini harus bergulat dengan beras, gula dan entah bahan makanan apa lagi yang dijual pemilik toko tempatnya bekerja.
"untuk biaya kuliah mbak." katanya seakan dapat membaca pikiranku.
"Capek dong tiap hari kayak gini" kataku menaruh iba.
"capek sih iya mbak, tapi alhamdulillah udah biasa. Lagian kalau nggak gini, gimana juga mbak. Biaya pendidikan makin tinggi. orang mau pinter kan mesti usaha. Allah nggak akan meninggalkan hambaNya yang berusaha. Insya Allah orang yang memiliki ilmu akan di tinggikan derajatnya oleh Allah"
"Iya, semoga kita termasuk kedalamnya ya " jawabku tersenyum.
"Amin ya Robbal"alamin" ia balas tersenyum kearahku.
Akhirnya kami berpisah didepan warnet tempatku bekerja. Hanya do'a yang mengiringi kepergiannya, semoga Allah selalu berada dalam hatinya dan cinta Ikhlasnya hanya untuk Sang Pemilik Cinta.
Hari ini satu lagi hikmah yang dapat ku ambil. Aku bersyukur karena Allah tidak memberikan aku sebuah motor yang bisa kukendarai, jika dengan angkutan umum aku bisa lebih dewasa dan kaya akan hikmah. Ya Allah berapa banyak gadis-gadis seperti dia di negeri permai Indonesia ini, yang tak mampu untuk mendapatkan kesempatan pendidikan. Namun tak banyak yang berhati baja dan berkemauan keras seperti dia. Jika hamba boleh meminta, maka luruskanlah niatnya dan bukakan jalan rahmatMu untuknya. Semoga akan terlahir lagi gadis-gadis seperti dia. Islam, agama yang kucintai dengan hati dan jiwa, hari ini lihatlah wanita yang insya Allah akan memegang panji-panji ilmu atas nama Allah. Indonesia, ibu pertiwiku yang indah, hari ini seorang calon putrimu yang baik sedang menapakkan langkah ke pasar demi menuntut ilmu untuk membangunmu. Tersenyumlah jangan bersedih lagi.
Indahnya hari ini. Kulihat pintu warnet terbuka lebar seakan tersenyum manis menyambutku. Sekali lagi, Ya Allah aku bersyukur padaMu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar