Senin, 29 Juni 2009

"...NG-ILMU Yuukk.." (By. Ambar Sari Setiadi)

Assalamu'alaikum
Sahabat Akherat-ku...

ILMU adalah 'Raja' Dari Segala Kehidupan, Why di katakan 'Raja', Coz :

Belajar 'Hidup Sukses' Perlu Ilmu biar hidupnya sukses..,
Belajar 'Mengartikan Hidup' Perlu Ilmu biar hidup nya berarti banget..,
Belajar 'Mengenal ALLAH' pun Perlu Ilmu, biar bisa mengenal dirinya maka akan mengenal Tuhannya...

Tanpa Ng' ILMU..., Kita Tidak Akan mengetahui bahwa >:
ALLAH Menciptakan kita untuk hidup, bukan asal hidup aja juga bukan untuk sia-sia-in hidupnya..,
Yang bener bahwa kita di hidupkan ALLAH harus bisa mengartikan HIDUP itu Harus lebih Bermakna dan Bermanfaat semaksimal mungkin..
Warnai Kehidupan-mu Dengan Baik dan Indah, Agar Ridha ALLAH Selalu Bersama dalam kehidupan-mu...

“Hanya sesunguhnya Tuhan Kamu adalah Allah yang tiada Tuhan melainkan Dia. Ilmu-Nya meliputi segala sesuatu“. (Q.s. Thaahaa 20:98).

“Ya Allah, sesungguhnya saya berlindung kepada MU dari ilmu yang tidak bermanfaat, dan dari hati yang tidak bermanfaat, dan dari hati yang tidak khusyuk, dan dari nafsu yang tidak kenyang-kenyang, dan dari do’a yang tersia-sia”.

Jadi...gini neng-nong --:>
Pokoke kuncinya untuk 'NG-ILMU' adalah, kita Kudu Istiqomah yahh.., trus setelah diri kita sudah ber'ilmu alias jadi pinter, syaratnya harus punya sikap Tawadhu (Rendan Diri) iya gak, and ga boleh somse lohh..
Soale biar Ilmunya Barokah.., kalo sudah barokah hidup kita pasti nilai ibadahnya or Amalyiah kita melimpah ruah, nah kalau udah banyak amal shalihnya, sok pasti hidup kita selalu dalam Ridha Allah...

Nah semua itu berkesinambungan satu sama lainnya, jadi >:
Tanpa ilmu- tanpa tawadhu - tanpa di amalkan pasti ga barokah, kalo udah gini pasti Ridha Allah ga akan pernah ada lah..,
Ya kalo ga ada barokahnya cacatlah amal shalih dan ibadahnya .. Jadi ga dapet apa2 deh..sama aja bo'ong neng..

Yuuukkk...NG-ELMU..!!!!!!!...Mau kan..

Semoga Barokah dan Kebaikan Allah Selalu Bersama-mu Hari Ini Ya. Amin 99x -->Teruslah Syiar Dan Jihad Kebaikan Hanya Karena Allah Swt...

Wasalam
Ambar Sari Setiadi
(28 June 09)

Please Comment To : http://www.facebook.com/topic.php?uid=85617327937&topic=8978

Visit My Group "CINTA ALLAH 100%"
http://www.facebook.com/group.php?gid=85617327937

Mengetahui keutamaan khusyu dalam shalat

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Bismillahirrahmanirrahiim…
Mengetahui keutamaan khusyu dalam shalat. Diantaranya sabda nabi : "Seorang muslim yang menghadiri shalat fardhu lalu ia baguskan wudhunya, khusyu dan rukuknya, melainkan itu sebagai kafarat atas dosa-dosa sebelumnya selama ia tidak melakukan dosa besar. Ini adalah untuk sepanjang masa" (H.R Muslim)

"Berdoalah juga untuk umum (kaum muslimin)

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Bismillahirramanirrahiim…
Ali Ra berkata, "Rasulullah Saw lewat ketika aku sedang mengucapkan do'a : "Ya Allah, rahmatilah aku". Lalu beliau menepuk pundakku seraya berkata, "Berdoalah juga untuk umum (kaum muslimin) dan jangan khusus untuk pribadi. Sesungguhnya perbedaan antara doa untuk umum dan khusus adalah seperti bedanya langit dan bumi." (HR. Ad-Dailami)

Tidak shalat dengan mengenakan pakaian yang bergambar

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Bismillahirramanirrahiim…
Tidak shalat dengan mengenakan pakaian yang bergambar atau bertuliskan atau berwarna yang dapat mengganggu orang yang shalat. 'Aisyah r.a: Nabi  shalat dengan mengenakan pakaian yang bercorak/bergaris, maka beliau memandang pada coraknya. Seusai shalat beliau bersabda: "Bawalah pakaian ini ke Abu Jahm bin Hudzaifah, dan tukarlah dengan pakaian yang tidak bercorak, karena tadi shalatku terganggu karenanya" (H.R Muslim)

Adam dan Hawa

Aku kemarin belajar tafsir dengan ustadz Abdullah Amin.
Wouuww…. ternyata yang aku tahu tentang Nabi Adam selama ini banyak yang salah.

Mau tahu salahnya?

Nabi Adam dikeluarkan dari surga karena satu kesalahannya yaitu makan buah kuldi hehehe….ini adalah ketidak tahuanku, padahal ayatnya berbunyi ….

QS 7:19 = (Dan Allah berfirman): “Hai Adam bertempat tinggalah kamu dan isterimu di surga serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang2 yang zalim”.

QS 2:35 = Dan Kami berfirman : “Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan2nya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang2 yang zalim.

Waktu Allah berbicara kepada Adam, jaraknya jauh apa dekat?
Jawab : Dekat! ( darimana tahu kalau dekat? dilihat dari kalimat “pohon ini” kalau ngomong “ini” berarti dekat, kalau “itu” berarti jauh).

Di surga segalanya sudah dijamin yaitu sandang, pangan, papan, coba lihat ayatnya di 20:117, 118, 119

20:117 = Maka Kami berkata : “Hai Adam, sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh bagimu dan bagi isterimu maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang menyebabkan kamu menjadi celaka.

20:118 = Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan (pangan) di dalamnya dan tidak akan telanjang (sandang)

20:119 = dan sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan tidak (pula) akan ditimpa panas matahari di dalamnya (papan).

7:20 = Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan syaitan berkata : “Tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang2 yang kekal (dalam surga)”

Di ayat ini “syaitan” adalah dalam bentuk tunggal, sudah disebut syaitan karena sudah membisik-bisikan pikiran jahat. Sebelumnya masih di sebut “iblis” di surat 7: 12, 14, 16.

Apa bedanya syaitan dengan jin ? selama masih belum membisik-bisikan pikiran jahat masih disebut jin, tapi kalau sudah membisik-bisikan pikiran jahat maka disebut syaitan. Jadi syaitan itu bisa berbentuk jin bisa juga berbentuk manusia (bentuknya manusia tapi kelakuannya syaitan).

6:112 = Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap2 nabi itu musuh, yaitu syaitan2 (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan2 yang indah2 untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.

Pak, mau nanya ya.... apakah syaitan itu punya keturunan?
18:50 = Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat : “Sujudlah kamu kepada Adam”, maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain dari-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang2 yang zalim.

Di Al Qur’an tidak diceritakan apakah jin itu menikah dan kalau menikah apakah mereka mengadakan walimah? Tidak diceritakan!

Manusia kalau sudah digoda oleh syaitan maka pada hakekatnya sudah menjadi telanjang (walau kenyataannya masih pakai pakaian lengkap bahkan dengan memakai dasi sekalipun).

7:20 = Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan syaitan berkata : “Tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang2 yang kekal (dalam surga)”

Syaitan menjadi juru penasehat Adam dan Hawa. Padahal Iblis sudah keluar dari surga, jadi iblis menggoda dari jarak jauh.
7:21 = Dan dia (syaitan) bersumpah kepada keduanya (Adam dan Hawa) : “Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua”

Yang digoda sebenarnya Adam, tapi kedua2nya makan, karena pada hakekatnya isteri ikut suami. Apa iya? Siapa sebenarnya yang digoda? Adam atau Hawa atau keduanya? Jawabnya : Adam! Mari kita buktikan di ayat berikutnya:

20:120 = Kemudian syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata : “Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?”

“Setan membisikkan pikiran jahat kepada Adam”
Besar mana antara godaan perempuan dengan godaan setan? Sebagian menjawab “besar godaan setan” dan sebagian lagi menjawab “besar godaan perempuan”
Ustadz bilang “berarti perempuan tukang penggoda ya?” hahaha…
Ya ternyata jawaban yang benar adalah: berat godaan perempuan!

Godaan perempuan itu besar disbanding dengan godaan setan itu, karena godaan setan itu lemah. Yuk kita buktikan di Al Qur’an….
12:28 = Maka tatkala suami wanita itu melihat baju gamis Yusuf koyak di belakang berkatalah dia : “Sesungguhnya (kejadian) itu adalah diantara tipu daya kamu (perempuan), sesungguhnya tipu daya kamu (perempuan) adalah besar”

Bagaimana tipu daya setan? Oh...ternyata tipu daya setan itu lemah!
4:76 = Orang2 yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang2 yang kafir berperang di jalan tagut, sebab itu perangilah kawan2 syaitan itu, karena sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah.

Wah ternyata Yusuf itu tidak bisa digoda oleh perempuan! apalagi setan ya… (karena tipu daya setan kan lemah).

Sudah menjadi naluri manusia, kalau telanjang maka akan segera menutup kemaluannya.
Setelah pakaian Adam lepas maka segera menutup dengan banyak daun (ini menunjukkan bahwa pakaian ketat itu tidak wajar).
Setan itu adalah musuh yang nyata 7:22.
Setelah Adam dan Hawa melanggar larangan Allah, maka mereka jauh dari Allah (bisa dilihat dari firman Allah sewaktu melarang “janganlah kamu berdua mendekati pohon ini” tapi setelah mereka melanggar Allah berfirman “Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu”

Kenapa setelah tergoda kok langsung pakaiannya lepas?
Karena pakaian surga tidak wajar untuk manusia yang bermaksiat.

7:20 setan bertujuan untuk menelanjangi, jadi begitu mengikuti setan maka otomatis telanjang.
Di duniapun kalau sudah mengikuti langkah setan maka hakekatnya telanjang, walau masih memakai baju, tapi kalau Adam dan Hawa benar2 telanjang.

2:36, 37 Adam masih di surga, Adam disuruh turun.
Kira2 Adam sudah nyampai ke bumi apa belum? Belum! Dari mana tahunya? Dari kalimat “Turunlah kamu!”.

2:38 diperintah turun lagi untuk ke dua kalinya.

7:23 Nabi Adam dan Hawa berdoa, setelah berdoa Allah berfirman....
7:24 tempat tinggal menetap adalah di bumi (jadi bukan di angkasa lho....!)

Jadi sewaktu turun ke bumi sudah tidak membawa dosa, karena sudah diterima taubatnya, sudah jelas di ayat 20:122.

Weleh2…selama ini tahunya Nabi Adam berdoa “Rabbanaa zalamnaa anfusanaa wa il lam tagfir lanaa wa tarhamnaa lanakuunanna minal khaasiriin” selama seratus tahun…

Allah memilih Adam menjadi khalifah dan memberi petunjuk dan hidayah.
Adam dan Hawa turun bersama atau terpisah? Konon.. yang saya turunnya terpisah selama 100 tahun berjalan di padang pasir sambil berdoa terus… kemudian ketemu di Jabal Rahma (pertemuan Adam dan Hawa) apa iya? Hohoho....ternyata salah! Yang benar turunnya bersama-sama.
Kemudian saya bertanya “Pak, jadi Adam dan Hawa diturunkan di Arab ya?”
Waah…langsung deh ibu2 pada bilang “Ya iyalah bu…masak di Indonesia?” Nah..kan jadi pada rame, soalnya kalau serius pada ngantuk….tapi kalau ngaji tafsir tentang jin dan setan kok gak ada yang ngantuk ya?
Okay kita kembali ke kajian….

20:123 turun dari surga bersama-sama.

Ustadz bertanya : “Pohon apa yang dilarang didekati di surga?”
Ibu2 ada yang bilang : “Pohon kuldi!”
Ustadz bertanya : “Darimana ibu tahu kalau pohon itu namanya pohon kuldi?”
Ibu2 ada yang bilang : “Menurut cerita nenek moyang kita …” he he he
Ustadz bilang : “Pohon tersebut tidak ada namanya, karena Allah berfirman “janganlah kamu berdua mendekati pohon ini”
Jadi cerita tentang pohon kuldi yang artinya pohon kekekalan adalah istilah yang dibuat oleh syaitan.

Allah sudah merencanakan bahwa Adam akan dijadikan khalifah di muka bumi. Surga tempat transit Adam dan Hawa sebelum turun ke bumi. Kenapa harus transit? Karena kalau tidak pernah tinggal di Surga, tidak bisa memberitahu tentang surga kepada anak cucunya.

7:25 = di bumi manusia hidup, mati dan dibangkitkan.
Ustadz bertanya : “Apakah kita akan dibangkitkan di bumi yang sama?”
Kalau kita dibangkitkan di bumi yang sama berarti bumi ini kekal doong.........padahal yang kekal kan akhirat nanti ya….. oh ternyata kita dibangkitkan di bumi yang lain, ini lho ayatnya….
Kita dibangkitkan di bumi yang lain 14:48

20:55 manusia dibuat atau diciptakan dari tanah dan akan kembali ke tanah.

39:42 jiwa/nyawa dipegang Allah ketika mati, tidur dan setelah mati.

Jadi gak usah takut dengan hantu, penampaan dan lain2nya karena orang yang sudah meninggal nyawanya dipegang oleh Allah, tidak ada ceritanya bahwa orang yang sudah meninggal akan kembali ke rumahnya saat 7 hari, 40 hari dan lain2nya.

36: 51, 52 dibangkitkan dari alam kubur (alam kubur oleh Allah digambarkan sebagai tempat tidur) kenapa?
Karena di tempat tidur tidak semua orang tidur, bisa jadi ada yang tidur, ada yang mimpi dan ada yang tidur2an, bahkan ada yang tidak tidur.

Manusia mati, ada di alam kubur, kemudian dibangkitkan dari kubur lengkap dengan jasad dan nyawa 81:7.

99:66 bangkit dalam keadaan bermacam-macam (ter-pisah2) maksudnya terpisah bagaimana? Terpisah dengan yang lain, coba lihat di 81: 1 s/d 7.

80: 33 s/d 37 tiupan sangkakala yang kedua bangun dengan ter-pisah2.

Bagaimana caranya Allah menghidupkan orang yang sudah mati bertahun-tahun, kan tinggal tulang belulang, atau bahkan tulangnya sudah hilang?
Contohnya ada di QS 2:259 Allah mematikan orang itu seratus tahun, makanan dan minumannya belum berubah (tidak basi) tapi keledainya tinggal tulang. Namun orang itu hanya merasakan seperti setengah atau sehari saja. Kemudian Allah menghidupkan apa yang sudah mati.

Orang kafir sulit mempercayainya, bahkan tidak percaya bahwa orang yang sudah mati akan dihidupkan lagi.
Apakah akan dibangkitkan sebagai mahkluk yang baru? (ini pertanyaan orang2 kafir), baca QS 17: 49 s.d 52.

Di QS 2:259 disebutkan bahwa orang yang sudah mati 100 tahun ketika dihidupkan lagi orang itu merasa hanya setengah atau sehari saja, berarti di alam kubur itu juga sebentar saja ya?
Jawabnya di QS 17:52 di dalam kubur hanya sebentar saja.

SIKSA KUBUR
40:45-46 = Fir’aun dan pengikutnya di kepung oleh adzab, mereka dinampakan neraka pada pagi dan petang. Waktu kiamat nanti orang2 kafir tidak dihisab langsung masuk neraka (bagi orang kafir amalnya tidak ditimbang, mereka langsung diseret ke neraka).

Bagaimana rasanya dinampakkan neraka pada pagi dan petang? Contohnya orang dagang yang dibayang-bayangi oleh kebangkrutan maka hatinya sedih, pikirannya stress!

18:103 s/d 105 = amalan orang kafir tidak ditimbang!
Bagaimana kalau Islam tapi musyrik?
39:65 kalau orang musyrik amalannya langsung dihapus, termasuk orang yang rugi.

Pengobatan Ponari syirik apa tidak?
Pengobatan Ponari sebagaian besar sembuh, berarti sebagian besar juga tidak sembuh, mereka sembuh bisa jadi karena sugesti. Yang jelas kita harus meyakini bahwa segala penyakit yang menyembuhkan Allah, kalau kita percaya karena batu itu yang menyembuhkan ya syirik! Kalau syirik seluruh amalan kita hapus!

Bekasi, 22 Maret 2009.
Nani Utarida.

Syetan Berpidato

Mau tahu pidatonya Syetan di akherat nanti ?

Coba baca QS 14 : 22 (males buka Al Qur’an ya ? okay aku bukain nih….)

Dan berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan :
“Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar,
dan akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya.
Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu,
melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku,
oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku,
akan tetapi cercalah dirimu sendiri.
Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu
dan kamupun sekali-kali tidak dapat menolongku.
Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu”. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih.

Kematian dan nyawa Amrozi?

Bagaimana rasanya dicabut nyawanya? Gak usah kuatir…….semua pasti kebagian! Bagaimana Malaikat mencabut nyawa kita?
79 : 1 = Dicabut nyawanya dengan keras
79 : 2 = Dicabut nyawanya dengan lembut
8 : 50 = orang kafir dicabut nyawanya dengan dipukuli

Pak…kalau nyawa lalat atau nyamuk siapa yang nyabut? Wah…ada-ada aja nih pertanyaan ibu-ibu!
32 : 11 = Nyawa manusia yang mencabut Malaikat maut
Jadi, di ayat ini disebutkan bahwa Malaikat maut mencabut nyawa manusia, yang nyabut nyawa lalat tidak disebutkan, yaaa…wallahu a’alam)

6 : 93 = orang yang dzolim dalam keadaan sakaratul maut, kalau kita bisa melihat … betapa ngerinya!
16 : 31-32 = masuk surga harus punya modal amal, tidak cukup hanya kata-kata saja.

Ada pertanyaan yang lucu banget nih :
Seorang ibu bertanya : “Pak Amin….., Amrozi kan ditembak mati, jadi yang nyabut nyawanya siapa dong Pak?”
Ibu-ibu yang lain langsung nyiamber : “hwa ha.. ha….ha… dan …kwakkakkakkak (ketawa gaul) ah pokoknya ketawa ibu-ibu sudah “lupa daratan ingat lautan”…. tidak islami… gigi yang jumlahnya 30 kelihatan semuanya…. Terus apa kata ustadz kita?
Pak Amin : “Ya sudah pasti Malaikat dong bu….. masa regu tembak?!”
Yah…..namanya juga ibu-ibu….kadang-kadang ada lucu-lucunya juga kalau nanya, lumayan bisa menghilangkan kantuk (maklum kajiannya pas jam-jam tidur siang, mulai pukul 13.30 s/d 16.00)

Kita hidup ini sebenarnya nunggu apa sih?
Nunggu mati!!!
Jadi…yang kita tunggu kematian ?
Ya……semua sedang menunggu kematian!!!
Kalaupun kita lari dari kematian, kita juga akan ketemu mati, jadi …. mati itu yang mencari kamu! Gak percaya ya? kita lihat ayatnya yuuuk…………..
62 : 8 = fa innahuu mulaaqiikum…. Maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu

Jadi kita gak perlu takut mati? gak usah takut akan adanya kematian,? Ya, karena mati itu sudah pasti! Gak usah lari dari kematian, kalau kita lari dari kematian maka mati tidak akan mengejar kita, karena mati yang akan menjemput kita, tinggal nunggu waktunya, dimana?

4 : 78 = dimana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi.

Pak…boleh gak ya kita infak atau sedekah atas nama orang yang sudah meninggal? Kita tanya sama Allah yuuuk……..jawab-Nya infak sebelum mati!
63 : 10 = Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu;
Orang yang pelit minta ditangguhkan waktu yang sedikit untuk bisa sedekah, lihat terusan ayat tersebut.

63 ; 11 = kematian tidak bisa ditunda!
Nah lo….jadi jangan minta panjang umur ya….kalau berdoa mintalah umur yang berkah, jangan panjang umur! Emang mau kalau umurnya dipanjangkan jadi 100 tahun? Pada mau enggak?, umur 100 tahun pastilah keadaannya sudah sangat lemah, bahkan pikun…di tempat tidur gak bisa bangun? Wah ngrepotin!

Infak itu untuk siapa aja sieh?
2 : 215 = Infak untuk : 1) orang tua, 2) kaum kerabat, 3)anak2 Yatim, 4) orang2 miskin, 5) orang yang dalam perjalanan

Wassalam,
Nani Utarida.

BER-GOSIP

Apa sieh Gosip?
Gosip itu adalah pembicaraan tentang sesuatu yang dibenci oleh orang yang dibicarakan (kalau dia tahu).
Ghibah = majelis syetan (biasanya kalau ngomong suka ditambah-tambahi), membicarakan keburukan orang lain dibelakangnya.

Jadi sesuai dengan QS 49:1 kalau berbicara niatnya harus benar dan bicaranya juga benar
Karena kita tidak tahu siapa yang paling baik dihadapan Allah.

Biasanya apa-apa yang dipegang laki-laki akan mengecil dan apa-apa yang dipegang perempuan akan membesar.
Hm…..jangan porno ya, aku kasih contoh nih… kalau ada suatu masalah diserahkan kepada laki-laki, biasanya para lelaki menyelesaikan sampai selesai, tapi kalau perempuan dikasih suatu masalah maka akan diomong-omongin terus, jadi tidak menyelesaikan masalah eh eh justru malah membesar.

Contoh menurut psychology : bayi laki-laki begitu lahir nangisnya besar (kenceng) kemudian mengecil, tapi bayi perempuan nangisnya pelan kemudian mengeras (semakin besar).

Tidak boleh menuduh, yang boleh hanya waspada.
Contoh : Hai….kamu jahat! Kalimat ini merupakan tuduhan (karena sudah diucapkan), bukan suudzon.

Kalau kita tidak tahu baik buruknya seseorang, kita tidak boleh klaim, jangan mencari-cari kesalahan orang lain.

Penyakit hati/ruh = biasanya yang tahu orang lain (contoh : penyakit cerewet, bawel, judes, pelit, pemarah dan lain sebagainya)

Penyakit fisik = biasanya yang tahu diri sendiri (contoh : pusing, pegel, sakit perut, ngilu dlsb).

Majelis yang disukai oleh syetan = majelis gossip
Ghibah bisa berkembang jadi fithnah
Namimah = suka mengadu domba (mbahnya atau nenek moyangnya fitnah)

QS 68 : 8-13 (mohon baca di Al Qur’an)

Kalau ada orang yang membicarakan keburukan orang lain, maka tinggalkan (jangan ikut-ikutan), karena nanti kita juga akan dibicarakan oleh orang lain.

3 hal yang harus disegerakan :

1. Jangan pernah punya niat untuk maksiat
2. Jangan pernah bangga dengan maksiat yang kita kerjakan
3. Segera bertaubat kepada Allah.

Orang yang berpenyakit hati = paranoit

Wassalam,
Nani Utarida.

JANGANLAH MENDEKATI ZINA !!!

Saudara-saudaraku kaum muslimin,

Sesungguhnya sudah jelas firman Allah dalam Kitab-Nya dan sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam sunnahnya serta ijma’ para ulama tentang haramnya zina dan bahwasanya dia termasuk kekejian dan dosa besar.

Tapi……., kita mendapati banyak kaum muslimin yang terjerumus ke dalam jurang kekejian ini, mereka mengikuti hawa nafsu dan syahwat mereka, lupa kepada Allah dan larangan-Nya, lupa kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan sabdanya, lupa kepada para ulama dan nasihat-nasihatnya.

Sebagaian mereka berusaha untuk menghalalkan zina dengan ta’will-ta’will yang bathil bahwa zina adalah perkosaan, sedangkan jika berdasarkan suka sama suka maka tidak mengapa. Sebagian mereka bahkan berusaha untuk menipu Allah dengan berpura-pura menikah dan berperan seakan-akan suami-isteri, padahal si wanita sudah punya suami di negerinya atau di tempat, dan yang pria hanya berniat memuaskan nafsunya untuk sementara waktu –naudzubillah-.

Atau……, mereka berdalil dengan ucapan orang-orang Syi’ah yang bathil tentang kawin mut’ah yang mana tidak lain adalah penghalalan zina dengan berkedok agama !!!

Sungguh benar ucapan Rasulullah saw :
“Pasti akan ada dari umatku suatu kaum yang (berusaha) menghalalkan zina, sutra, khamer (minuman keras) dan alat-alat music!”. (HR. Al-Bukhori).

Saudara-saudaraku kaum muslimin,

Tidakkah anda ingat ucapan Allah Ta’ala dalam Kitab-Nya yang mulia :
“Wa laa taqrabuz zinaa innahuu kaana laahisyah(tan), wa saa’a sabiilaa(n).”
Yang artinya :
“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang jelek”. (QS Al Isra : 32).

Dalam tafsir Kalamul Mannan, Syaikh Abdur-Rahman Nashir As Sa’di berkata :
“Larangan Allah untuk mendekati zina itu lebih tegas daripada sekedar melarang perbuatannya, karena berarti Allah melarang semua yang menjurus kepada zina dan mengharamkan seluruh factor-faktor yang mendorong kepadanya”>

Maka bisa saya katakana, kalau jalan-jalan dan factor-faktor yang menuju kepadanya saja dilarang, apalagi perbuatannya !.

Sungguh amat keji perbuatan itu dan sungguh amat benar ucapan Allah bahwa zina adalah Fahisyah yang dikatakan oleh syaikh Abdurrahman pula dalam tafsirnya : Al Fahisyah adalah sesuatu yang dianggap sangat jelek dan keji oleh Syari’at, oleh akal sehat dan fitrah manusia, karena mengandung pelanggaran terhadap hak Allah, hak wanita, hak keluarganya atau suaminya, dan merusak kehidupan rumah tangga serta tercampurnya (kacaunya) nasab keturunan”.

Dan sering kali fahisyah di dalam Qur’an ataupun Hadits dimaksudkan dengan zina.

Demi Allah, sesungguhnya zina adalah dosa besar………… dan bukan masalah kecil.

Ibnu Mas’ud pernah bertanya tentang dosa-dosa besar kepada Rasulullah saw :

Aku berkata : “Wahai Rasulullah……., dosa apakah yang paling besar disisi Allah?
Beliau bersabda : “Engkau menjadikan bersama Allah sekutu yang lain, padahal Dia menciptakan kamu”.
Dia (Ibnu Mas’ud) berkata : “Kemudian apa ?”
Belia bersabda : “Engkau membunuh anak kamu karena khawatir dia makan bersama kamu”.
Dia (Ibnu Mas’ud) berkata : “Kemudian apa ?”
Beliau bersabda : “Engkau berzina dengan isteri tetanggamu”.
Kemudian Rasulullah saw membacakan ayat (tentang sifat-sifat hamba-hamba Allah Ar Rahman) diantaranya Allah mengatakan : baca dalam QS Al Furqan 68-69, yang artinya :
“yaitu orang2 yang tidak menyeru bersama Allah sesembahan yang lain dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan hak dan tidak berzina. Dan barang siapa melakukan yang demikian akan mendapatkan dosa, akan dilipatkan adzabnya pada hari kiamat dan kekal di dalamnya dengan terhina”.

Demikianlah yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim. Bahkan Rasulullah saw mengatakan bahwa yang paling banyak menjerumuskan manusia ke dalam neraka adalah mulut dan farji (kemaluan). Beliau bersabda, yang artinya :
“Yang paling banyak menjerumuskan manusia ke dalam neraka adalah mulut dan kemaluan”. (HR. At-Turmudzi dan dia berkata hadits ini shahih).

Maka pantaslah kalau tentang hal ini Imam Ahmad mengatakan : “Aku tidak tahu ada dosa yang lebih besar setelah membunuh jiwa dari pada zina”.

Dan Ibnu Mas’ud berkata : “Tidaklah muncul riba dan zina pada suatu desa kecuali Allah akan mengizinkan kehancurannya”>

Maka jelaslah masalah buruknya zina, Allah mengatakan bahwa zina adalah perbuatan keji dan jalan yang sangat buruk. Rasulullah bersabda bahwa zina adalah dosa bear yang banyak menjerumuskan manusia ke dalam neraka, demikian pula para ulama. Sedangkan akal sehat dan fitrah bisa kita tanyakan pada diri kita sendiri……… Bagaimana jika istri kita sendiri dizinai…..? Atau ibu kita ? Atau anak perempuan kita ? Atau kakak dan adik perempuan kita ?

Demikianlah cara berfikir yang diajarkan oleh Rasulullah saw ketika datang kepadanya seorang pemuda dan berkata : “Wahai Rasulullah saw izinkanlah aku untuk berzina !”.

Maka para sahabat segera melarangnya dengan marah. Kemudia Rasulullah saw bersabda : “Mendekatlah !” Maka dia mendekat kepadanya. Kemudian beliau bersabda : “Duduklah !” Maka dia duduk. Kemudian beliau bersabda : “Sukakah kalau itu terjadi pada ibumu?” Dia menjawab : “Tidak. Demi Allah, aku sebagai jaminan untukmu”.
Beliau bersabda : “Demikian pula manusia seluruhnya tidak suka zina itu terjadi pada ibu-ibu mereka”.

Kemudian beliau bertanya lagi : “Sukakah kalau itu terjadi pada anak perempuanmu ?” Dan pemuda itu menjawab seperti tadi. Demikianlah selanjutnya beliau bertanya jika itu terjadi pada saudara perempuannya, bibinya dan seterusnya. Atau sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam musnadnya.

Dan cukup untuk mencontohkan marahnya seseorang karena cemburu, apa yang diriwayatkan oleh Al-Bukhori dan Muslim dari Sa’ad bin Ubadah Radhiyallahu ‘Anhu bahwa dia berkata : “Kalau aku melihat seorang laki2 bersama isteriku, akan aku pukul dengan pedangku tana aku maafkan”.

Bagaimana pendapat anda dengan kecemburuan Sa’ad bin Ubadah ? Jangan kalian anggap ini berlebihan !

Ketahuilah bahwa inilah yang hak, bahkan kalau ada seorang yang tidak marah ketika melihat isterinya bersama laki2 lain maka inilah yang disebut Rasulullah saw dengan “Dayyuts” yang tidak akan masuk surga. Dengarlah apa kata Rasulullah saw ketika mendengar ucapan Sa’ad ra :
“Apakah kalian heran dengan kecemburuan Sa’ad? Demi Allah aku akan lebih cemburu dari padanya, dan Allah lebih cemburu dari padaku. Dan karena kecemburuan itulah Allah mengharampkan seluruh fahisyah yang lahir ataupun yang bathin”. (HR Al-Bukhori dan Muslim).

Saudara-saudara kaum muslimin,

Hati-hatilah terhadap perbuatan zina ! Dan janganlah masuk ke dalam jalan-jalan yang mendekati zina. Sesungguhnya sabar untuk tidak masuk ke jalan-jalan tersebut lebih mudah daripada sabar untuk tidak berzina ketika sudah ada di dalamnya. Maka janganlah mendekati zina dan janganlah masuk ke dalam jalan-jalan yang mendekatinya. Dan di antara jalan-jalan tersebut adalah :

PERTAMA : Memandang wanita dan auratnya termasuk wajahnya. Ini sangat erat sekali hubungannya dengan zina, higga Allah berfirman dalam QS An Nur : 30, yang artinya :

“Dan katakanlah kepada orang2 beriman laki2 hendaklah mereka menahan pandangannya dan menjaga kemaluannya, yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”. (QS An Nur:30)

Demikian pula Allah memerintahkan kepada wanita agar menahan pandangannya terhadap laki-laki dan menjaga kemaluannya. Allah berfirman dalam QS An Nur : 31, yang artinya :

“Dan katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman hendaklah mereka menahan pandangannya dan menjaga kemaluannya”. (QS An Nur:31)

Dan karena menutup jalan menuju zina pula, Allah memerintahkan wanita mu’minah agar menutup auratnya. Allah berfirman selanjutnya, yang artinya :

“Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudungnya kedadanya”. (QS An Nur:31).

Jadi jelas menyaksikan TV atau Video, dimana tampil wanita-wanita dengan membuka aurat dan berhiat (tabarruj) termasuk jalan kepada zina yang diharamkan oleh Allah. Demikian pula majalah-majalah, atau gambar-gambar.


KEDUA : PENDENGARAN

Pendengaranpun bisa menjadi jalan mendekati zina, bila mendengarkan nyanyian2 wanita yang bukan mahramnya. Apalagi dengan diiringi music, dan isinya tentang cumbu dan rayu atau cinta dankasih dan lain2. Oleh karena itu Allah berfirman kepada para isteri2 Nabi saw yang mereka itu adalah contoh teladan bagi seluruh kaum wanita muslimah, yang artinya :
“Maka janganlah kalian tunduk (lemah) dalam pembicaraan sehingga menimbulkan keinginan pada orang2 yang dihatinya ada penyakit….” (QS Al Ahzab:32).

KETIGA : PERGAULAN BEBAS ANTARA LAKI2 DAN WANITA

Ini adalah jalan yang paling banyak menjerumuskan manusia kepada zina. Betapa banyak perzinahan terjadi yang penyebabnya adalah perkenalan mereka di kantor, atau keakraban mereka di sekolah, atau perjumpaan mereka di kendaraan umum dan lain-lain.

Allah Ta’ala berfirman, yang artinya :
“Kalau kamu meminta kepada mereka sesuatu kebutuhan, mintalah dari balik hijab (tabir), yang demikian lebih suci bagi hatimu dan hati mereka” (QS Al Ahzab : 53).

KEEMPAT : KHOLWAT (BERDUAAN) dengan seorang wanita yang bukan mahramnya. Ini lebih bahaya dari yang ketiga.

Tidaklah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita yang bukan mahramnya kecuali yang ketiganya adalah syaithon. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhuma, bahwa Rasulullah saw bersabda :
“Janganlah sekali-kali seorang (diantara kalian) berduaan dengan wanita, kecuali dengan mahramnya”. (HR Al-Bukhari dan Muslim).

Dan beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasalam juga bersabda :
“Janganlah sekali-kali kalian masuk ke (tempat) wanita”. (HR Al-Bukhari dan Muslim).

Maka berkatalah seorang dari kalangan Anshor : Bagaimana pendapatmu kalau wanita tersebut adalah Ipar (saudara isteri)? Maka beliau saw menjawab :
“Ipar adalah maut”. (HR Bukhari dan Muslim).

Maka termasuk jalan mendekati zina, perginya seorang perempuan dengan supirnya, tinggalnya seorang laki2 di rumah bersama pembantu perempuannya atau lainnya dari bentuk2 kholwat walaupun asalnya berniat baik, seperti mengantarkan wanita ke tempat tertentu.

Demikianlah wahai kaum muslimin, seluruh jalan-jalan kepada zina sudah Allah tutup. Dan semua itu sudah Allah haramkan dalam satu ayat :
“Wa laa taqrabuz zinaa….” – “Dan janganlah kamu mendekati zina…”

Dan Rasulullah telah mengatakan dalam satu haditsnya dari Abi Hurairah ra dari Nabi saw, bahwa beliau bersabda : “Telah ditulis atas anak Adam nasibnya (bagiannya) dari zina, maka dia pasti menemuinya, zina kedua matanya adalah memandang, zina kakinya adalah melangkah, zina hatinya adalah berharap dan berangan-angan, dan dibenarkan yang demikian oleh farinya atau didustakan”. (HR Al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan Nasa’i)

Dan dalam riwayat lain beliau bersabda :
“kedua tangan berzina dan zinanya adalah meraba, kedua kakinya berzina dan zinanya adalah melangkah, dan mulut berzina dan zinanya adalah mencium”. (HR. Muslim dan Abu Dawud).

Wahai kaum muslimin, kembalilah kepada Allah, sesungguhnya Allah telah memerintahkan dengan wasiat, sedangkan wasiat lebih dari sekedar perintah agar menjauhi fahisyah (perbuatn keji).

“……dan janganlah kamu mendekati fahisyah yang tampak atau yang tersembunyi, dan janganlah membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan hak. Demikian itu yang diwasiatkan oleh Tuhanmu kepadamu supaya kamu memahami”. (QS Al An’am : 151).

Dan juga Allah mengatakan bahwa diantara sifat2 orang mu’min yang akan beruntung adalah seorang yang menjaga kemaluannya dari zina, baca QS Al Mu’minun : 5-7.

Maka kembalilah kepada Allah….., sesungguhnya Allah akan membalas mereka yang berbuat Ihsan dengan Ihsan, yaitu orang2 yang menjauhi dosa2 dan fahisyah, sesuai firman Allah di QS An Najm : 31-32.

Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah mempersiapkan kenikmatan2 dan kelezatan2 di sisi-Nya yang jauh lebih baik dan lebih kekal untuk orang2 yang beriman dan bertawakal kepada Allah serta menjauhi dosa2 besar dan fahisyah, sesuai Firman Allah Ta’ala di QS Asy Syura : 36-37 (baca di Al Qur’an ya….)

Wahai kaum muslimin kembalilah kepada Allah…..dan bertaubatlah kepadaNya…..sesungguhnya Dia Maha Pengampun dan Maha Penyayang.

Tulisan ini diambil dari buku oleh2 orang yang berhaji.
Wassalam,
Nani Utarida.

BAIK belum tentu BENAR

Kita nggak boleh lho .... mengolok-olok agama lain (sesuai firman Allah QS 6:108)
Jadi jangan memaki-maki orang tua yang lain, nanti orang tua kita dimaki-maki orang lain DAN jangan memaki-maki Tuhannya orang lain, nanti Tuhan kita dimaki-maki oleh orang lain.
Karena tiap umat menganggap baik apa yang dia lakukan, tapi belum tentu menganggap benar apa yang dia lakukan.
SESUATU YANG BAIK BELUM TENTU BENAR.

QS 6 : 109 = Mu’jizat Nabi SAW adalah Al Qur’an.
Mereka menginginkan mu’jizat yang lain. Namun setelah Nabi dapat mu’jizat bisa membelah bulan (QS 54:1-2), mereka tetap tidak beriman. Sampai sekarang bekas belahannya masih ada.

Tongkat Nabi Musa adalah tongkat biasa, namun karena mu’jizat Allah maka tongkatnya bisa berubah menjadi ular.

Mu’jizat itu sesuatu yang ghoib.

QS 10 : 20 = Yang ghoib itu kepunyaan Allah
QS 29 : 50 = Mu’jizat itu terserah Allah, Nabi hanya mengingatkan.

Al Furqon : 7 = Mengapa Nabi memakan makanan seperti kita dan juga berjalan di pasar?

Mereka (kaum kafir) menganggap Nabi kena sihir dan juga sebagai tukang sihir.

QS 6 : 8 = Mengapa tidak diturunkan Malaikat?
QS 6 : 9 = Rasul itu laki-laki (tidak ada Rasul perempuan).

Nabi melihat Malaikat dalam bentuk aslinya hanya 2x, itupun sampai badannya menggigil dan demam. Selebihnya Nabi melihat Malaikat menyerupai manusia (waktu mengajarkan Rukun Iman dan Rukun Islam)

QS 6 : 111 = Orang yang musyrik juga bilang ini kan kehendak Allah.
QS 6 : 148 = Mereka juga tidak beriman karena Allah.

QS 39 : 53-54 = Jangan berputus asa dari rahmat Allah, kembalilah kepada Tuhanmu sebelum datang azab.

QS 28 : 56 = Hanya Allah yang memberi hidayah.

Semua dapat hidayah dari Allah, tergantung kita mau menerima apa tidak. Kalau kita tidak mencari hidayah sehingga kita tidak dapat hidayah itu ya……salah kita sendiri.

Bagaimana orang yang tidak tahu ilmu agama? Misalnya orang yang hidup di pedalaman sehingga tidak tahu tentang agama ?
Ternyata Allah bilang bahwa setiap umat ada yang memberi peringatan (QS 35:24)
Contoh : kita ingin mengajar agama kepada orang-orang Badui. Ketika para ustad datang ke tempat orang-orang Badui, mereka ada yang tidak mau keluar karena mereka sudah tahu yang datang adalah orang-orang yang akan mengajari ilmu. Orang-orang Badui tidak mau belajar karena ingin mempertahankan budaya mereka. Mereka bangga kalau bisa mempertahankan kebudayaan mereka. (Nah, inilah contoh orang-orang yang salah, yang tidak mau mencari ilmu, jadi …. bukannya mereka tidak tahu ilmu agama tapi mereka tidak mau tahu tentang agama).

QS 17:15 = Tidak akan diazab bagi mereka yang belum dapat peringatan
Tapi sesuai qs 35 : 24 bahwa semua umat dapat peringatan.
Jadi utusan Allah memang adanya di kota, karena hukum alam bahwa yang di Desa akan datang ke kota.

QS 28:59 = Nabi ada di kota, orang desa yang masuk ke kota (sunatullah), buktinya orang2 yang di kampung pada datang ke Jakarta.
Nabi SAW dari Mekah (kota) kemudian pindah ke Madinah (kota juga), jadi Nabi Muhammad SAW selalu tinggal di kota.

Iman tidak bisa dipaksakan = atas dasar kemauan masing-masing.

QS 6 :112 = Tiap2 Nabi mempunyai musuh, musuh mereka setan manusia dan setan jin.
Jadi setan itu sifat manusia dan jin.
Sebelum menggoda namanya Iblis, tapi setelah menggoda disebut sebagai setan.
Jadi Iblis itu Jin yang fasik.

QS 18: 50 = Iblis disuruh sujud kepada Adam, tapi Iblis tidak mau.
Apa pekerjaan setan? Membisik-bisikan kepada sebagian yang lain perkataan yang indah2 (NGAPUSI).
Orang yang berbuat jahat sendirian masih disebut orang, tapi kalau sudah mengajak orang lain untuk berbuat jahat maka disebut SETAN! 6 : 112

Yang berbahaya adalah SETAN MANUSIA, karena dibacakan ayat Qursi atau Ta’awudz tidak akan lari (malah ikut-ikutan baca he he he….).

BAHAN BAKAR NERAKA adalah Jin dan Manusia yang jahat

Bisa tidak Jin kawin dengan Manusia? Tidak bisa!.
Sesuai dengan QS 42:11 = Allah menciptakan pasangan2, manusia dengan manusia, binatang dengan binatang.
Suami isteri = pasangan (sejenis tapi beda kelamin), kalau sepatu yang kiri berpasangan dengan yang kanan. Kalau yang kiri sepatu yang kanan sandal berarti bukan pasangannya.
Laki2 kawin dengan laki2 = bukan pasangannya jadi tidak bisa berkembang biak.

QS 30 :21 = yang sering ditulis di Undangan Nikah.

QS 8 : 50 = Malaikat mencabut jiwa orang2 kafir dengan cara memukuli dari depan dan belakang (Wah….kalau kita bisa lihat SEREM kali ya?)

Orang yang dicabut nyawanya itu sangat sakit, malaikat memukul dengan tangannya (kepada yang zalim) tapi tidak pernah diperlihatkan.

QS 6 : 93 = Betapa ngerinya apabila diperlihatkan, maka tidak ada yang diperlihatkan. (Hm..kalau Allah memperlihatkan pasti semua akan beriman)

QS 16 : 31-32 = Mati tadi diucapkan Selamat oleh Malaikat (bagi ahli Surga).

Makanya jangan jadi setan (suka bisikin temannya untuk berbuat jahat, berbuat maksiat).
Wahyu iti artinya juga bisa bisikan-bisikan.

Setan dalam bentuk iblis hanya mengajak, tanpa memaksa, tapi kalau setan dalam bentuk manusia biasanya mengajak dengan memaksa, jadi yang dipaksa tidak berdosa (kalau dipaksa dengan ancaman pedang lho…yang mengancam jiwanya).

HIKAYAT IBLIS

Allah berfirman, "Hai iblis, apa sebabnya kamu tidak (ikut sujud) bersama-sama mereka yang sujud itu?" [Surah Al-Hijr (15): 32]
Berkata Iblis, "Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk". [Surah Al-Hijr (15): 33]

Dia (iblis) berkata, "Terangkanlah kepadaku inikah orangnya yang Engkau muliakan atas diriku? Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat, niscaya benar-benar akan aku sesatkan keturunannya, kecuali sebahagian kecil". [Surah Al-Israa (17): 62]
Dan (ingatlah) ketika Kami berkata kepada malaikat, "Sujudlah kamu kepada Adam", maka mereka sujud kecuali iblis. Ia membangkang. [Surah Thaha (20): 116]
Dan sesungguhnya iblis telah dapat membuktikan kebenaran sangkaannya terhadap mereka lalu mereka mengikutinya, kecuali sebahagian orang-orang yang beriman. [Surah Saba (34): 20]
Dan tidak adalah kekuasaan iblis terhadap mereka, melainkan hanyalah agar Kami dapat membedakan siapa yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat dari siapa yang ragu-ragu tentang itu. Dan Tuhanmu Maha Memelihara segala sesuatu. [Surah Saba (34): 22]
Allah berfirman, "Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?". [Surah Shad (38): 75]
Dan (ingatlah), tatkala Kami berfirman kepada para malaikat, "Sujudlah kamu semua kepada Adam", lalu mereka sujud kecuali iblis. Dia berkata, "Apakah aku akan sujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah?" [Surah Al-Israa (17): 61]
Iblis berkata, "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, [Surah Al-Hijr (15): 39]

Dan (ingatlah) ketika Kami berkata kepada malaikat, "Sujudlah kamu kepada Adam", maka mereka sujud kecuali iblis. Ia membangkang. [Surah Thaha (20): 116]
Aku tidak menghadirkan mereka (iblis dan anak cucunya) untuk menyaksikan penciptaan langit dan bumi dan tidak (pula) penciptaan diri mereka sendiri; dan tidaklah Aku mengambil orang-orang yang menyesatkan itu sebagai penolong. [Surah Al-Kahfi (18): 51]

UMUR

Siapa yang Kami panjangkan umurnya, Kami kembalikan dia kepada kejadiannya semula (lemah dan kurang akal). Apakah mereka tidak memikirkan? (QS Ya Sin {36} : 68).

Allah Ta’ala menceritakan ihwal manusia bahwa manakala usianya telah lanjut, maka dia dikembalikan kepada kelemahan, setelah sebelumnya kuat; kepada ketidakberdayaan setelah gesit. Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala, “Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan kamu sesudah keadaan lemah itu kuat, kemudian Dia menjadikan kamu sesudah kuat itu lemah dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Mahakuasa.” (ar-Ruum:54) Allah Azza wa Jalla berfirman , “Dan di antara kamu ada yang dikembalikan kepada usia yang paling lemah, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatu yang telah diketahuinya.” (an-Nahl:70).

Maksud ayat di atas..dan Allah lebih mengetahuinya… ialah hendak memberitahukan bahwa dunia ini merupakan negeri yang sirna dan tempat peralihan, bukan tempat menetap untuk selamanya. Karena itu, Dia berfirman, “Maka apakah mereka tidak memikirkan?” dengan akalnya ihwal awal penciptaan mereka, kemudian menjadikannya ke usia dewasa, kemudian ke usia tua, agar mereka mengetahui bahwa mereka diciptakan untuk menuju negeri lain yang tidak akan sirna, beralih, dan berpindah darinya, yaitu negeri akhirat.


Firman Allah Ta’ala: “……dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seseorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya melainkan terdapat dalam Kitab. Sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi Allah” (Fathir {35}:11)

Tidaklah umur panjang yang diberikan kepada sebagian air mani melainkan Dia mengetahuinya dan termaktub di dalam Kitab Pertama.

Sehubungan dengan firman Allah Ta’ala, “Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seseorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya melainkan terdapat dalam Kitab. Sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi Allah”, diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa dia berkata, “Tidak ada seorang pun yang Aku tetapkan baginya umur panjang dan kehidupan melainkan dia akan mencapai usia yang telah Aku tetapkan baginya. Dan Aku telah menetapkan hal itu baginya. Usianya hanya sampai pada usia yang telah Aku tetapkan, tidak akan ditambah. Dan tidak ada seorang pun yang Aku kurangi umurnya melainkan dia akan mencapai usianya itu. Usianya hanya sampai pada usia yang telah Aku tetapkan baginya. Itulah maksud firman Allah Ta’ala, “dan tidak pula dikurangi umurnya melainkan terdapat dalam Kitab. Sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi Allah” Semuanya itu termaktub dalam Kitab di sisi-Nya. Penafsiran senada dikemukakan pula oleh adh-Dhahak.

Ketika menafsirkan ayat di atas, an-Nasa’I meriwayatkan dari Anas bin Malik r.a., dia mendengar Rasulullah saw, bersabda,

“Barangsiapa yang ingin dilapangkan rezekinya atau usianya dipanjangkan, maka hendaklah dia bersilaturahmi”. (HR. Bukhari, Muslim dan Abu Dawud).

Hadits ini juga diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim dan Abu Dawud.
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Abud-Darda r.a., dia berkata bahwa kami berzikir dekat Rasulullah saw, Lalu beliau bersabda,

“Allah Ta’ala tidak akan menangguhkan ajal seseorang bila sudah tiba. Bertambahnya usia itu adalah melalui keturunan yang saleh yang diperoleh seorang hamba. Keturunan itu mendoakannya sepeninggalnya, lalu doa mereka sampai ke dalam kuburnya. Itulah makna bertambah usia.”

Firman Allah Ta’ala, “Sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi Allah” yakni gampang dan ringan bagi-Nya. Dia mengetahui apa yang terjadi pada semua makhluk-Nya itu dan rinciannya, karena pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu. Tidak ada satu perkara pun yang tersamar bagi-Nya.

Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir

Ternyata Kesyirikan di Zaman Kita Lebih Parah

Musyrik zaman dahulu lebih berakal daripada orang-orang musyrik sekarang ini.
Para pembaca yang budiman, diantara musibah besar yang menimpa kaum muslimin dewasa ini adalah acuh terhadap urusan agama dan sibuk dengan urusan dunia. Oleh karena itu banyak diantara mereka yang terjerumus ke dalam hal-hal yang diharamkan Alloh karena sedikitnya pemahaman tentang permasalahan-permasalahan agama. Dan jurang terdalam yang mereka masuki yaitu lembah hitam kesyirikan.
Perbuatan dosa yang paling besar inipun begitu samar bagi kebanyakan manusia karena kejahilan mereka dan rajinnya setan dalam meyesatkan manusia sebagaimana yang dikisahkan Alloh tentang sumpah iblis, “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus.” (Al-A’rof: 16). Bahkan kesyirikan hasil tipudaya iblis yang terjadi pada masa kita sekarang ini lebih parah daripada kesyirikan yang terjadi pada zaman Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam…!! Kenapa bisa demikian ?
Kemusyrikan Zaman Dahulu Hanya di Waktu Lapang
Sesungguhnya orang-orang musyrik pada zaman Rosululloh melakukan kesyirikan hanya ketika dalam keadaan lapang saja. Namun tatkala mereka dalam keadaan sempit, terjepit, susah dan ketakutan mereka kembali mentauhidkan Alloh, hanya berdo’a kepada Alloh saja dan melupakan segala sesembahan selain Alloh. Hal ini sebagaimana dikabarkan oleh Alloh tentang keadaan mereka, “Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kamu seru kecuali Dia, Maka tatkala Dia menyelamatkan kamu ke daratan, kamu berpaling. Dan manusia itu adalah selalu tidak berterima kasih.” (Al-Isra’: 67). “Dan apabila manusia itu ditimpa kemudharatan, dia memohon (pertolongan) kepada Tuhannya dengan kembali kepada-Nya; kemudian apabila Tuhan memberikan nikmat-Nya kepadanya lupalah dia akan kemudharatan yang pernah dia berdoa (kepada Alloh) untuk (menghilangkannya) sebelum itu, dan dia mengada-adakan sekutu-sekutu bagi Allah untuk menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya. Katakanlah: ‘Bersenang-senanglah dengan kekafiranmu itu sementara waktu; sesungguhnya kamu termasuk penghuni neraka’.” (Az-Zumar: 8).
Itulah keadaan musyrikin zaman dahulu, lalu bagaimana keadaan musyrikin pada zaman kita ini? Ternyata sama saja bagi orang-orang musyrik zaman kita ini, baik dalam waktu lapang ataupun sempit tetap saja mereka menjadikan bagi Alloh sekutu. Tatkala punya hajatan (misalnya pernikahan, membangun rumah ataupun yang lainnya) mereka memberikan sesajen ke tempat-tempat yang dianggap keramat. Tatkala sesuatu ketika terkena musibah, mereka beranggapan bahwa mereka telah kuwalat terhadap yang mbaurekso (jin penunggu) kampungnya kemudian meminta ampun dan berdoa kepadanya agar menghilangkan musibah itu atau pergi ke dukun untuk menghilangkannya. Ini adalah bentuk kesyirikan kepada Alloh yang amat nyata. Alloh berfirman, “Hanya bagi Alloh-lah (hak mengabulkan) doa yang benar. Dan sesuatu yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memperkenankan sesuatupun bagi mereka, melainkan seperti orang yang membukakan kedua telapak tangannya ke dalam air supaya sampai air ke mulutnya, padahal air itu tidak dapat sampai ke mulutnya. Dan doa (ibadah) orang-orang kafir itu, hanyalah sia-sia belaka.” (Ar-Ro’du: 14)
Sesembahan Musyrikin Dulu Lebih Mending Sholehnya
Orang-orang musyrik pada zaman Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wasallam menjadikan sekutu bagi Alloh dari dua kelompok, yang pertama adalah hamba-hamba Alloh yang sholeh, baik dari kalangan para nabi, malaikat ataupun wali. Dan yang kedua adalah seperti pohon, batu dan lainnya. Lalu bagaimana keadaan orang-orang musyrik zaman kita? Saking parahnya keadaan mereka, orang-orang yang telah mereka kenal sebagai orang suka berbuat maksiatpun mereka sembah dan diharapkan berkahnya. Lihat betapa banyak orang yang berbondong-bondong ngalap berkah ke makam Pangeran Samudro dan Nyai Ontrowulan di Gunung Kemukus, Sragen. Diceritakan bahwa mereka berdua adalah seorang anak dan ibu tiri (permaisuri raja) dari kerajaan Majapahit yang berselingkuh, kemudian mereka diusir dari kerajaan dan menetap di Gunung Kemukus hingga meninggal. Konon sebelum meninggal Pangeran Samudro berpesan bahwa keinginan peziarah dapat terkabul jika melakukan seperti apa yang ia lakukan bersama ibu tirinya. Sehingga sebagai syarat “mujarab” untuk mendapat berkah di sana, harus dengan berselingkuh dulu…!! Allohu Akbar!
Musyrikin Zaman Dahulu Tidak Menyekutukan Alloh Dalam Rububiyah-Nya
Tauhid Rububiyah adalah mengikrarkan bahwa Alloh lah satu-satunya pencipta segala sesuatu, yang memberikan rizki, yang menghidupkan dan mematikan serta hal-hal yang merupakan kekhususan bagi Alloh. Ini semua diakui oleh orang-orang musyrik zaman dahulu. Dalilnya adalah firman Alloh, “Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: ‘Alloh’, maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Alloh )?.” (Az-Zukhruf: 87). Juga firman-Nya, “Katakanlah: ‘Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?’ Maka mereka akan menjawab: ‘Alloh.’ Maka katakanlah ‘Mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?’.” (Yunus: 31)
Akan tetapi titik penyimpangan mereka yaitu kesyirikan dalam Tauhid Uluhiyah (mengikrarkan bahwa hanya Alloh sajalah yang berhak ditujukan kepada-Nya segala bentuk ibadah, seperti do’a, nadzar, menyembelih kurban dan lain-lain). Inilah yang diingkari oleh musyrikin zaman dulu. Mereka berdoa kepada patung atau penghuni kubur bukan dengan keyakinan bahwa patung itu bisa mengabulkan do’a mereka atau punya kekuasaan untuk mendatangkan keburukan, namun yang mereka maksudkan hanyalah supaya patung (sebagai perwujudan dari orang sholeh) atau penghuni kubur itu dapat menyampaikan do’a mereka kepada Alloh. Mereka berkeyakinan bahwa orang sholeh itu yang telah diwujudkan/dilambangkan dalam bentuk gambar/patung tersebut mempunyai kedudukan mulia di sisi Alloh. Sementara mereka merasa banyak berbuat dosa dan maksiat, sehingga tidak pantas meminta langsung kepada Alloh, tetapi harus melalui perantara. Inilah yang mereka kenal dengan meminta syafa’at pada sesembahan mereka Mereka (orang-orang musyrik) mengatakan, “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Alloh dengan sedekat- dekatnya.” (Az-Zumar: 3)
Lalu bagaimana keadaan musyrikin sekarang ini? Diantara mereka ada yang berkeyakinan bahwa yang memberikan jatah ikan bagi nelayan, yang mengatur ombak laut selatan adalah Nyi Roro Kidul. Sungguh tidak seorang pun dapat menciptakan seekor ikan kecil pun, ini adalah hak khusus Alloh dalam Rububiyah-Nya, tetapi mereka menisbatkannya kepada Nyi Roro Kidul. Allohu akbar! betapa keterlaluan dan lancangnya terhadap Pencipta alam semesta!!! Sehingga tidaklah heran pula jika banyak diantara masyarakat yang takut memakai baju hijau tatkala berada di pantai selatan, karena khawatir ditelan ombak yang telah diatur oleh Nyi Roro Kidul.
Lihatlah, betapa orang-orang musyrinya setiap kita untuk mempelajari ilmu tauhid agar dapat menghindarkan diri sejauh-jauhnya dari segala macam bentuk kesyirikan. Sungguh betapa jahilnya orang yang mengatakan “Untuk apa belajar tauhid sekarang ini?”
Akhirnya kita memohon kepada Alloh agar memberikan kepada kita taufik dan menjauhkan diri kita dari berbagai macam bentuk kesyirikan yang merupakan sebab kehancuran di dunia maupun di akhirat. Wallohu A’lam.
***
Penulis: Ibnu ‘Ali Al-Barepany
Artikel www.muslim.or.id

Proses Sakaratul Maut

Proses Sakaratul Maut

“Demi Allah, seandainya jenazah yang sedang kalian tangisi bisa berbicara sekejab, lalu menceritakan (pengalaman sakaratul mautnya) pada kalian, niscaya kalian akan melupakan jenazah tersebut, dan mulai menangisi diri kalian sendiri”. (Imam Ghozali mengutip atsar Al-Hasan).

Datangnya Kematian Menurut Al Qur’an :

1. Kematian bersifat memaksa dan siap menghampiri manusia walaupun kita berusaha menghindarkan resiko-resiko kematian.
Katakanlah: “Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu ke luar (juga) ke tempat mereka terbunuh”. Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati. (QS Ali Imran, 3:154)

2. Kematian akan mengejar siapapun meskipun ia berlindung di balik benteng yang kokoh atau berlindung di balik teknologi kedokteran yang canggih serta ratusan dokter terbaik yang ada di muka bumi ini.
Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: “Ini adalah dari sisi Allah”, dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: “Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)”. Katakanlah: “Semuanya (datang) dari sisi Allah”. Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikit pun? (QS An-Nisa 4:78)

3. Kematian akan mengejar siapapun walaupun ia lari menghindar.
Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. (QS al-Jumu’ah, 62:8)

4. Kematian datang secara tiba-tiba.
Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS, Luqman 31:34)

5. Kematian telah ditentukan waktunya, tidak dapat ditunda atau dipercepat
Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS, Al-Munafiqun, 63:11)

Dahsyatnya Rasa Sakit Saat Sakaratul Maut

Sabda Rasulullah SAW : “Sakaratul maut itu sakitnya sama dengan tusukan tiga ratus pedang” (HR Tirmidzi)
Sabda Rasulullah SAW : “Kematian yang paling ringan ibarat sebatang pohon penuh duri yang menancap di selembar kain sutera. Apakah batang pohon duri itu dapat diambil tanpa membawa serta bagian kain sutera yang tersobek ?” (HR Bukhari)
Atsar (pendapat) para sahabat Rasulullah SAW .

Ka’b al-Ahbar berpendapat : “Sakaratul maut ibarat sebatang pohon berduri yang dimasukkan kedalam perut seseorang. Lalu, seorang lelaki menariknya dengan sekuat-kuatnya sehingga ranting itupun membawa semua bagian tubuh yang menyangkut padanya dan meninggalkan yang tersisa”.

Imam Ghozali berpendapat : “Rasa sakit yang dirasakan selama sakaratul maut menghujam jiwa dan menyebar ke seluruh anggota tubuh sehingga bagian orang yang sedang sekarat merasakan dirinya ditarik-tarik dan dicerabut dari setiap urat nadi, urat syaraf, persendian, dari setiap akar rambut dan kulit kepala hingga kaki”.

Imam Ghozali juga mengutip suatu riwayat ketika sekelompok Bani Israil yang sedang melewati sebuah pekuburan berdoa pada Allah SWT agar Ia menghidupkan satu mayat dari pekuburan itu sehingga mereka bisa mengetahui gambaran sakaratul maut. Dengan izin Allah melalui suatu cara tiba-tiba mereka dihadapkan pada seorang pria yang muncul dari salah satu kuburan. “Wahai manusia !”, kata pria tersebut. “Apa yang kalian kehendaki dariku? Limapuluh tahun yang lalu aku mengalami kematian, namun hingga kini rasa perih bekas sakaratul maut itu belum juga hilang dariku.”

Proses sakaratul maut bisa memakan waktu yang berbeda untuk setiap orang, dan tidak dapat dihitung dalam ukuran detik seperti hitungan waktu dunia ketika kita menyaksikan detik-detik terakhir kematian seseorang. Mustafa Kemal Attaturk, bapak modernisasi (sekularisasi) Turki, yang mengganti Turki dari negara bersyariat Islam menjadi negara sekular, dikabarkan mengalami proses sakaratul maut selama 6 bulan (walau tampak dunianya hanya beberapa detik), seperti dilaporkan oleh salah satu keturunannya melalui sebuah mimpi.

Rasa sakit sakaratul maut dialami setiap manusia, dengan berbagai macam tingkat rasa sakit, ini tidak terkait dengan tingkat keimanan atau kezhaliman seseorang selama ia hidup. Sebuah riwayat bahkan mengatakan bahwa rasa sakit sakaratul maut merupakan suatu proses pengurangan kadar siksaan akhirat kita kelak. Demikianlah rencana Allah. Wallahu a’lam bis shawab.

Sakaratul Maut Orang-orang Zhalim

Imam Ghozali mengutip sebuah riwayat yang menceritakan tentang keinginan Ibrahim as untuk melihat wajah Malaikatul Maut ketika mencabut nyawa orang zhalim. Allah SWT pun memperlihatkan gambaran perupaan Malaikatul Maut sebagai seorang pria besar berkulit legam, rambut berdiri, berbau busuk, memiliki dua mata, satu didepan satu dibelakang, mengenakan pakaian serba hitam, sangat menakutkan, dari mulutnya keluar jilatan api, ketika melihatnya Ibrahim as pun pingsan tak sadarkan diri. Setelah sadar Ibrahim as pun berkata bahwa dengan memandang wajah Malaikatul Maut rasanya sudah cukup bagi seorang pelaku kejahatan untuk menerima ganjaran hukuman kejahatannya, padahal hukuman akhirat Allah jauh lebih dahsyat dari itu.

Kisah ini menggambarkan bahwa melihat wajah Malakatul Maut saja sudah menakutkan apalagi ketika sang Malaikat mulai menyentuh tubuh kita, menarik paksa roh dari tubuh kita, kemudian mulai menghentak-hentak tubuh kita agar roh (yang masih cinta dunia dan enggan meninggalkan dunia) lepas dari tubuh kita ibarat melepas akar serabut-serabut baja yang tertanam sangat dalam di tanah yang terbuat dari timah keras.

Itulah wajah Malaikatul Maut yang akan mendatangi kita kelak dan memisahkan roh dari tubuh kita. Itulah wajah yang seandainya kita melihatnya dalam mimpi sekalipun maka kita tidak akan pernah lagi bisa tertawa dan merasakan kegembiraan sepanjang sisa hidup kita.

Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakratulmaut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): “Keluarkanlah nyawamu”. Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya. (QS Al-An’am 6:93)

(Yaitu) orang-orang yang dimatikan oleh para malaikat dalam keadaan berbuat lalim kepada diri mereka sendiri, lalu mereka menyerah diri (sambil berkata); “Kami sekali-kali tidak mengerjakan sesuatu kejahatan pun”. (Malaikat menjawab): “Ada, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang telah kamu kerjakan”. Maka masukilah pintu-pintu neraka Jahanam, kamu kekal di dalamnya. Maka amat buruklah tempat orang-orang yang menyombongkan diri itu. (QS, An-Nahl, 16 : 28-29)

Di akhir sakaratul maut, seorang manusia akan diperlihatkan padanya wajah dua Malaikat Pencatat Amal. Kepada orang zhalim, si malaikat akan berkata, “Semoga Allah tidak memberimu balasan yang baik, engkaulah yang membuat kami terpaksa hadir kami ke tengah-tengah perbuatan kejimu, dan membuat kami hadir menyaksikan perbuatan burukmu, memaksa kami mendengar ucapan-ucapan burukmu. Semoga Allah tidak memberimu balasan yang baik ! “ Ketika itulah orang yang sekarat itu menatap lesu ke arah kedua malaikat itu.

Ketika sakaratul maut hampir selesai, dimana tenaga mereka telah hilang dan roh mulai merayap keluar dari jasad mereka, maka tibalah saatnya Malaikatul Maut mengabarkan padanya rumahnya kelak di akhirat. Rasulullah SAW pernah bersabda, “Tak seorangpun diantara kalian yang akan meninggalkan dunia ini kecuali telah diberikan tempat kembalinya dan diperlihatkan padanya tempatnya di surga atau di neraka”.

Dan inilah ucapan malaikat ketika menunjukkan rumah akhirat seorang zhalim di neraka, “Wahai musuh Allah, itulah rumahmu kelak, bersiaplah engkau merasakan siksa neraka”. Naudzu bila min dzalik!

Sakaratul Maut Orang-orang Yang Bertaqwa

Sebaliknya Imam Ghozali mengatakan bahwa orang beriman akan melihat rupa Malaikatul Maut sebagai pemuda tampan, berpakaian indah dan menyebarkan wangi yang sangat harum.
Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa: “Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?” Mereka menjawab: “(Allah telah menurunkan) kebaikan”. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa, (yaitu) surga Adn yang mereka masuk ke dalamnya, mengalir di bawahnya sungai-sungai, di dalam surga itu mereka mendapat segala apa yang mereka kehendaki. Demikianlah Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bertakwa. (yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): “Assalamu alaikum, masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan”. (QS, An-Nahl, 16 : 30-31-32)

Dan saat terakhir sakaratul mautnya, malaikatpun akan menunjukkan surga yang akan menjadi rumahnya kelak di akhirat, dan berkata padanya, “Bergembiaralah, wahai sahabat Allah, itulah rumahmu kelak, bergembiralah dalam masa-masa menunggumu”.
Wallahu a’lam bish-shawab.

Semoga kita yang masih hidup dapat selalu dikaruniai hidayah-Nya, berada dalam jalan yang benar, selalu istiqomah dalam keimanan, dan termasuk umat yang dimudahkan-Nya, selama hidup di dunia, di akhir hidup, ketika sakaratul maut, di alam barzakh, di Padang Mahsyar, di jembatan jembatan Sirath-al mustaqim, dan seterusnya.
Amin !

(Sumber Tulisan Oleh : Hamba Allah , dikumpulkan dari berbagai sumber)

Pencuri Berita Langit

Mengapa ramalan dari tukang ramal, dukun, paranormal, atau tukang sihir terkadang sesuai dengan kenyataan? Ternyata ada yang mencuri berita dari langit. Mereka bekerjasama dengan syaithan dari bangsa jin yang berusaha menyadap berita yang terjadi dari langit.

Alloh menciptakan langit berlapis-lapis dan bertingkat-tingkat. Alloh berfirman yang artinya, “Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Rabb Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang.” (Qs. Al Mulk: 3). “Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Alloh telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat?” (Qs. Nuh: 15). Tiap-tiap lapisan ada penghuninya sebagaimana halnya bumi. Alloh berfirman, “Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Alloh.” (Qs. Al Isra’: 44)

Berita Langit

Sebagaimana telah maklum bahwa sumber segala urusan adalah berasal dari Alloh. Dia berfirman, “Alloh mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan(mu) dengan Rabbmu.” (Qs. Ar Ra’d: 2). Jadi, Alloh mengatur segala urusan sesuai dengan kehendaknya. Alloh berfirman, “Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: ‘Jadilah!’ maka terjadilah ia.” (Qs. Yasin: 82). Inilah yang disebut dengan berita langit. Apapun yang terjadi di alam semesta ini tidak lepas dari ilmu, kehendak, ciptaan dan takdir Alloh Subhanahu wa Ta’ala. “Semua yang ada di langit dan di bumi selalu minta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan.” (Qs. Ar Rahman: 29). Maksudnya Alloh senantiasa dalam keadaan menciptakan, menghidupkan, mematikan, memelihara, memberi rezeki, dan lain-lain.

Fungsi Bintang di Langit

Alloh menciptakan segala sesuatu tidak sia-sia. Semua mengandung hikmah. Alloh menjadikan bintang-bintang di langit selain sebagai hiasan dan penunjuk arah adalah untuk menjaga langit dari para pencuri beritanya. Alloh berfirman, “Sesungguhnya Kami telah menghias langit yang terdekat (langit dunia) dengan hiasan, yaitu bintang-bintang, dan telah memeliharanya (sebenar-benarnya) dari setiap syaithan yang sangat durhaka, syaithan-syaithan itu tidak dapat mendengar-dengarkan (pembicaraan) para malaikat dan mereka dilempari dari segala penjuru. Untuk mengusir mereka dan bagi mereka siksaan yang kekal, akan tetapi barangsiapa (di antara mereka) yang mencuri-curi (pembicaraan); maka ia dikejar oleh suluh api yang cemerlang.” (Qs. Ash Shaffat: 6-10)

Qotadah berkata, “Bintang-bintang diciptakan untuk 3 perkara; sebagai hiasan langit, alat pelempar syaithan-syaithan, dan penunjuk arah. Barangsiapa yang menafsirkan keberadaan bintang-bintang itu untuk selain dari 3 perkara tersebut maka dia telah salah dan menyia-nyiakan amalnya serta memberat-beratkan dirinya dengan sesuatu yang tidak ia ketahui. (HR. Al Bukhori)

Penjagaan Langit

Jin-jin itu berkata sebagaimana diceritakan Alloh, “Dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api, dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang barangsiapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya).” (Qs. Al Jin: 8-9)
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Apabila Alloh menetapkan perintah di atas langit, para malaikat mengepakkan sayap-sayapnya karena patuh akan firman-Nya, seakan-akan firman (yang didengar) itu seperti gemerincing rantai besi (yang ditarik) di atas batu rata, hal itu memekakkan mereka (sehingga mereka jatuh pingsan karena ketakutan). Maka apabila telah dihilangkan rasa takut dari hati mereka, mereka berkata: ‘Apakah yang difirmankan oleh Tuhanmu?’ Mereka menjawab: (Perkataan) yang benar’. Dan Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar. Ketika itulah, (syaithan-syaithan) penyadap berita (wahyu) mendengarnya. Keadaan penyadap berita itu seperti ini: Sebagian mereka di atas sebagian yang lain -digambarkan Sufyan dengan telapak tangannya, dengan direnggangkan dan dibuka jari-jemarinya- maka ketika penyadap berita (yang di atas) mendengar kalimat (firman) itu, disampaikanlah kepada yang di bawahnya, kemudian disampaikan lagi kepada yang ada di bawahnya, dan demikian seterusnya hingga disampaikan ke mulut tukang sihir atau tukang ramal. Akan tetapi kadangkala syaithan penyadap berita itu terkena syihab (panah api) sebelum sempat menyampaikan kalimat (firman) tersebut, dan kadang kala sudah sempat menyampaikannya sebelum terkena syihab; dengan satu kalimat yang didengarnya itulah, tukang sihir atau tukang ramal meIakukan seratus macam kebohongan. Mereka (yang mendatangi tukang sihir atau tukang ramal) mengatakan: ‘Bukankah dia telah memberitahu kita bahwa pada hari anu akan terjadi anu (dan itu terjadi benar)’, sehingga dipercayalah tukang sihir atau tukang ramal tersebut karena satu kalimat yang telah didengar dari Iangit.” (HR. Al Bukhori).

Ilmu Ghoib Hanya Milik Alloh

Akhirnya kita mengetahui bahwa ilmu para dukun dan konco-konconya hanyalah berasal dari syaithan, si pencuri berita langit. Sebelum sampai kepada para dukun, syaithan telah menambah kedustaan-kedustaan di dalamnya. Berita atau informasi yang ia sampaikan terkadang bisa benar dan lebih banyak salahnya. Ditambah lagi dengan berbagai macam bumbu-bumbu kebohongan oleh sang dukun, seperti pemenuhan syarat-syarat supaya lebih terkesan ‘meyakinkan’. Tapi anehnya masih banyak juga orang yang mendatangi dukun atau yang sejenisnya untuk bertanya perkara-perkara ghoib, yang dukun itu sendiri tidak mengetahuinya. Kalau kita mau berpikir sedikit kritis, siapakah yang mengabarkan kepada para dukun berita-berita seputar nasib seseorang, mencari barang yang hilang? Apakah Alloh mewahyukan kepadanya? Ataukah Jibril mendatanginya? “Katakanlah: ‘Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Alloh’, dan mereka tidak mengetahui kapan mereka akan dibangkitkan.” (Qs. An Naml: 65)

Renungkanlah!

Manusia mempunyai kecenderungan untuk menerima sesuatu yang bathil. Buktinya, bagaimana mereka bisa bersandar hanya kepada satu kebenaran saja yang diucapkan tukang ramal, tanpa memperhitungkan atau mempertimbangkan seratus kebohongan yang disampaikannya? Oleh karena itu serahkanlah segala urusan kepada pemiliknya. Segala sesuatu telah ditakdirkan oleh Alloh. Jika kita ditimpa musibah kehilangan sesuatu yang amat kita cintai, maka jangan mendatangi para dukun apalagi paranormal. Tapi kembalikanlah kepada Alloh. “Dan hanya kepada Alloh dikembalikan segala urusan.” (Qs. Al Baqoroh: 210). Yakinlah, Alloh akan mengganti dengan yang lebih baik. Insya Alloh.
***
Penulis: Nurdin Abu Yazid
Artikel www.muslim.or.id

MEMBERIKAN HARTA YANG DICINTAINYA

MEMBERIKAN HARTA YANG DICINTAINYA

Bukanlah suatu kebaktian bahwa kamu menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat, akan tetapi sesungguhnya kebaktian itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, Malaikat-Malaikat, Kitab-Kitab, Nabi-Nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta, dan (memerdekakan) hamba sahaya, dan mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan orang-orang yang menepati janjinya apabila mereka berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan dan kemelaratan dan dalam peperangan; mereka itulah orang-orang yang benar (imannya), dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. (QS 2:177)

Tafsir Ibnu Katsir.

Ayat yang mulia ini mencakup kaidah-kaidah yang universal dan akidah yang lurus sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dengan sanadnya yang sampai kepada Abu Dzar (178), “Sesungguhnya Nabi saw ditanya, “Apakah iman itu? Maka beliau membaca ayat ini, “Kebajikan itu bukanlah dengan menghadapkan wajahmu….” Abu Dzar berkata, “Kemudian Rasulullah ditanya lagi. Maka beliau membaca ayat yang itu juga. Kemudian beliau ditanya lagi. Maka beliau bersabda, “Iman ialah jika kamu melakukan kebaikan yang disukai oleh hatimu dan jika kamu melakukan keburukan yang dibenci oleh hatimu”. Hadits ini adalah hadits munqathi (terputus sanadnya) sebab Mujahid tidak sezaman denan Abu Dzar karena beliau meninggal jauh sebelum Mujahit lahir.

Maksud ayat ini ialah setelah Allah menyuruh kaum mukmin menghadap ke Baitul Maqdis, Allah mengalihkan kiblat mereka ke Ka’bah, maka hal itu membuat ragu segolongan Ahli Kitab dan sebagian kaum muslim. Lalu Allah menurunkan ayat yang menjelaskan tentang hikmah pengalihan itu. Tujuan pengalihan itu ialah untuk melihat siapa yang taat kepada Allah, menjalankan segala perintah-Nya, menghadapkan ke mana pun mereka disuruh, dan mengikuti apa yang disyariatkan-Nya. Hal ini merupakan kebajikan, ketakwaan, dan keimanan yang sempurna.

Menghadap ke arah timur atau barat tidak mengandung kebajikan dan ketaatan jika tdiak bersumber dari perintah dan syariat Allah. Oleh karena itu, Dia berfirman, “Kebajikan itu bukanlah dengan menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat, namun kebajikan itu ialah dengan beriman kepada Allah, hari akhir.” Berkaitan dengan firman Allah, “Namun kebajikan itu ialah dengan beriman kepada Allah”, ats-Tsauri berkata, “Yang dimaksud adalah seluruh jenis kebajikan”.
Iman ats-Tsauri, rahimahullah, benar karena orang yang memiliki sifat yang dikemukakan oleh ayat ini, berarti ia telah masuk ke dalam seluruh wilayah Islam dan telah mengambil seluruh kebaikan, yakni beriman kepada Allah bahwa tiada tuhan tuhan melainkan Dia serta membenarkan adanya para malaikat yang merupakan duta antara Allah dengan para rasul-Nya.

Beriman kepada “Kitab”. Al-kitab merupakan isim jinis yang meliputi kitab-kitab yang diturunkan dari langit kepada para nabi. Kitab penutup dan yang paling mulia ialah AL-Qur’an, yang menjadi muara kebaikan dunia dan akhirat. Kitab-kitab yang diturunkan sebelumya dinasakh oleh Al-Qur’an.

Selain itu, beriman kepada seluruh nabi Allah mulai dari nabi pertama sampai yang terakhir, yaitu Muhammad saw. Firman Allah : “Dengan memberikan harta yang dicintainya”, maksudnya dia mengeluarkan harta padahal ia mencintai dan menyenangi sebagaimana hal itu ditetapkan dalam hadits yang terdapat dalam shahihain, yaitu hadits marfu’ dari Abu Hurairah (179), “Sedekah yang paling utama ialah hendaknya kamu bersedekah sedangkan engkau masih sehat, tidak ingin memberi, mendambakan kekayaan, dan mengkhawatirkan kemiskinan”.

Allah Ta’ala berfirman : “Dan mereka memberi makanan yang dicintainya kepada orang miskin, anak yatim, dan tawanan”. Allah Ta’ala berfirman : “Sekali-kali kamu tidak akan meraih kebaikan hingga kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu sukai”. Dan firman Allah : “Dan mereka mementingkan orang lain daripada dirinya, walaupun mereka sendiri kesusahan”.

Inilah pola hidup lainnya yang sangat tinggi, yaitu mereka lebih mengutamakan pemberian sesuatu yang justru sangat diperlukan dirinya. Mereka memberi dan menyedekahkan sesuatu yang dicintainya.

Firman Allah : “Kepada karib kerabat”. Mereka lebih diutamakan untuk mendapat sedekah, sebagaimana ditetapkan dalam hadits (180) :

“Sedekah kepada orang miskin berpahala satu, sedangkan kepada kerabat berpahala dua: pahala sedekah dan pahala silaturahmi. Kerabat ialah pihak yang harus diutamakan untuk menerima kebajikan dan pemberianmu”.

“Anak-anak yatim”, yaitu anak yang ditinggal mati ayahnya pada saat masih lemah dan kecil, dalam arti belum balig serta belum mampu berusaha. Sebagaimana hal itu diriwayatkan oleh Abdur Razak dengan sanadnya dari Ali, dari Nabi saw, beliau bersabda (181) : “Tiada keyatiman setelah balig”.

Firman Allah : “Dan orang-orang miskin”. Penggalan ayat ini ditafsirkan oleh hadits yang terdapat dalam shahihain dan diriwayatkan oleh Abu Hurairah dari Nabi saw, beliau bersabda :

“Orang miskin bukanlah orang yang suka berkeliling meminta-minta kemudian berlalu setelah diberi sebuah atau dua buah kurma, sesuap atau dua suap makanan, namun miskin ialah orang yang tidak memiliki makan sekedar untuk mencukupi kebutuhannya dan tidak diingat orang sehingga tidak diberi sedekah”.

Dan firman Allah : “Dan ibnu sabil”, yaitu orang yang suka bepergian dan melawat serta bekalnya telah habis. Ia perlu diberi sedekah sekedar dapat mengantarkannya ke negerinya. Tamu termasuk ke dalam kategori ibnu sabil. “Dan orang-orang yang meminta-minta”, yaitu orang yang suka menghadang untuk meminta. Maka dapat diberi zakat dan sedekah, sebagaimana hal itu dikemukakan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dengan sanad dari Abdurrahman Husein bin Ali, dia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda (183) :

“Peminta-minta memiliki hak walaupun ia datang dengan menunggang kuda”

“Dan memerdekakan hamba sahaya”. Mereka ialah budak yang ditetapkan kehambaannya secara tertulis dan tidak memiliki biaya untuk menebus dirinya. Hal ini akan dijelaskan dalam pembahasan tentang sedekah dalam surat Bara’ah (at-Taubah), insya Allah. “Dan mendirikan shalat”, yakni menyempurnakan pelaksanaan shalat secara tepat waktu berikut ruku, sujud, tuma’ninah, dan khusyunya selaras dengan cara yang telah disyariatkan dan diridhai. Sedangkan yang dimaksud dengan firman Allah : “Dan menunaikan zakat” ialah zakat mal. Jadi, pemberian kepada berbagai pihak dan golongan yang telah disebutkan itu merupakan pemberian yang bersifat kerelaan hati, kebaikan, dan tanda silaturahmi. Oleh karena itu, dalam hadits Fatimah binti Qa’is dikatakan (184) : “Dalam harta terdapat hak bagi orang lain selain zakat”. Wallahu a’lam.

Firman Allah : “Dan orang-orang yang memenuhi janjinya bila mereka berjanji” . Penggalan ayat ini seperti firman Allah : “Orang-orang yang memenuhi janjinya kepada Allah dan tidak membatalkan perjanjiannya” Lawan dari sifat ini ialah nifak, sebagaimana dijelaskan dalam hadits (185) :

“Tanda-tanda orang munafik ada tiga : apabila berbicara ia berdusta, apabila berjanji ia mengingkari, dan apabila diberi amanat ia berkhianat”.

Firman Allah : “Dan orang-orang yang bersabar dalam kondisi sulit, menderita, dan peperangan”, yakni dalam kondisi fakir yang disebut al-ba’sa dan kondisi sakit disebut adh-dharra’, serta kondisi perang dan menghadapi musuh disebut hiinal-ba’si. Kata ash-shabiriina dinashabkan dengan tujuan memuji dan mendorong supaya bersabar dalam kesulitan. Firman Allah : “Mereka itulah orang-orang yang benar”. Mereka yang disifati dengan berbagai sifat tersebut ialah orang-orang yang benar keimanannya, sebab mereka telah mewujudkan keimanan hati melalui ucapan dan perbuatan. Jadi, mereka itulah orang-orang yang benar “dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa” karena mereka menjaga diri dari berbagai perkara yang diharamkan dan mengerjakan berbagai ketaatan.

Pertanyaannya :
Sudahkah kita meninggalkan yang haram-haram ?
Sudahkah kita mengerjakan berbagai ketaatan ?

AZAB UNTUK ORANG BERMUKA DUA

“Nanti pada Hari Kiamat ada seorang didatangkan lalu dilempar ke dalam neraka, maka ususnya keluar. Lalu ia berputar-putar laksana keledai berputar-putar di sekitar penggilingan. Kemudian penghuni neraka mengerumuninya dan bertanya, ‘Hai Fulan, mengapa kamu? Bukankah kamu yag menyeru kepada kebaikan dan melarang dari kemunkaran?’ Ia menjawab, ‘Ya, aku telah menyeru kepada kebaikan, tapi aku sendiri tidak mengerjakannya, dan aku melarang orang dari kemunkaran tapi aku sendiri mengerjakannya.’” (HR Bukhari 3267 dan Muslim 2989)

Dari Anas Bin Malik r.a. berkata bahwa Rasulullah saw bersabda :
“Pada malam aku di Isra’kan, aku dibawa kepada sekelompok kaum yang lidah mereka dipotong-potong dengan gunting api. Setiap selesai dipotong lidah itu kembali lagi (seperti semula). Aku bertanya, ‘Siapa mereka itu wahai Jibril?” Jibril menjawab, ‘Mereka adalah para penceramah dari kalangan umatmu yang mana mereka mengucapkan apa yang tidak mereka lakukan, dan mereka membaca Kitabullah namun enggan mengamalkannya.’”. (lihat: Shahiihul Jaami’ no. 129)

“LARANGAN MENGOLOK-OLOK”

“LARANGAN MENGOLOK-OLOK”

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim.” (QS 49:11).

Allah SWT melarang dari mengolok-ngolok orang lain, yakni mencela dan menghinakan mereka. Sebagaimana yang ditegaskan dalam hadits shahih, dar Rasulullah SAW, beliau bersabda, yang artinya : “Kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia.”

Dan dalam riwayat lain disebutkan : “Dan meremehkan manusia”.
Yang dimaksud dengan hal tersebut adalah menghinakan dan merendahkan mereka. Hal itu sudah jelas haram. Karena terkadang orang yang dihina itu lebih terhormat di sisi Allah dan bahkan lebih dicintai-Nya daripada orang yang menghinakan. Oleh karena itu, Allah Ta’ala berfirman :

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan).” Dengan demikian, ayat di atas memberikan larangan terhadap kaum laki-laki yang kemudian disusul dengan larangan terhadap kaum wanita.
Dan firman Allah Tabaaraka wa Ta’ala selanjutnya : “Dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri.”

Artinya, dan janganlah kalian mencela orang lain. Orang yang mengolok dan mencela orang lain, baik orang laki-laki maupun perempuan, maka mereka itu sangat tercela dan terlaknat, sebagaimana yang difirmankan Allah Ta’ala : “Kecelakaan bagi setiap pengumpat lagi pencela.” (QS Al-Humazah : 1).
Kata al-hamz berarti celaan dalam bentuk perbuatan, sedangkan kata al-lamz berarti celaan dalam bentuk ucapan. Sebagaimana yang difirmankan Allah Ta’ala “Yang banyak mencela, yang kian kemari menghambur fitnah.” (QS Al-Qalam:11).

Artinya, mencela orang-orang dan menghinakan mereka dengan sewenang-wenang dan berjalan ke sana kemari untuk namimah (mengadu domba), dan adu domba itu berarti celaan dalam bentuk ucapan. Oleh karena itu, di sini Allah Jalla wa ‘Alaa berfirman : “Dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri,” sebagaimana firman-Nya : “Dan janganlah kamu membunuh dirimu sendiri.” (QS. An-Nisaa’ : 29).
Maksudnya, janganlah sebagian kalian membunuh sebagian lainnya.

Mengenai firman Allah Ta’ala : “Dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri,” Ibnu ‘Abbas, Mujahid, Sa’id bin Jubair, Qatadah, dan Muqatil bin Hayyan mengemukakan : “Artinya, janganlah sebagian kalian menikam sebagian lainnya.”

Dan firman Allah Ta’ala selanjutnya : “Dan janganlah kamu panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang buruk.” Maksudnya, janganlah kalian memanggil dengan menggunakan gelar-gelar buruk yang tidak enak didengar.

Imam Ahmad meriwayatkan dari asy-Sya’bi, ia bercerita bahwa Abu Jubairah bin adh-Dhahhak memberitahunya, ia bercerita : “Ayat ini ‘Dan janganlah kamu panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang buruk,’ turun berkenaan dengan Bani Salamah.” Ia mengatakan : “Rasulullah SAW pernah tiba di Madinah dan di antara kami tidak seorang pun melainkan mempunyai dua atau tiga nama. Dan jika beliau memanggil salah seorang dari mereka dengan nama-nama tersebut, maka mereka berkata: “Ya Rasulullah, sesungguhnya ia marah dengan panggilan nama tersebut.” Maka turunlah ayat : “Dan janganlah kamu panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang buruk.”.

Hadits tersebut juga diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Musa bin Isma’il, dari Wahb, dari Dawud.
Dan firman Allah Jalla wa ‘Alaa : Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman.” Maksudnya, seburuk-buruk sebutan dan nama panggilan adalah pemberian gelar dengan gelar-gelar yang buruk. Sebagaimana orang-orang Jahiliyyah dahulu pernah bertengkar setelah kalian masuk Islam dan kalian memahami keburukan itu. “Dan barangsiapa yang tidak bertaubat,” dari perbuatan tersebut. “Maka mereka itulah orang-orang yang zhalim.”

Sumber : Tafsir Ibnu Katsir, Pustaka Imam Asy-Syafi’i

Wanita Penghuni Neraka

Wanita Penghuni Neraka
Sayidina Ali ra menceritakan suatu ketika melihat Rasulullah menangis manakala ia datang bersama Fatimah. Lalu keduanya bertanya mengapa Rasul menangis. Beliau menjawab, "Pada malam aku di-isra'-kan, aku melihat perempuan-perempuan yang sedang disiksa dengan berbagai siksaan. Itulah sebabnya mengapa aku menangis. Karena, menyaksikan mereka yang sangat berat dan mengerikan siksanya.
Putri Rasulullah kemudian menanyakan apa yang dilihat ayahandanya. "Aku lihat ada perempuan digantung rambutnya, otaknya mendidih. Aku lihat perempuan digantung lidahnya, tangannya diikat ke belakang dan timah cair dituangkan ke dalam tengkoraknya. Aku lihat perempuan tergantang kedua kakinya dengan terikat tangannya sampai ke ubun-ubunnya, diulurkan ular dan kalajengking.
Dan aku lihat perempuan yang memakan badannya sendiri, di bawahnya dinyalakan api neraka. Serta aku lihat perempuan yang bermuka hitam, memakan tali perutnya sendiri. Aku lihat perempuan yang telinganya pekek dan matanya buta, dimasukkan ke dalam peti yang dibuat dari api neraka, otaknya keluar dari lubang hidung, badannya berbau busuk karena penyakit sopak dan kusta.
Aku lihat perempuan yang badannya seperti himar, beribu-ribu kesengsaraan dihadapinya. Aku lihat perempuan yang rupanya seperti anjing, sedangkan api masuk melalui mulut dan keluar dari duburnya sementara malikat memukulnya dengan pentung dari api neraka," kata Nabi.
Fatimah Az-Zahra kemudian menanyakan mengapa mereka disiksa seperti itu? Rasulullah menjawab, "Wahai putriku, adapun mereka yang tergantung rambutnya hingga otaknya mendidih adalah wanita yang tidak menutup rambutnya sehingga terlihat oleh laki-laki yang bukan muhrimnya.
Perempuan yang digantung susunya adalah istri yang 'mengotori' tempat tidurnya. Perempuan yang tergantung kedua kakinya ialah perempuan yang tidak taat kepada suaminya, ia keluar rumah tanpa izin suaminya, dan perempuan yang tidak mau mandi suci dari haid dan nifas. Perempuan yang memakan badannya sendiri ialah karena ia berhias untuk lelaki yang bukan muhrimnya dan suka mengumpat orang lain.
Perempuan yang memotong badannya sendiri dengan gunting api neraka karena ia memperkenalkan dirinya kepada orang yang kepada orang lain bersolek dan berhias supaya kecantikannya dilihat laki-laki yang bukan muhrimnya. Perempuan yang diikat kedua kaki dan tangannya ke atasubun-ubunnya diulurkan ular dan kalajengking padanya karena ia bisa shalat tapi tidak mengamalkannya dan tidak mau mandi junub.
Perempuan yang kepalanya seperti babi dan badannya seperti himar ialah tukang umpat dan pendusta. Perempuan yang menyerupai anjing ialah perempuan yang suka memfitnah dan membenci suami." Mendengar itu, Sayidina Ali dan Fatimah Az-Zahra pun turut menangis. Dan inilah peringatan kepada kaum perempuan

Sembilan Faedah Surat al-Fatihah (1)

Sembilan Faedah Surat al-Fatihah (1)
Kategori: Al-Quran, Aqidah

Surat al-Fatihah menyimpan banyak pelajaran berharga. Surat yang hanya terdiri dari tujuh ayat ini telah merangkum berbagai prinsip dan pedoman dalam ajaran Islam. Sebuah surat yang harus dibaca setiap kali mengerjakan sholat. Di dalam surat ini, Allah ta’ala memperkenalkan diri-Nya kepada hamba-hamba-Nya. Di dalamnya, Allah mengajarkan kepada mereka tugas hidup mereka di dunia. Di dalamnya, Allah mengajarkan kepada mereka untuk bergantung dan berharap kepada-Nya, cinta dan takut kepada-Nya. Di dalamnya, Allah menunjukkan kepada mereka jalan yang akan mengantarkan mereka menuju kebahagiaan. Berikut ini kami akan menyajikan petikan faedah dari surat ini dengan merujuk kepada al-Qur’an, as-Sunnah, serta keterangan para ulama salaf. Semoga tulisan yang ringkas ini bermanfaat untuk yang menyusun maupun yang membacanya.

Faedah Pertama: Kewajiban untuk mencintai Allah
Di dalam ayat ‘Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin’ terkandung al-Mahabbah/kecintaan. Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah menjelaskan, “Di dalam ayat tersebut terkandung kecintaan, sebab Allah adalah Yang memberikan nikmat. Sedangkan Dzat yang memberikan nikmat itu dicintai sesuai dengan kadar nikmat yang diberikan olehnya.” (Syarh Ba’dhu Fawa’id Surah al-Fatihah, hal. 12)

Sebagaimana kita ketahui bahwa kecintaan merupakan penggerak utama ibadah kepada Allah ta’ala. Karena cintalah seorang hamba mau menundukkan diri dan menaati perintah dan larangan Allah ta’ala. Sebaliknya, karena sedikit dan lemahnya kecintaan maka ketundukan dan ketaatan seorang hamba kepada Rabbnya pun akan semakin menipis. Syaikh Shalih al-Fauzan mengatakan, “Setiap pemberi kenikmatan maka dia berhak dipuji sesuai dengan kadar kenikmatan yang dia berikan. Dan hal ini melahirkan konsekuensi keharusan untuk mencintainya. Sebab jiwa-jiwa manusia tercipta dalam keadaan mencintai sosok yang berbuat baik kepadanya. Sementara Allah jalla wa ‘ala adalah Sang pemberi kebaikan, Sang pemberi kenikmatan dan pemberi keutamaan kepada hamba-hamba-Nya. Oleh sebab itu hati akan mencintai-Nya karena keutamaan dan kebaikan-Nya, sebuah kecintaan yang tak tertandingi dengan kecintaan mana pun. Oleh karena itu, kecintaan merupakan jenis ibadah yang paling agung. Maka alhamdulillahi Rabbil ‘alamin mengandung -ajaran- kecintaan.” (Syarh Ba’dhu Fawa’id Surah al-Fatihah, hal. 12)

Allah ta’ala berfirman,
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آَمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ
“Di antara manusia, ada orang-orang yang menjadikan selain Allah sebagai sesembahan tandingan. Mereka mencintainya sebagaimana kecintaan mereka kepada Allah. Sedangkan orang-orang yang beriman lebih dalam kecintaannya kepada Allah.” (QS. al-Baqarah: 165)

Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Allah memberitakan bahwa barangsiapa yang mencintai selain Allah sebagaimana kecintaannya kepada Allah ta’ala maka dia tergolong orang yang menjadikan selain Allah sebagai sekutu. Ini merupakan persekutuan dalam hal kecintaan, bukan dalam hal penciptaan maupun rububiyah, sebab tidak ada seorang pun di antara penduduk dunia ini yang menetapkan sekutu dalam hal rububiyah ini, berbeda dengan sekutu dalam hal kecintaan, maka sebenarnya mayoritas penduduk dunia ini telah menjadikan selain Allah sebagai sekutu dalam hal cinta dan pengagungan.” (Ighatsat al-Lahfan, hal. 20)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ
“Ada tiga perkara, barangsiapa yang memilikinya maka dia akan mendapatkan manisnya iman. Yaitu apabila Allah dan rasul-Nya lebih dicintainya daripa selain keduanya. Apabila dia mencintai orang tidak lain karena kecintaannya kepada Allah. Dan dia membenci kembali ke dalam kekafiran sebagaimana orang yang tidak senang untuk dilemparkan ke dalam neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu)

Oleh sebab itu jalinan kecintaan karena selain Allah akan musnah, sedangkan kecintaan yang dibangun di atas ketaatan dan kecintaan kepada-Nya akan tetap kekal hingga hari kemudian. Allah ta’ala berfirman,
الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ
“Pada hari itu orang-orang yang saling berkasih sayang akan saling memusuhi satu dengan yang lainnya, kecuali orang-orang yang bertakwa.” (QS. az-Zukhruf: 67)

Syaikh Shalih al-Fauzan mengatakan, “Tidak tersisa selain kecintaan sesama orang-orang yang bertakwa, karena ia dibangun di atas landasan yang benar, ia akan tetap kekal di dunia dan di akhirat. Adapun kecintaan antara orang-orang kafir dan musyrik, maka ia akan terputus dan berubah menjadi permusuhan.” (Syarh Ba’dhu Fawa’id Surah al-Fatihah, hal. 15)

Allah ta’ala berfirman,
وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلًا يَا وَيْلَتَا لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءَنِي وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنْسَانِ خَذُولًا
“Dan ingatlah pada hari kiamat itu nanti orang yang gemar melakukan kezaliman akan menggigit kedua tangannya dan mengatakan, ‘Aduhai alangkah baik seandainya dahulu aku mengambil jalan mengikuti rasul itu. Aduhai sungguh celaka diriku, andai saja dulu aku tidak menjadikan si fulan itu sebagai teman dekatku. Sungguh dia telah menyesatkanku dari peringatan itu (al-Qur’an) setelah peringatan itu datang kepadaku.’ Dan memang syaitan itu tidak mau memberikan pertolongan kepada manusia.” (QS. al-Furqan: 27-29)

Faedah Kedua: Kewajiban untuk berharap kepada Allah
Di dalam ayat ‘ar-Rahman ar-Rahim’ terkandung roja’/harapan. Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah mengatakan, “Di dalam ayat tersebut terkandung roja’.” (Syarh Ba’dhu Fawa’id Surah al-Fatihah, hal. 18). Harapan merupakan energi yang akan memacu seorang insan. Dengan masih adanya harapan di dalam dirinya, maka ia akan bergerak dan melangkah, berjuang dan berkorban. Dia akan berdoa dan terus berdoa kepada Rabbnya. Demikianlah karakter hamba-hamba pilihan.

Allah ta’ala berfirman,
أُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُورًا
“Mereka itu -sosok orang salih yang disembah oleh orang musyrik- justru mencari jalan untuk bisa mendekatkan diri kepada Allah; siapakah di antara mereka yang lebih dekat dengan-Nya, mereka mengharapkan rahmat-Nya dan merasa takut dari siksa-Nya. Sesungguhnya siksa Rabbmu harus senantiasa ditakuti.” (QS. al-Israa’: 57)

Allah ta’ala berfirman,
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
“Rabb kalian berfirman; Berdoalah kalian kepada-Ku niscaya akan Aku kabulkan permintaan kalian. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari beribadah kepada-Ku maka mereka akan masuk ke dalam Neraka dalam keadaan hina dina.” (QS. Ghafir: 60)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا دَعَا أَحَدُكُمْ فَلَا يَقُلْ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي إِنْ شِئْتَ وَلَكِنْ لِيَعْزِمْ الْمَسْأَلَةَ وَلْيُعَظِّمْ الرَّغْبَةَ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يَتَعَاظَمُهُ شَيْءٌ أَعْطَاهُ
“Apabila salah seorang di antara kalian berdoa maka janganlah dia mengatakan, ‘Ya Allah, ampunilah aku jika Kamu mau’ tetapi hendaknya dia bersungguh-sungguh dalam memintanya dan memperbesar harapan, sebab Allah tidak merasa berat terhadap apa pun yang akan diberikan oleh-Nya.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ لَمْ يَسْأَلْ اللَّهَ يَغْضَبْ عَلَيْه
“Barangsiapa yang tidak meminta kepada Allah, maka Allah akan murka kepadanya.” (HR. Tirmidzi dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, dihasankan al-Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Tirmidzi [3373])
Harapan bukanlah angan-angan kosong, namun ia merupakan perbuatan hati yang mendorong pemiliknya untuk berusaha dan bersungguh-sungguh dalam mencapai keinginannya. Karena harapan itulah maka dia tetap tegar di atas keimanan, rela untuk meninggalkan apa yang disukainya demi mendapatkan keridhaan Allah, dan dia akan rela mengerahkan segala daya dan kekuatannya di jalan

Allah ta’ala. Allah ta’ala berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ آَمَنُوا وَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَةَ اللَّهِ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. al-Baqarah: 218)

Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah mengatakan, “Ketahuilah, sesungguhnya harapan yang terpuji tidaklah ada kecuali bagi orang yang beramal dengan ketaatan kepada Allah dan mengharapkan pahala atasnya, atau orang yang bertaubat dari kemaksiatannya dan mengharapkan taubatnya diterima. Adapun harapan semata yang tidak diiringi dengan amalan, maka itu adalah ghurur/ketertipuan dan angan-angan yang tercela.” (Syarh Tsalatsat Ushul, hal. 58)

Faedah Ketiga: Kewajiban untuk takut kepada Allah
Di dalam ayat ‘Maaliki yaumid diin’ terkandung ajaran untuk merasa takut kepada hukuman Allah. Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah berkata, “Di dalamnya terkandung khauf/rasa takut.” (Syarh Ba’dhu Fawa’id Surah al-Fatihah, hal. 18). Dengan adanya rasa takut inilah, seorang hamba akan menahan diri dari melanggar aturan-aturan Allah ta’ala. Dengan adanya rasa takut inilah, seorang hamba akan rela meninggalkan sesuatu yang disukainya karena takut terjerumus dalam larangan dan kemurkaan-Nya. Sebab pada hari kiamat nanti manusia akan mendapatkan balasan atas amal-amalnya di dunia. Barangsiapa yang amalnya baik, maka baik pula balasannya Dan barangsiapa yang amalnya buruk, maka buruk pula balasannya.

Allah ta’ala berfirman,
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى
“Adapun orang yang merasa takut kepada kedudukan Rabbnya dan menahan diri dari memperturutkan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surga itulah tempat tinggalnya.” (QS. an-Nazi’at: 40-41)
Di hari kiamat nanti, semua orang akan tunduk di bawah kekuasaan-Nya. Tidak ada seorang pun yang berani dan mampu untuk menentang titah-Nya. Ketika itu langit dan bumi akan dilipat.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَطْوِي اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ السَّمَاوَاتِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ثُمَّ يَأْخُذُهُنَّ بِيَدِهِ الْيُمْنَى ثُمَّ يَقُولُ أَنَا الْمَلِكُ أَيْنَ الْجَبَّارُونَ أَيْنَ الْمُتَكَبِّرُونَ ثُمَّ يَطْوِي الْأَرَضِينَ بِشِمَالِهِ ثُمَّ يَقُولُ أَنَا الْمَلِكُ أَيْنَ الْجَبَّارُونَ أَيْنَ الْمُتَكَبِّرُونَ
“Allah ‘azza wa jalla akan melipat langit pada hari kiamat nanti kemudian Allah akan mengambilnya dengan tangan kanan-Nya, lalu Allah berfirman; ‘Akulah Sang raja, di manakah orang-orang yang bengis, di manakah orang-orang yang suka menyombongkan dirinya.’ Kemudian Allah melipat bumi dengan tangan kirinya, kemudian Allah berfirman; ‘Aku lah Sang Raja, di manakah orang-orang yang bengis, di manakah orang-orang yang suka menyombongkan diri.’.” (HR. Muslim dari Abdullah bin Umar radhiyallahu’anhuma).

Di hari kiamat nanti, harta dan keturunan tidak ada gunanya, kecuali bagi orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih. Allah ta’ala berfirman,
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ وَأُزْلِفَتِ الْجَنَّةُ لِلْمُتَّقِينَ وَبُرِّزَتِ الْجَحِيمُ لِلْغَاوِينَ
“Pada hari itu tidak berguna harta dan keturunan kecuali bagi orang yang datang kepada Allah dengan hati yang bersih, dan surga itu akan didekatkan kepada orang-orang yang bertakwa, dan akan ditampakkanlah dengan jelas neraka itu kepada orang-orang yang sesat.” (QS. as-Syu’ara’: 88-91)
Suatu hari ketika kegoncangan di hari itu sangatlah dahsyat, sampai-sampai seorang ibu melalaikan bayi yang disusuinya dan setiap janin akan gugur dari kandungan ibunya.

Allah ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ إِنَّ زَلْزَلَةَ السَّاعَةِ شَيْءٌ عَظِيمٌ يَوْمَ تَرَوْنَهَا تَذْهَلُ كُلُّ مُرْضِعَةٍ عَمَّا أَرْضَعَتْ وَتَضَعُ كُلُّ ذَاتِ حَمْلٍ حَمْلَهَا وَتَرَى النَّاسَ سُكَارَى وَمَا هُمْ بِسُكَارَى وَلَكِنَّ عَذَابَ اللَّهِ شَدِيدٌ
“Hai umat manusia, bertakwalah kepada Rabb kalian, sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu adalah kejadian yang sangat besar. Ingatlah, pada hari itu ketika kamu melihatnya, setiap ibu yang menyusui anaknya akan lalai terhadap anak yang disusuinya, dan setiap perempuan yang hamil akan mengalami keguguran kandungannya, dan kamu melihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sesuangguhnya mereka tidak sedang mabuk, namun ketika itu adzab Allah sangatlah keras.” (QS. al-Hajj: 1-2)

Khauf kepada Allah semata merupakan bukti jujurnya keimanan seorang hamba. Allah ta’ala berfirman,
إِنَّمَا ذَلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
“Sesungguhnya itu hanyalah syaitan yang menakut-nakuti para walinya, maka janganlah kalian takut kepada mereka, akan tetapi takutlah kepada-Ku, jika kalin benar-benar beriman.” (QS. Ali Imran: 175)
Syaikh Shalih al-Fauzan mengatakan, “Apabila ketiga perkara ini terkumpul: cinta, harap, dan takut, maka itulah asas tegaknya aqidah.” (Syarh Ba’dhu Fawa’id Surah al-Fatihah, hal. 18).

Ketiga hal di atas -mahabbah, raja’ dan khauf- merupakan pondasi aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Oleh karena itu para ulama kita mengatakan, “Barangsiapa yang beribadah kepada Allah dengan rasa cinta saja maka dia adalah seorang Zindiq. Barangsiapa yang beribadah kepada-Nya dengan rasa takut semata, maka dia adalah seorang Haruri/penganut aliran Khawarij. Dan barangsiapa yang beribadah kepada-Nya dengan rasa harap semata, maka dia adalah seorang Murji’ah. Barangsiapa yang beribadah kepada-Nya dengan cinta, takut, dan harap maka dia adalah seorang mukmin muwahhid.” (Syarh Aqidah at-Thahawiyah tahqiq Ahmad Syakir [2/275] as-Syamilah).

Faedah Keempat: Kewajiban untuk mentauhidkan Allah
Di dalam ayat ‘Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in’ terkandung ajaran untuk mentauhidkan Allah ta’ala. Syaikh as-Sa’di rahimahullah menjelaskan kandungan ayat ini, “Maknanya adalah: Kami mengkhususkan ibadah dan isti’anah hanya untuk-Mu…” (Taisir al-Karim ar-Rahman [1/28]). Inilah hakikat ajaran Islam yaitu mempersembahkan segala bentuk ibadah kepada Allah semata. Karena tujuan itulah Allah menciptakan jin dan manusia. Untuk mendakwahkan itulah Allah mengutus para nabi dan rasul kepada umat manusia. Dengan ibadah yang ikhlas itulah seorang hamba akan bisa menjadi sosok yang bertakwa dan mulia di sisi-Nya.

Allah ta’ala berfirman,
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. adz-Dzariyat: 56)

Allah ta’ala berfirman,
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ
“Tidaklah Kami mengutus sebelum seorang rasul pun melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada sesembahan yang benar selain Aku, maka sembahlah Aku saja.” (QS. al-Anbiya’: 25)

Allah ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai umat manusia, sembahlah Rabb kalian, yaitu yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian, mudah-mudahan kalian menjadi bertakwa.” (QS. al-Baqarah: 21)

Allah ta’ala berfirman,
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian adalah orang yang paling bertakwa.” (QS. al-Hujurat: 13)

Maka barangsiapa yang menujukan salah satu bentuk ibadah kepada selain Allah sungguh dia telah terjerumus dalam kemusyrikan. Sebagaimana kita meyakini bahwa Allah satu-satunya yang menciptakan alam semesta ini, yang menghidupkan dan mematikan, yang menguasai dan mengatur alam ini, maka sudah seharusnya kita pun menujukan segala bentuk ibadah kita yang dibangun di atas rasa cinta, harap, dan takut itu hanya kepada Allah semata.

Faedah Kelima: Kewajiban untuk bertawakal kepada-Nya
Hal ini terkandung di dalam potongan ayat ‘wa iyyaka nasta’in’. Karena kita meyakini bahwa tidak ada yang menguasai kemanfaatan dan kemadharatan kecuali Allah, tidak ada yang mengatur segala sesuatu kecuali Dia, maka semestinya kita pun bergantung dan berharap hanya kepada-Nya. Kita tidak boleh meminta pertolongan dalam perkara-perkara yang hanya dikuasai oleh Allah kepada selain-Nya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan kepada Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma,
يَا غُلَامُ إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ احْفَظْ اللَّهَ يَحْفَظْكَ احْفَظْ اللَّهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلْ اللَّهَ وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَاعْلَمْ أَنَّ الْأُمَّةَ لَوْ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ لَكَ وَلَوْ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَيْكَ رُفِعَتْ الْأَقْلَامُ وَجَفَّتْ الصُّحُفُ
“Hai anak muda, aku akan mengajarkan beberapa kalimat kepadamu. Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya kamu akan menemukan-Nya di hadapanmu. Apabila kamu meminta maka mintalah kepada Allah. Apabila kamu meminta pertolongan maka mintalah pertolongan kepada Allah. Ketauhilah, seandainya seluruh manusia bersatu padu untuk memberikan suatu manfaat kepadamu maka mereka tidak akan memberikan manfaat itu kepadamu kecuali sebatas apa yang Allah tetapkan untukmu. Dan seandainya mereka bersatu padu untuk memudharatkan dirimu dengan sesuatu maka mereka tidak akan bisa menimpakan mudharat itu kecuali sebatas apa yang Allah tetapkan menimpamu. Pena telah diangkat dan lembaran takdir telah mengering.” (HR. Tirmidzi, dia berkata; hasan sahih, disahihkan oleh al-Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan at-Tirmidzi [2516])

Allah ta’ala berfirman,
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah maka Allah akan berikan baginya jalan keluar dan akan memberikan rezeki kepadanya dari jalan yang tidak disangka-sangka. Barangsiapa yang bertawakal kepada Allah maka Allah pasti mencukupinya.” (QS. at-Thalaq: 2-3)

Orang-orang yang beriman adalah orang yang bertawakal kepada Allah semata. Allah ta’ala berfirman,
وَعَلَى اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
“Hanya kepada Allah sajalah hendaknya kalian bertawakal, jika kalian benar-benar orang yang beriman.” (QS. al-Maa’idah: 23)

Apabila disebutkan nama Allah maka bergetarlah hati mereka. Allah ta’ala juga berfirman,
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آَيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ أُولَئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا لَهُمْ دَرَجَاتٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang apabila disebutkan nama Allah maka hati mereka menjadi takut/bergetar, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya maka bertambahlah keimanan mereka. Dan mereka hanya bertawakal kepada Rabb mereka. Orang-orang yang mendirikan sholat dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Mereka itulah orang-orang mukmin yang sejati, mereka akan mendapatkan derajat yang berlainan di sisi Rabb mereka dan ampunan serta rezeki yang mulia.” (QS. al-Anfal: 2-4)
Dengan mengingat Allah maka hati mereka menjadi tenang.

Allah ta’ala berfirman,
أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Ingatlah, dengan mengingat Allah maka hati akan menjadi tenang.” (QS. ar-Ra’d: 28)
Berbeda halnya dengan orang yang bergantung dan berharap kepada selain Allah. Hati mereka tenang dan gembira ketika mengingat sesembahan dan pujaan selain Allah ta’ala. Allah ta’ala berfirman,
وَإِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَحْدَهُ اشْمَأَزَّتْ قُلُوبُ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالْآَخِرَةِ وَإِذَا ذُكِرَ الَّذِينَ مِنْ دُونِهِ إِذَا هُمْ يَسْتَبْشِرُونَ
“Apabila disebut nama Allah saja maka akan menjadi kesal hati orang-orang yang tidak beriman dengan hari akhirat itu, sedangkan apabila disebut selain-Nya maka mereka pun tiba-tiba merasa bergembira.” (QS. az-Zumar: 45)

Karena tawakal pula seorang hamba akan bisa masuk ke dalam surga tanpa hisab dan tanpa siksa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِي سَبْعُونَ أَلْفًا بِغَيْرِ حِسَابٍ هُمْ الَّذِينَ لَا يَسْتَرْقُونَ وَلَا يَتَطَيَّرُونَ وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
“Akan masuk surga tujuh puluh ribu orang di antara umatku tanpa hisab, mereka itu adalah orang-orang yang tidak meminta diruqyah, tidak mempunyai anggapan sial/tathayyur, dan hanya bertawakal kepada Rabb mereka.” (HR. Bukhari dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu’anhuma).

-bersambung insya Allah-
***
Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi
Artikel www.muslim.or.id