Selasa, 26 Januari 2010

NIKAH YUK !!! *_______~

Agama Islam adalah agama fithrah dan manusia diciptakan Allah Ta’ala cocok dengan fitrah ini. Karena itu Allah SWT menyuruh manusia menghadapkan diri ke agama fithrah agar tidak terjadi penyelewengan dan penyimpangan. Dengan demikian manusia dapat berjalan di atas fitrahnya tersebut.
Pernikahan adalah fitrah kemanusiaan (’gharizah insaniyah’/naluri kemanusiaan). Karena itu Islam menganjurkan untuk menikah. Bila gharizah ini tidak dipenuhi dengan jalan yang sah yaitu pernikahan, maka ia akan mencari jalan-jalan syetan yang banyak menjerumuskan ke lembah hitam.
Firman Allah Ta’ala: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah) ; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus ; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (Ar-Ruum :30).
Islam telah menjadikan ikatan pernikahan yang sah berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagi satu-satunya sarana untuk memenuhi tuntutan naluri manusia yang sangat asasi serta sarana untuk membina keluarga yang Islami. Penghargaan Islam terhadap ikatan pernikahan besar sekali, sampai-sampai ikatan itu ditetapkan sebanding dengan separuh agama. Anas bin Malik RA berkata: “Telah bersabda Rasulullah SAW: Barangsiapa menikah, maka ia telah melengkapi separuh dari agamanya. Dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dalam memelihara yang separuhnya lagi”. (Hadist Riwayat Thabrani dan Hakim).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk menikah dan melarang keras kepada orang yang tidak mau menikah. Anas bin Malik RA berkata: “Rasulullah SAW memerintahkan kami untuk nikah dan melarang kami membujang dengan larangan yang keras”. Dan beliau bersabda: “Artinya : Nikahilah perempuan yang banyak anak dan penyayang. Karena aku akan berbanggga dengan banyaknya umatku dihadapan para Nabi kelak di hari kiamat”. (Hadits Riwayat Ahmad dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban).
Islam menolak sistem ke-’rahib-an’ karena sistem tersebut bertentangan dengan fitrah kemanusiaan. Sikap itu melawan sunnah dan kodrat Allah Ta’ala yang telah ditetapkan bagi semua mahluknya. Sikap enggan membina rumah tangga karena takut miskin adalah sikap orang jahil (bodoh), karena semua rezeki sudah diatur oleh Allah sejak manusia berada di alam rahim. Manusia tidak bisa menteorikan rezeki yang dikaruniakan Allah, misalnya ia berkata : “Bila saya hidup sendiri gaji saya cukup, tapi bila punya istri tidak cukup ?!”.
Perkataan ini adalah perkataan yang batil dan bertentangan dengan ayat-ayat Allah dan hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah memerintahkan untuk nikah. Seandainya mereka fakir pasti Allah akan membantu dengan memberi rezeki kepadanya. Allah menjanjikan suatu pertolongan kepada orang yang nikah. Firman-Nya: “Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui”. (An-Nur : 32).
Rasulullah SAW menguatkan janji Allah itu dengan sabdanya: “Ada tiga golongan manusia yang berhak Allah tolong mereka, yaitu seorang mujahid fi sabilillah, seorang hamba yang menebus dirinya supaya merdeka, dan seorang yang menikah karena ingin memelihara kehormatannya”. (Hadits Riwayat Ahmad, Nasa’i, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Hakim dari shahabat Abu Hurairah RA).
Tujuan Pernikahan dalam Islam
1. Untuk memenuhi tuntutan naluri manusia yang asasi. Pernikahan adalah fitrah manusia, maka jalan yang sah untuk memenuhi kebutuhan ini yaitu dengan aqad nikah (melalui jenjang pernikahan).
2. Untuk membentengi ahlak yang luhur. Sasaran utama dari disyari’atkannya pernikahan dalam Islam di antaranya ialah untuk membentengi martabat manusia dari perbuatan kotor. Islam memandang pernikahan dan pembentukan keluarga sebagai sarana efektif untuk memelihara pemuda dari kerusakan serta melindungi masyarakat dari kekacauan.

Proposal Nikah untuk ummi dan abi

Ummi dan Abi yang sangat saya hormati, saya cintai dan sayangi, semoga Allah selalu memberkahi langkah-langkah kita dan tidak putus-putus memberikan nikmatNya kepada kita. Amin

Ummi dan Abi yang sangat saya hormati..sebagai hamba Allah, saya telah diberi berbagai nikmat. Maha Benar Allah yang telah berfirman : "Kami akan perlihatkan tanda-tanda kebesaran kami di ufuk-ufuk dan dalam diri mereka, sehingga mereka dapat mengetahui dengan jelas bahwa Allah itu benar dan Maha Melihat segala sesuatu".

Nikmat tersebut diantaranya ialah fitrah kebutuhan biologis, saling membutuhkan terhadap lawan jenis.. yaitu: Menikah ! Fitrah pemberian Allah yang telah lekat pada kehidupan manusia, dan jika manusia melanggar fitrah pemberian Allah, hanyalah kehancuran yang didapatkannya..Na'udzubillah ! Dan Allah telah berfirman : "Janganlah kalian mendekati zina, karena zina adalah perbuatan yang buruk lagi kotor" (Qs. Al Israa' : 32).

Ummi dan Abi tercinta..melihat pergaulan anak muda dewasa itu sungguh amat memprihatinkan, mereka seolah tanpa sadar melakukan perbuatan-perbuatan maksiat kepada Allah. Seolah-olah, dikepala mereka yang ada hanya pikiran-pikiran yang mengarah kepada kebahagiaan semu dan sesaat. Belum lagi kalau ditanyakan kepada mereka tentang menikah. "Saya nggak sempat mikirin kawin, sibuk kerja, lagipula saya masih ngumpulin barang dulu," ataupun Kerja belum mapan , belum cukup siap untuk berumah tangga¡¨, begitu kata mereka, padahal kurang apa sih mereka. Mudah-mudahan saya bisa bertahan dan bersabar agar tak berbuat maksiat. Wallahu a'lam.

Ummi dan Abi tersayang..bercerita tentang pergaulan anak muda yang cenderung bebas pada umumnya, rasanya tidak cukup tinta ini untuk saya torehkan. Setiap saya menulis peristiwa anak muda di majalah Islam, pada saat yang sama terjadi pula peristiwa baru yang menuntut perhatian kita..Astaghfirullah.. Ibunda dan Ayahanda..inilah antara lain yang melatar belakangi saya ingin menyegerakan menikah.

Dasar Pemikiran

Dari Al Qur'an dan Al Hadits :

"Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. JIKA MEREKA MISKIN ALLAH AKAN MENGKAYAKAN MEREKA DENGAN KARUNIANYA. Dan Allah Maha Luas (pemberianNya) dan Maha Mengetahui." (QS. An Nuur (24) : 32).

"Dan segala sesuatu kami jadikan berpasang-pasangan, supaya kamu mengingat kebesaran Allah." (QS. Adz Dzariyaat (51) : 49).
¨Maha Suci Allah yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui¡¨ (Qs. Yaa Siin (36) : 36).

Bagi kalian Allah menciptakan pasangan-pasangan (istri-istri) dari jenis kalian sendiri, kemudian dari istri-istri kalian itu Dia ciptakan bagi kalian anak cucu keturunan, dan kepada kalian Dia berikan rezeki yang baik-baik (Qs. An Nahl (16) : 72).

Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. (Qs. Ar. Ruum (30) : 21).

Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi pelindung (penolong) bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasulnya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah ; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (Qs. At Taubah (9) : 71).

Wahai manusia, bertaqwalah kamu sekalian kepada Tuhanmu yang telah menjadikan kamu satu diri, lalu Ia jadikan daripadanya jodohnya, kemudian Dia kembangbiakkan menjadi laki-laki dan perempuan yang banyak sekali. (Qs. An Nisaa (4) : 1).

Wanita yang baik adalah untuk lelaki yang baik. Lelaki yang baik untuk wanita yang baik pula (begitu pula sebaliknya). Bagi mereka ampunan dan reski yang melimpah (yaitu : Surga) (Qs. An Nuur (24) : 26).

..Maka nikahilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi dua, tiga, atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja..(Qs. An Nisaa' (4) : 3).

Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak pula bagi perempuan yang mukminah apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan akan ada bagi mereka pilihan yang lain tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan RasulNya maka sesungguhnya dia telah berbuat kesesatan yang nyata.(Qs.Al Ahzaab(33):36).

Anjuran-anjuran Rasulullah untuk Menikah :

Rasulullah SAW bersabda: "Nikah itu sunnahku, barangsiapa yang tidak suka, bukan golonganku !"(HR. Ibnu Majah, dari Aisyah r.a.).

Empat macam diantara sunnah-sunnah para Rasul yaitu : berkasih sayang, memakai wewangian, bersiwak dan menikah (HR. Tirmidzi).


Dari Aisyah, "Nikahilah olehmu kaum wanita itu, maka sesungguhnya mereka akan mendatangkan harta (rezeki) bagi kamu¡¨ (HR. Hakim dan Abu Dawud).

Jika ada manusia belum hidup bersama pasangannya, berarti hidupnya akan timpang dan tidak berjalan sesuai dengan ketetapan Allah SWT dan orang yang menikah berarti melengkapi agamanya, sabda Rasulullah SAW: "Barangsiapa diberi Allah seorang istri yang sholihah, sesungguhnya telah ditolong separoh agamanya. Dan hendaklah bertaqwa kepada Allah separoh lainnya." (HR. Baihaqi).

Dari Amr Ibnu As, Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasannya ialah wanita shalihat.(HR. Muslim, Ibnu Majah dan An Nasai).

"Tiga golongan yang berhak ditolong oleh Allah (HR. Tirmidzi, Ibnu Hibban dan Hakim) : a. Orang yang berjihad / berperang di jalan Allah. b. Budak yang menebus dirinya dari tuannya. c. Pemuda / i yang menikah karena mau menjauhkan dirinya dari yang haram."

"Wahai generasi muda ! Bila diantaramu sudah mampu menikah hendaklah ia nikah, karena mata akan lebih terjaga, kemaluan akan lebih terpelihara." (HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas'ud).

Kawinlah dengan wanita yang mencintaimu dan yang mampu beranak. Sesungguhnya aku akan membanggakan kamu sebagai umat yang terbanyak (HR. Abu Dawud).

Saling menikahlah kamu, saling membuat keturunanlah kamu, dan perbanyaklah (keturunan). Sesungguhnya aku bangga dengan banyaknya jumlahmu di tengah umat yang lain (HR. Abdurrazak dan Baihaqi).

Shalat 2 rakaat yang diamalkan orang yang sudah berkeluarga lebih baik, daripada 70 rakaat yang diamalkan oleh jejaka (atau perawan) (HR. Ibnu Ady dalam kitab Al Kamil dari Abu Hurairah).

Rasulullah SAW. bersabda : "Seburuk-buruk kalian, adalah yang tidak menikah, dan sehina-hina mayat kalian, adalah yang tidak menikah" (HR. Bukhari).

Diantara kamu semua yang paling buruk adalah yang hidup membujang, dan kematian kamu semua yang paling hina adalah kematian orang yang memilih hidup membujang (HR. Abu Ya¡¦la dan Thabrani).

Dari Anas, Rasulullah SAW. pernah bersabda : Barang siapa mau bertemu dengan Allah dalam keadaan bersih lagi suci, maka kawinkanlah dengan perempuan terhormat. (HR. Ibnu Majah,dhaif).

Rasulullah SAW bersabda : Kawinkanlah orang-orang yang masih sendirian diantaramu. Sesungguhnya, Allah akan memperbaiki akhlak, meluaskan rezeki, dan menambah keluhuran mereka (Al Hadits).

Tujuan Pernikahan

Melaksanakan perintah Allah dan Sunnah Rasul.
Melanjutkan generasi muslim sebagai pengemban risalah Islam.
Mewujudkan keluarga Muslim menuju masyarakat Muslim.
Mendapatkan cinta dan kasih sayang.
Ketenangan Jiwa dengan memelihara kehormatan diri (menghindarkan diri dari perbuatan maksiat / perilaku hina lainnya).
Agar kaya (sebaik-baik kekayaan adalah isteri yang shalihat).
Meluaskan kekerabatan (menyambung tali silaturahmi / menguatkan ikatan kekeluargaan)

Kesiapan Pribadi

Kondisi Qalb yang sudah mantap dan makin bertambah yakin setelah istikharah.

Rasulullah SAW. bersabda : Man Jadda Wa Jadda (Siapa yang bersungguh-sungguh pasti ia akan berhasil melewati rintangan itu).
Termasuk wajib nikah (sulit untuk shaum).
Termasuk tathhir (mensucikan diri).
Secara materi, Insya Allah siap. Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya (Qs. At Thalaq (65) : 7)

Akibat Menunda atau Mempersulit Pernikahan
Kerusakan dan kehancuran moral akibat pacaran dan free sex.
Tertunda lahirnya generasi penerus risalah.
Tidak tenangnya Ruhani dan perasaan, karena Allah baru memberi ketenangan dan kasih sayang bagi orang yang menikah.
Menanggung dosa di akhirat kelak, karena tidak dikerjakannya kewajiban menikah saat syarat yang Allah dan RasulNya tetapkan terpenuhi.
Apalagi sampai bersentuhan dengan lawan jenis yang bukan mahramnya.

Rasulullah SAW. bersabda: "Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, janganlah ia bersunyi sepi berduaan dengan wanita yang tidak didampingi mahramnya, karena yang menjadi pihak ketiganya adalah syaitan." (HR. Ahmad)
dan "Sungguh kepala salah seorang diantara kamu ditusuk dengan jarum dari besi lebih baik, daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya" (HR. Thabrani dan Baihaqi).. Astaghfirullahaladzim.. Na'udzubillahi min dzalik

Namun, umumnya yang terjadi di masyarakat di seputar pernikahan adalah sebagai berikut ini :

Status yang mulia bukan lagi yang taqwa, melainkan gelar yang disandang: Ir, DR, SE, SH, ST, dsb
Pesta pernikahan yang wah / mahar yang tinggi, sebab merupakan kebanggaan tersendiri, bukan di selenggarakan penuh ketawadhu'an sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

(Pernikahan hendaklah dilandasi semata-mata hanya mencari ridha Allah dan RasulNya. Bukan di campuri dengan harapan ridha dari manusia (sanjungan, tidak enak kata orang). Saya yakin sekali.. bila Allah ridha pada apa yang kita kerjakan, maka kita akan selamat di dunia dan di akhirat kelak.)


Pernikahan dianggap penghalang untuk menyenangkan orang tua.

Masyarakat menganggap pernikahan akan merepotkan Studi, padahal justru dengan menikah penglihatan lebih terjaga dari hal-hal yang haram, dan semakin semangat menyelesaikan kuliah.

Memperbaiki Niat :

Innamal a'malu binniyat....... Niat adalah kebangkitan jiwa dan kecenderungan pada apa-apa yang muncul padanya berupa tujuan yang dituntut yang penting baginya, baik secara segera maupun ditangguhkan.

Niat Ketika Memilih Pendamping

Rasulullah bersabda "Barangsiapa yang menikahkan (putrinya) karena silau akan kekayaan lelaki meskipun buruk agama dan akhlaknya, maka tidak akan pernah pernikahan itu dibarakahi-Nya, Siapa yang menikahi seorang wanita karena kedudukannya, Allah akan menambahkan kehinaan kepadanya, Siapa yang menikahinya karena kekayaan, Allah hanya akan memberinya kemiskinan, Siapa yang menikahi wanita karena bagus nasabnya, Allah akan menambahkan kerendahan padanya, Namun siapa yang menikah hanya karena ingin menjaga pandangan dan nafsunya atau karena ingin mempererat kasih sayang, Allah senantiasa memberi barakah dan menambah kebarakahan itu padanya."(HR. Thabrani).

"Janganlah kamu menikahi wanita karena kecantikannya, mungkin saja kecantikan itu membuatmu hina. Jangan kamu menikahi wanita karena harta / tahtanya mungkin saja harta / tahtanya membuatmu melampaui batas. Akan tetapi nikahilah wanita karena agamanya. Sebab, seorang budak wanita yang shaleh, meskipun buruk wajahnya adalah lebih utama". (HR. Ibnu Majah).

Nabi SAW. bersabda : Janganlah kalian menikahi kerabat dekat, sebab (akibatnya) dapat melahirkan anak yang lemah (baik akal dan fisiknya) (Al Hadits).

Dari Jabir r.a., Sesungguhnya Nabi SAW. telah bersabda, ¡§Sesungguhnya perempuan itu dinikahi orang karena agamanya, kedudukan, hartanya, dan kecantikannya ; maka pilihlah yang beragama." (HR. Muslim dan Tirmidzi). Niat dalam Proses Pernikahan


Masalah niat tak berhenti sampai memilih pendamping. Niat masih terus menyertai berbagai urusan yang berkenaan dengan terjadinya pernikahan. Mulai dari memberi mahar, menebar undangan walimah, menyelenggarakan walimah. Walimah lebih dari dua hari lebih dekat pada mudharat, sedang walimah hari ketiga termasuk riya'. "Berikanlah mahar (mas kawin) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan."(Qs. An Nisaa (4) : 4).

Rasulullah SAW bersabda : "Wanita yang paling agung barakahnya, adalah yang paling ringan maharnya" (HR. Ahmad, Al Hakim, Al Baihaqi dengan sanad yang shahih).

Dari Aisyah, bahwasanya Rasulullah SAW. telah bersabda, "Sesungguhnya berkah nikah yang besar ialah yang sederhana belanjanya (maharnya)"

(HR. Ahmad). Nabi SAW pernah berjanji : "Jangan mempermahal nilai mahar. Sesungguhnya kalau lelaki itu mulia di dunia dan takwa di sisi Allah, maka Rasulullah sendiri yang akan menjadi wali pernikahannya." (HR. Ashhabus Sunan).

Dari Anas, dia berkata : " Abu Thalhah menikahi Ummu Sulaim dengan mahar berupa keIslamannya" (Ditakhrij dari An Nasa'i)..Subhanallah..

Proses pernikahan mempengaruhi niat. Proses pernikahan yang sederhana dan mudah insya Allah akan mendekatkan kepada bersihnya niat, memudahkan proses pernikahan bisa menjernihkan niat. Sedangkan mempersulit proses pernikahan akan mengkotori niat.
"Adakanlah perayaan sekalipun hanya memotong seekor kambing." (HR. Bukhari dan Muslim)

Pernikahan haruslah memenuhi kriteria Lillah, Billah, dan Ilallah. Yang dimaksud Lillah, ialah niat nikah itu harus karena Allah. Proses dan caranya harus Billah, sesuai dengan ketentuan dari Allah.. Termasuk didalamnya dalam pemilihan calon, dan proses menuju jenjang pernikahan (bersih dari pacaran / nafsu atau tidak). Terakhir Ilallah, tujuannya dalam rangka menggapai keridhoan Allah.

Sehingga dalam penyelenggaraan nikah tidak bermaksiat pada Allah ; misalnya :
- adanya pemisahan antara tamu lelaki dan wanita,
- tidak berlebih-lebihan, tidak makan sambil berdiri (adab makanan dimasyarakat biasanya standing party-ini yang harus di hindari, padahal tidak dicontohkan oleh Rasulullah SAW yang demikian),
- Pengantin tidak disandingkan,

adab mendo'akan pengantin dengan do'a :
Barokallahu laka wa baroka 'alaikum wa jama'a baynakuma fii khoir.. (Semoga Allah membarakahi kalian dan melimpahkan barakah kepada kalian),
-tidak bersalaman dengan lawan jenis, Tidak berhias secara berlebihan ("Dan janganlah bertabarruj (berhias) seperti tabarrujnya jahiliyah yang pertama" - Qs. Al Ahzab (33),

Meraih Pernikahan Ruhani

Jika seseorang sudah dipenuhi dengan kecintaan dan kerinduan pada Allah, maka ia akan berusaha mencari seseorang yang sama dengannya. Secara psikologis, seseorang akan merasa tenang dan tentram jika berdampingan dengan orang yang sama dengannya, baik dalam perasaan, pandangan hidup dan lain sebagainya. Karena itu, berbahagialah seseorang yang dapat merasakan cinta Allah dari pasangan hidupnya, yakni orang yang dalam hatinya Allah hadir secara penuh. Mereka saling mencintai bukan atas nama diri mereka, melainkan atas nama Allah dan untuk Allah.

Betapa indahnya pertemuan dua insan yang saling mencintai dan merindukan Allah. Pernikahan mereka bukanlah semata-mata pertemuan dua insan yang berlainan jenis, melainkan pertemuan dua ruhani yang sedang meniti perjalanan menuju Allah, kekasih yang mereka cintai. Itulah yang dimaksud dengan pernikahan ruhani. KALO KITA BERKUALITAS DI SISI ALLAH, PASTI YANG AKAN DATANG JUGA SEORANG (JODOH UNTUK KITA) YANG BERKUALITAS PULA (Al Izzah 18 / Th. 2)

Penutup

"Hai, orang-orang beriman !! Janganlah kamu mengharamkan apa yang dihalalkan oleh Allah kepada kamu dan jangan kamu melampaui batas, karena Allah tidak suka kepada orang-orang yang melampaui batas." (Qs. Al Maidaah (5) : 87).

Karena sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan. Dan sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (Qs. Alam Nasyrah (94) : 5- 6 ).

Ummi dan Abi yang sangat saya hormati, saya sayangi dan saya cintai atas nama Allah..

demikanlah proposal ini (secara fitrah) saya tuliskan. Saya sangat berharap Ummi dan Abi..
memahami keinginan saya.
Atas restu dan doa dari Ummi dan Abi..

saya ucapkan "Jazakumullah Khairan katsiira".

"Ya Allah, jadikanlah aku ridho terhadap apa-apa yang Engkau tetapkan dan jadikan barokah apa-apa yang telah Engkau takdirkan, sehingga tidak ingin aku menyegerakan apa-apa yang engkau tunda dan menunda apa-apa yang Engkau segerakan..

YA ALLAH BERILAH PAHALA DALAM MUSIBAHKU KALI INI DAN GANTIKAN UNTUKKU YANG LEBIH BAIK DARINYA.. Amiin"

Penulis adalah Uda Arif Rahman Hakim, semoga Allah selalu melimpahkan rahmat selalu

ber-jilbab dengan ilmu

Subhanallah,, maraknya jamur jilbab di kota tercinta ini. Tatkala sedang singgah ke sekolahan, anak-anak sekolah sudah banyak yang berkerudung. Biasanya, mereka memakai kerudung pada hari Jum’at dan Sabtu. Tak ayal ibu-ibu sekarang pun juga banyak yang menutup rambutnya, saat datang kondangan atau pun belanja ke pasar. Yang lebih mengharukan lagi, remaja-remaja kuliahan bertaburan di mall, jalanan, dan masjid lengkap dengan jilbabnya. Allahu akbar... Allahu akbar...

Saat share dengan adek-adek, beberapa mengeluhkan, ”Mbak, teman-teman ane pada nanya, ’kok banyak dari kalangan yang gak bener itu pake jilbab? Eh tahu dak banyak orang yang di pantai panjang remang-remang tuh (tempat dunia kegelapan-red), orang yang make jilbab galo. Apo cubo gawenyo (kerjaan) berduo kek lanang-lanang (cowok) banyak tuh?’”

Laen lagi dengan teman ammah ana di kampus, ”Frend, kemaren gua jalan di mall banyak orang yang pake jilbab panjang, seumuran lah dengan kita, nah mereka kek orang pacaran. Gua sangsi kalau mereka suami istri, secara mereka kek nya seumuran dengan kita.”

Atau yang lain lagi, ”Iwh, masa Vo, pake jilbab tapi tos-tosan, cubit-cubitan ama teman sekelas. Apa kata dunia!!”

Coment sebagian yang lain, ”Percuma aja berjilbab kalau kayak gitu, buka tutup lepas blazz, kemaren aku liat si X jalan ke mini market, waktu aku sapa dan kutanya jilbabnya kemana, beuuh, dia jawab; oh iya jilbabku kotor semua jadi gak pake deh.” Brak patah hati ini mendengarnya. Hiiksss...T_T

Teman-teman yang ammah cukup banyak yang complaind plus nanya-nanya ini itu, kok gini, lah yang itu begitu, yang seperti ini aja begono, wadohh bengund. Haks,,haks,,,


JILBAB TANPA ILMU

Film KCB booming, jilbab panjang pun menyebar bak virus yang membunuh baju-baju casual. Subhanallah dakwah yang indah. Tapi, sebagian besar gak ngarti dan gak fahim ilmunya menutup aurat. Begitulah kalau jilbab dijadikan mode belaka. Memakai tanpa tahu ilmunya.

Mengapa bertaburan cewek-cewek berjilbab yang berduaan dengan laki-laki yang bukan mahramnya? Mengapa cewek berjilbab ada yang pacaran ampe gak jelas getho?

Miris saat ngeliat banyak muslimah-muslimah yang kata orang banyak sebagai contoh untuk orang lain ternyata begentayangan gak bisa jaga hijab-nya. Wuiz,, ujung-ujungnya ujung si jilbab yang dipermasalahkan. Dan di akhirnya ujung, Islam yang indah yang disalahkan dan dikambing hitamkan. Masuklah beragam pemikiran-pemikiran yang jelek tentang Islam. Bewwwwuh,, semoga bukan ane... Allahuma Aamiin...

Kalau dah banyak teman yang complaind masalah ini (padahal kan gak semua jilbaber kayak gitu), lantas gemana?

Menurut Firman Allah di surah An-Nuur ayat 31;

(**Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, ........................**)

Weiz, di sinilah ilmunya. So, banyak dari muslimah-muslimah pada gak ngerti kalau sebagai wanita yang beriman wajib menahan padangan dan kemaluan bukan sekedar hanya make jilbab. Bahkan Allah menulis ”menahan pandangan dan kemaluan” lebih dahulu dibanding ”menutup kudung ke dadanya”.

So plis, jangan malu-maluin muslimah laen dund dengan gaya pergaulan yang gak syar’i. Dan jangan sampe tingkah kita yang berkerudung ini jadi fitnah hingga mengambing hitamkan Islam. Wuiz, tanggung jawab muslimah berjilbab emang cukup ngeh deh. Semangat!! Jangan lembek!! Jangan jadi muslimah gampangan!! Malu ama tuh jilbab, apalagi ama ALLAH!!

MARI BERUBAH...

Senangnya saat teman-teman dah mulai belajar make kerudung, ana senang beud kalau banyak teman yang curhat kalau mereka pengen pake jilbab. Walau niat awalnya, pengen kayak si akhwat itu, pengen diliat si ikhwan ini, yaaah, pacar gua Islami so gua mesti nyeimbangin dund. Hakz,.hakz.. Hahay!!

Segala sesuatu memang bergantung dengan niat. Bahkan percuma melakukan kebajikan kalau niatnya bukan karena Allah.

Ayo, akhwat jangan mengekslusifkan diri dari pergaulan, agar jadi salah satu tempat teman-teman cerita kalau mau pake jilbab. Kita harus 100% mendukung mereka, semoga, setelah menutup aurat terlebih dahulu, ikut pengajian dan berkumpul dengan orang yang solehah, Insya Allah mereka dapat berubah. Yuhuu, medan dakwah yang menyenangkan!

Paling tidak, dengan menjamurnya mode jilbab banyak orang yang mulai tertarik dengan islam. Menyebabkan sebagian bertanya, dan akhwaters inilah tugas kita. Mari belajar memperbaiki niat dan meluruskan niat saudari muslimah kita, terkhususnya diri sendiri. Semoga saudari muslimah kita dapat berjilbab dengan ilmu bukan dengan mode.


**copas dari seorang ukhti

Hakikat Kesombongan Adalah Menolak Kebenaran dan Merendahkan Manusia

Asy-Syaikh Husain bin ‘Audah Al-Awayisyah


Apa itu (hakikat) Al-Kibru atau kesombongan ? Dari Abdullah Bin Mas’ud radhiayallahu’anhu dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:


وعن عبداللّه بن مسعودرضى اللّه عنه عن النّبىّ صلّى اللّه عليه وسلّم قال : لايدخل الجنّةمن كان فى قلبه مثقال ذرّةمن كبر ، فقال رجل : انّ الرّجل يحبّ ان يكون ثوبه حسناونعله حسنة ، قال : انّ اللّه جميل يحبّ الجمال . الكبر : بطرالحقّ وغمط النّاس (رواه مسلم)٠


“Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada sebesar dzarrah dari kesombongan.” Salah seorang shahabat lantas bertanya: “Sesungguhnya seseorang senang jika bajunya bagus dan sandalnya baik?” Maka beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah Dzat yang Maha Indah dan senang dengan keindahan, Al-Kibru (sombong) adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia.”(HR Muslim dalam Shahih-nya, Kitabul Iman, Bab: Tahrimul Kibri wa Bayanuhu)


Dalam riwayat lain:


لاَ يَدْخُلُ النَّارَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ إِيْمَانٍ وَلاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ


“Tidak akan masuk neraka seseorang yang di dalam hatinya ada sebesar biji sawi dari keimanan dan tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada sebesar biji sawi dari kesombongan.”(HR Muslim dalam Shahih-nya, Kitabul Iman, Bab: Tahrimul Kibri wa Bayanuhu)


Nabi telah menjelaskan Al-kibru (kesombongan) itu adalah:


الْكِبْرُ بَطْرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ


menolak kebenaran dan merendahkan manusia. Adapun batharul haq artinya mengingkari kebenaran dan menolaknya. Sedang ghomthunaas artinya meremehkan mereka (manusia).


Maka orang yang sombong, selalu berambisi untuk meninggikan dirinya di hadapan Allah Ta’ala dengan cara menolak syariat dan ajaran agama. Padahal perkataan yang benar adalah dari Kitabullah dan Sunnah rasul-Nya Shallallahu'alaihi wasallam dan dia meninggikan dirinya di hadapan manusia sehingga mengolok-olok, meremehkan serta menjelek-jelekan mereka.


Sesungguhnya sombong adalah meremehkan sang Khaliq (Allah ‘Azza wa Jalla) dan sekaligus meremehkan makhluk (manusia), kita berlindung kepada Allah Ta’ala dari sifat tersebut.


Allah ‘Azza wa Jalla telah berfirman:


وَلَقَدْ فَتَنَّا قَبْلَهُمْ قَوْمَ فِرْعَوْنَ وَجَاءَهُمْ رَسُولٌ كَرِيمٌ أَنْ أَدُّوا إِلَيَّ عِبَادَ اللَّهِ إِنِّي لَكُمْ رَسُولٌ أَمِينٌ وَأَنْ لا تَعْلُوا عَلَى اللَّهِ إِنِّي آتِيكُمْ بِسُلْطَانٍ مُبِينٍ


“Sesungguhnya sebelum mereka telah Kami uji kaum Fir’aun dan telah datang kepada mereka seorang Rasul yang mulia, (dengan berkata): “Serahkanlah kepadaku hamba-hamba Allah (Bani Israil yang kamu perbudak). Sesungguhnya aku adalah utusan (Allah) yang dipercaya kepadamu, dan janganlah kamu menyombongkan diri terhadap Allah. Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa bukti yang nyata.” [Ad-Dhukhan 17-19]


Ibnu Katsir menjelaskan tentang tafsir firman Allah :


وَأَنْ لا تَعْلُوا عَلَى اللَّهِ


“dan janganlah kamu menyombongkan diri terhadap Allah.” Yakni: Janganlah kalian sombong dari mengikuti ayat-ayat-Nya dan melaksanakan hujah-hujah-Nya serta mengimani bukti-bukti-Nya. Sebagaimana firman-Nya ‘Azza wa Jalla :


وَكَذَلِكَ حَقَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ عَلَى الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّهُمْ أَصْحَابُ النَّارِ


“Dan demikianlah telah pasti berlaku ketetapan azab Rabb-mu terhadap orang-orang kafir, karena sesungguhnya mereka adalah penghuni neraka.”[Ghafir:6]


[Dinukil dari buku Tawadhu’ kedudukannya dalam agama oleh Asy-Syaikh Husain bin ‘Audah Al-Awayisyah terbitan Maktabah Al-Ghuroba’ halaman 22-24]


Sumber: http://sunniy.wordpress.com | Menebar Ilmu & Tegakkan Sunnah

Prinsip, Idealisme, Akidah, dan Syariat

Bukan kita yang memegang prinsip, melainkan prinsip yang seharusnya memegang kita, maka prinsip itu pasti tak mudah luntur. Sebab kita sedang memertaruhkan "kita" apabila kita menghilangkan prinsip-prinsip kehidupan.... Artinya, jangan terkekang oleh prinsip2 yang kita yakini, tapi raihlah kebahagiaan sejati bersama prinsip-prinsip yang kita yakini...

Dan sesungguhnya idealisme itu ada di lapisan hati terdalam ... itu sebabnya kita harus meluruhkan segala prasangka, membersihkan pikiran, merelakskan ketegangan..agar tarikan udara kehidupan dapat menembus ke dalam hati.... tidak hanya di pikiran yang menggelisahkan dada kehidupan...

Kita berislam untuk mengenal Allah dan mengagungkannya.. dan bukan sibuk dengan ajaran Islam itu sendiri tapi malah lupa kepada yang menciptakan ajaran Islam itu...

Kita berislam untuk kelak bertemu dengan Allah, menatap wajahNya.. dan bukan sibuk mengurus aturan yang sudah pasti ditetapkanNya..sehingga kita lupa kepada siapa yang menciptakan keteraturan di semesta...lalu kita agungkan syariat Islam seraya mengkafirkan yang belum bersyariat Islam.. ya tentu saja (sebenarnya) termasuk kita semua yang tidak bersyariat Islam...

Menegakkan syariat itu wajib, tapi hidup gelisah karena tidak percaya bahwa Allah lah yang menjaga syariatNya untuk tetap tegak..berarti idealisme akidah kita masih harus ditingkatkan.... dan akidah lebih utama daripada syariat... sebab syariat terbaik dibangun di atas akidah yang sungguh mengESAkannya tanpa kegelisahan dan warna emosi yg tak indah...

"Inna lil muttaqiinaa mafaazaa"
Sesungguhnya orang2 yang bertaqwa itu PASTI menang...

Salam Perjuangan

Apakah Bapak Tiri Boleh Menikahi Anak Perempuan Tirinya ?

Para ulama telah berbeda pendapat mengenai hal ini. Pokok persoalannya adalah pemahaman dan penarikan hukum atas firman Allah ta’ala :

حُرِّمَتْ عَلَيْكُمْ أُمَّهَاتُكُمْ ........ وَرَبَائِبُكُمُ اللاتِي فِي حُجُورِكُمْ مِنْ نِسَائِكُمُ اللاتِي دَخَلْتُمْ بِهِنَّ فَإِنْ لَمْ تَكُونُوا دَخَلْتُمْ بِهِنَّ فَلا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ وَحَلائِلُ أَبْنَائِكُمُ الَّذِينَ مِنْ أَصْلابِكُمْ وَأَنْ تَجْمَعُوا بَيْنَ الأخْتَيْنِ إِلا مَا قَدْ سَلَفَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ غَفُورًا رَحِيمًا

“Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; ……… anak-anak istrimu yang dalam pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) istri-istri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” [QS. An-Nisaa’ : 23].

Sebagian ulama berpendapat tidak bolehnya seorang laki-laki menikahi anak istri dari suami yang lain (anak tiri) jika terkumpul padanya dua kondisi :

1. Anak tiri dalam asuhan/pemeliharaan ayah tirinya.

2. Ayah tiri (si laki-laki) tersebut telah mencampuri ibu tirinya.[1]

Jika terkumpul dua kondisi ini, maka haram bagi ayah tiri menikahi anak tirinya, karena statusnya adalah mahram baginya. Namun jika dua kondisi tersebut tidak terpenuhi atau hanya satu kondisi saja yang terpenuhi, maka tidak mengapa jika ayah tiri menikahi anak tiri. Pendapat ini merupakan pendapat dari Amiirul-Mukminiin ‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu ‘anhu, Abu Muhammad bin Hazm rahimahullah, dan ternukil dari Malik bin Anas rahimahullah.

Al-Haafidh Ibnu Hajar rahimahullah berkata :

أخرجه عبد الرزاق وابن المنذر وغيرهما من طريق إبراهيم بن عبيد عن مالك بن أوس قال: كانت عندي امرأة قد ولدت لي، فماتت فوجدت عليها، فلقيت علي بن أبي طالب فقال لي: مالك؟ فأخبرته، فقال: ألها ابنة؟ يعني من غيرك، قلت: نعم قال: كانت في حجرك؟ قلت: لا، هي في الطائف، قال: فانكحها، قلت: فأين قوله تعالى :{وَرَبَائِبُكُمُ} قال إنها لم تكن في حجرك......

والأثر صحيح عن علي.

“Diriwayatkan oleh ‘Abdurrazzaaq, Ibnul-Mundzir, dan yang lainnya dari jalan Ibraahiim bin ‘Ubaid, dari Maalik bin Aus, ia berkata : “Aku pernah mempunyai istri yang melahirkan, lalu istriku itu meninggal dan akupun sedih. Maka aku menemui ‘Aliy bin Abi Thaalib. Ia berkata kepadaku : ‘Ada apa denganmu ?’. Aku pun mengkhabarkan kepadanya apa yang terjadi. ‘Aliy lalu bertanya : ‘Apakah istrimu mempunyai anak perempuan, yaitu dari selainmu (= anak tiri) ?’. Aku jawab : ‘Ya’. Ia kembali bertanya : ‘Apakah anak perempuan tirimu itu dalam asuhanmu ?’. Aku jawab : ‘Tidak, ia ada di Thaaif’. Ia berkata : ‘Nikahilah ia !’. Aku berkata : ‘Lantas bagaimana dengan ayat {وَرَبَائِبُكُمُ} (anak perempuan/tiri dari istri yang telah aku campuri) ?’. ‘Aliy berkata : ‘Ia tidak dalam asuhanmu’….

Atsar ini shahih dari ‘Aliy” [Fathul-Baariy, 9/158 – lihat pula Mushannaf ‘Abdirrazzaaq no. 10834].

Namun jumhur ulama berpendapat bahwa anak tiri itu haram untuk dinikahi, baik ia ada dalam asuhan bapak tiri ataupun tidak. Mereka hanya mensyaratkan adanya jima’ saja. Kalimat dalam ayat di atas keluar dari tempat keumumannya (خرج مخرج الغالب), sehingga tidak ada mafhum padanya.[2] Maksudnya, ayat tersebut berbicara tentang keumuman seorang anak tiri (rabiibah) yang berada di asuhan/pemeliharaan orang tuanya. Oleh karena itu, tidak ada mafhum mukhalafah atas ayat dimaksud jika anak tiri tidak dalam asuhan/pemeliharaan, boleh bagi ayah tiri untuk menikahinya. Hal ini seperti firman Allah ta’ala :

وَلا تُكْرِهُوا فَتَيَاتِكُمْ عَلَى الْبِغَاءِ إِنْ أَرَدْنَ تَحَصُّنًا

“Dan janganlah kamu paksa budak-budak wanitamu untuk melakukan pelacuran, sedang mereka sendiri mengingini kesucian” [QS. An-Nuur : 33].

QS. An-Nuur : 33 tidak mengkonsekuensikan jika ada budak wanita yang tidak menginginkan kesucian boleh dipaksa untuk melakukan pelacuran.

Pendapat jumhur inilah yang raajih dalam permasalahan ini, insya Allah.

عن أم حبيبة بنت أبي سفيان قالت: يارسول الله، انكح أختي بنت أبي سفيان، فقال: (أوتحبين ذلك). فقلت: نعم، لست لك بمخلية، وأحب من شاركني في الخير أختي، فقال النبي صلى الله عليه وسلم: (إن ذلك لا يحل لي). قلت: فإنا نحدث أنك تريد أن تنكح بنت أبي سلمة؟ قال: (بنت أم سلمة). قلت: نعم، فقال: (لو أنها لم تكن ربيبتي في حجري ما حلت لي، أنها لابنة أخي من الرضاعة، أرضعتني وأبا سلمة ثويبة، فلا تعرضن علي بناتكن ولا أخواتكن).

Dari Ummu Habiibah binti Abi Sufyaan ia berkata : “Wahai Rasulullah, nikahilah saudara perempuanku, anak perempuan Abu Sufyaan”. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab : “Apakah engkau senang akan hal itu ?”. Ummu Habiibah berkata : “Benar, aku tidak hanya ingin menjadi istrimu, dan aku ingin saudara perempuanku bergabung denganku dalam memperoleh kebaikan”. Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Saudara perempuanmu itu tidak halal bagiku”.[3] Ummu Habiibah berkata : “Kami mendengar khabar bahwa engkau ingin menikahi anak perempuan Abu Salamah ?”. Beliau besabda : “Anak perempuan Abu Salamah ?”. Ummu Habiibah menjawab : “Ya”. Beliau bersabda : “Seandainya ia bukan anak tiriku yang ada dalam asuhanku, dia tetap tidak halal aku nikahi, karena ia adalah anak perempuan saudara laki-lakiku dari hubungan penyusuan, yaitu aku dan Abu Salamah sama-sama pernah disusui oleh Tsuwaibah. Oleh karena itu, janganlah engkau tawarkan anak perempuanmu atau saudara perempuanmu kepadaku” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhariy no. 5101, Muslim no. 1449, dan yang lainnya].

Mengomentari hadits di atas, Ibnu Katsiir rahimahullah berkata :

جعل المناط في التحريم مجرد تزويجه أم سلمة وحكم بالتحريم لذلك، وهذا هو مذهب الأئمة الأربعة والفقهاء السبعة وجمهور الخلف والسلف

“Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjadikan sebab keharaman hanya sekedar perkawinan beliau dengan Ummu Salamah dan yang demikian itu dihukumi haram oleh beliau. Inilah madzhab imam yang empat, fuqahaa’ yang tujuh, serta jumhur ulama khalaf dan salaf ” [Tafsiir Ibni Katsiir, 2/251].

Wallaahu a’lam.



[1] Para ulama berbeda pendapat tentang makna ad-dukhuul dalam QS. An-Nisaa’ : 23. Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan perbedaan pendapat masalah ini :

وأما الدخول ففيه قولان: أحدهما أن المراد به الجماع وهو أصح قولي الشافعي، والقول الآخر وهو قول الأئمة الثلاثة المراد به الخلوة.

“Tentang makna ad-dukhuul, ada dua pendapat : Pertama, bahwa yang dimaksud dengannya adalah jimaa’. Ini merupakan pendapat yang paling shahih yang ternukil dari Asy-Syafi’iy. Kedua, dimana ini merupakan pendapat imam yang tiga (Abu Hanifah, Malik, dan Ahmad), maksudnya adalah berdua-duaan/khalwat (antara suami istri)” [Fathul-Baariy, 9/158].

Pendapat yang raajih adalah pendapat pertama. Hal ini berdasarkan dua atsar berikut :

عن الثوري عن عاصم عن بكر بن عبد الله المزني قال قال بن عباس الدخول والتغشي والإفضاء والمباشرة والرفث واللمس هذا الجماع غير أن الله حيي كريم يكنى بما شاء عما شاء

Dari Ats-Tsauriy, dari ‘Aashim,, dari Bakr bin ‘Abdillah Al-Muzanniy, ia berkata : Telah berkata Ibnu ‘Abbas : “Ad-dukhuul, at-taghasyiy, al-mubaasyarah, ar-rafats, dan al-lams, ini semuanya maknanya adalah jima’ karena Allah Maha Pemalu dan Maha Pemurah yang memberi kiasan dengan apa saja pada apa saja yang Ia kehendaki” [Diriwayatkan oleh ‘Abdurrazzaq no. 10826; shahih].

عن بن جريج قال قلت لعطاء ((وربائبكم اللاتي في حجوركم)) ما الدخول بهن ؟ قال أن تهدى إليه فيكشف ويجلس بين رجليها قلت إن فعل ذلك بها في بيت أهلها قال حسبه قد حرم ذلك عليه بناتها قلت له نعم, ولم يكشف قال لا تحرم عليه الربيبة إن فعل ذلك بأمها

Dari Ibnu Juraij ia berkata : “Aku pernah bertanya kepada ‘Athaa’ tentang firman Allah ta’ala : ‘dan anak-anak istrimu yang dalam pemeliharaanmu’; apa makna ad-dukhuul dengan mereka ?”. Ia menjawab : “Maknanya adalah jika wanita/istri telah menyerahkan diri kepada suaminya, dan si suami telah menyingkap (pakaian)-nya serta duduk di antara dua kakinya (men-jima’-inya)’. Aku berkata : ‘(Apa pendapatmu) jika hal itu ia lakukan di rumah keluarga si istri ?’. Ibnu Juraij menjawab : ‘Telah cukup hal itu baginya untuk mengharamkan (untuk menikahi) anak-anak perempuan istrinya (= anak tiri)’. Aku berkata : ‘Jika ia hanya bersenang-senang dengan istrinya namun belum menyingkap (pakaian)-nya (untuk men-jima’-inya) ?’. Ia menjawab : ‘Tidak diharamkan anak perempuan si istri itu (rabiibah) baginya jika ia sekedar melakukan itu dengan ibunya” [Diriwayatkan oleh ‘Abdurrazzaaq no. 10822; shahih. Lihat pula Tafsir Ibni Katsiir, 2/252].

[2] Para ulama menjelaskan satu kaedah sebagai berikut :

والمنطوق إذا خرج مخرج الغالب أو على حادثة فلا مفهوم له

“Satu manthuuq (bahasa nash) jika ia keluar dari tempat keumumannya atau satu peristiwa, maka tidak berlaku mafhum padanya” [Tafsir Ibni Katsiir, 2/394].

[3] Karena telah ada larangan dari Allah ta’ala :

حُرِّمَتْ عَلَيْكُمْ أُمَّهَاتُكُمْ ........ وَأَنْ تَجْمَعُوا بَيْنَ الأخْتَيْنِ إِلا مَا قَدْ سَلَفَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ غَفُورًا رَحِيمًا

“Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu,……… dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” [QS. An-Nisaa’ : 23].

SUDAHKAH PUASA KITA MEMBUAHKAN HASIL?

Begitu banyak musibah yang melanda negri ini. Bencana alam yang datang silih berganti, seakan-akan tak pernah berhenti mendera bangsa kita. Gelombang tsunami, gunung berapi, lumpur lapindo, tanah longsor dan masih banyak lagi bencana-bencana lain yang semua masih menyisakan tangis sanak famili dari korban-korbannya. Entah sampai kapan negri ini akan selesai dari semua ujian atau mungkin 'adzab' ini?

Belum lagi sederetan kasus-kasus 'heboh' dan kriminalitas yang setiap harinya tidak pernah sepi menghiasi lembaran surat kabar kita. Dari maraknya pesta seks bebas dan narkoba di tengah para pelajar/mahasiswa, kawin-cerai di kalangan 'publik figur', pembunuhan antar kerabat dekat, pemerkosaan ayah dengan anak kandungnya, hamil tanpa status ayah yang jelas, kawin kontrak yang tengah marak di tengah masyarakat dan perguruan tinggi, perselingkuhan di perkantoran, aborsi, bocah SD bunuh diri, penyulikan anak yang berakhir dengan sodomi dan pembunuhan, KKN di semua instansi baik pemerintah mau pun swasta, 'ilegal logging', pembobolan bank-bank, dan masih banyak lagi aksi-aksi kejahatan dan kemaksiatan baik yang dilakukan secara kolektif maupun individu yang belum disebutkan.

Mungkinkah ini yang membuat negri kita tak pernah berhenti dari malapetaka yang menimpa dan dari keterpurukan yang semakin melanda? Karena musibah tidak akan menimpa suatu negeri melainkan disebabkan oleh ulah tangan kebanyakan penduduknya (kemaksiatan yang mereka perbuat), sebagaimana disinyalir dalam banyak firman Allah di antaranya, artinya,

"Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri.” (QS. an-Nisa: 79).
Dalam ayat lain, Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya,

"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasa kan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." (QS. ar-Ruum: 41)

"Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)." (QS. as-Syura: 30)

Bahkan kita menyaksikan dan mendengar sendiri bukan hanya pelaku-pelaku kemaksiatan tersebut saja yang menjadi korban dari keganasan dan dasyatnya adzab Allah subhanahu wata’ala bahkan orang-orang yang tidak tahu menahu akan perbuatan bejat dan nista orang-orang di sekililingnya juga menjadi sasaran dari amukan kemarahan Sang 'Muntaqim'. Allah subhanahu wata’ala telah berfirman, artinya,

"Dan pelihara lah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zhalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya." (QS. al-Anfal: 25)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

"Apabila keburukan/kejahatan telah tampak nyata (merajalela) di muka bumi ini, maka Allah akan menurunkan adzab-Nya kepada penduduk bumi tersebut, maka aku (Aisyah radhiyallahu'anha) berkata, sekalipun di antara mereka terdapat orang-orang yang ta'at kepada Allah, Nabi menjawab, iya, tetapi kemudian mereka dikembalikan kepada rahmat Allah subhanahu wata'ala." (HR. Ahmad, dishahihkan oleh al-Albani)

Peristiwa dasyat beberapa tahun lalu masih segar dalam ingatan kita. Seharusnya sangat cukup menjadi pelajaran untuk menyadarkan siapun yang merasa memiliki andil dalam mendatangkan kemurkaan Sang 'Syadidul'Iqab'.

Apalagi kaum muslimin yang merupakan kaum mayoritas negri ini, baru saja digembleng sebulan penuh di bulan Ramadhan yang suci, dengan banyak mendekatkan diri di dalamnya, bertaubat dari semua maksiat yang telah diperbuat, banyak merenung dan memikirkan kehidupan masa depan yang lebih baik, tentu akan membuat kita penduduk negri ini semakin sadar dan berhenti dari melakukan hal-hal yang dapat mendatangkan musibah-musibah itu lagi.

Ramadhan yang setiap tahunnya datang kepada kita dengan izin Allah subhanahu wata’ala seharusnya telah mengantarkan kita kepada ketaqwaan haqiqi yang merupakan tujuan dan target dari disyariatkan puasa di dalamnya. Yaitu berupa kemampuan dalam mengerjakan perintah-perintah Allah subhanahu wata’ala dan meninggalkan larangan-larangan-Nya secara maksimal yang dapat menjadi faktor terbesar menghambat dan meredam kemurkaan Allah subhanahu wata’ala.

Allah subhanahu wata’ala telah berfirman yang artinya,

"Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada diantara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun". (QS. al-Anfal: 33)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Allah subhanahu wata’ala berfirman, "Demi kemulian dan keagungan-Ku, Aku senantiasa akan mengampunkan dosa-dosa hamba-hamba-Ku selama mereka mau meminta ampun kepada-Ku" (HR. Ahmad dan al-Hakim, dishahihkan oleh al-Albani)

Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,

"Bertaqwalah kepada Allah di mana saja kamu berada, dan ikutilah keburukan dengan kebaikan niscaya ia akan menghapuskan keburukan tersebut, dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik." (HR. at-Tirmidzi, dengan sanad hasan shahih)

Ramadhan yang tidak pernah absen dari tahun-ketahun, yang telah kita jalani sampai saat ini seharusnya telah mengantarkan kita menjadi pribadi-pribadi yang muttaqin, sehingga semua yang menjadi karekteristik al muttaqin telah ada pada diri-diri kita, karakteristik yang mulia seperti yang dijelaskan dalam banyak ayat-Nya.

Di antaranya Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya,

"(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah - Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengatahui." (QS. Ali'Imran: 134-135)

Dalam ayat di atas Allah subhanahu wata’ala menyebutkan bahwa di antara karakteristik mereka adalah:

*

Menginfakkan/menyedekahkan sebagian hartanya di jalan Allah subhanahu wata’ala baik dalam keadaan lapang (kaya, senang atau sehat) maupun dalam keadaan sempit (miskin, susah atau sakit). Kalau mayoritas masyarakat kita memiliki sifat seperti ini tentu ini akan menjadi kontribusi yang cukup besar dalam mengentaskan dan mengikikis habis atau setidaknya meminimalisir tindakan pelaku-pelaku kemaksyiatan yang pada umumnya selalu berdalihkan himpitan ekonomi di balik perbuatan mereka. Karena berarti 'pintu' yang mereka jadikan sebagai dalih di balik kejahatan yang mereka kerjakan telah ditutup dengan memberdayakan harta shadaqah yang dikeluarkan oleh ‘al-muttaqin’ tersebut. yang pada akhirnya dapat menjadi peredam kemurkaan dan adzab-Nya.

*

Mampu meredam emosi dan amarah. Tidak kita ragukan lagi bahwa sederatan kemaksiatan dan tindakan kriminalitas terjadi karena tidak mampunya para pelaku dalam mengendalikan emosinya dan menahan syahwatnya. Tentunya dengan buah dari puasa Ramadhan inilah seharus nya kita semakin dapat mengendalikan dan meredakan emosi dan amarah tatkala ia bergejolak dan menahan hawa nafsu manakala ia mengajak kita ke jalan-jalan maksiat. Sehingga bencana-bencana yang merupakan jelmaan dari kemahadasyatan murka Allah subhanahu wata’ala pun dapat diredakan dan tidak datang menimpa kita kembali.

*

Memaafkan kesalahan orang lain. Sifat ini juga bisa menjadi salah satu faktor semakin berkurangnya kemaksiatan. Betapa tidak, karena kemaksiatan dan kejahatan tidak jarang terjadi karena permusuhan dan tidak saling memaafkan di antara mereka, atau masih terdapatnya di dalam diri mereka sifat dendam yang berakhir dengan saling menganiaya, saling membunuh dan lain sebagainya. Maka kasus-kasus ini dapat diatasi ketika manusia telah tumbuh dalam dirinya sifat pemaaf. Dan akhirnya dapat meredam kemurkaan-Nya.

*

Segera meminta ampun dan bertaubat kepada Allah subhanahu wata’ala atas dosa-dosa yang telah diperbuat baik dari dosa kecil maupun besar, dan dia memiliki tekad yang kuat untuk tidak mengulangi perbuatan-perbuatan dosa itu lagi.


Buah Ramadhan bukan hanya mampu meredam murka Allah subhanahu wata’ala tapi juga dapat mendatangkan keberkahan untuk negri kita ini jika buah tersebut betul-betul telah dimililiki dan diraih oleh semua penduduk negri ini, sebagaimana janji Allah subhanahu wata’ala, artinya,

"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya." (QS. al-'Araf: 96).

Demikian, mudah-mudahan uraian yang singkat ini dapat menggugah hati kita dan membuat kita semakin semangat untuk memperbaiki serta meningkat kan amal sholeh kita sehingga dapat menjadi peredam murka dan sekaligus pembawa berkah ilahi.

(Disarikan oleh Abu Nabiel Muhammad Ruliyandi dari berbagai sumber)

AKU MENCINTAIMU SUAMIKU....

Cerita ini adalah kisah nyata… dimana perjalanan hidup ini ditulis oleh seorang istri dalam sebuah laptopnya.

Bacalah, semoga kisah nyata ini menjadi pelajaran bagi kita semua.

***

Cinta itu butuh kesabaran…

Sampai dimanakah kita harus bersabar menanti cinta kita???

Hari itu.. aku dengannya berkomitmen untuk menjaga cinta kita..

Aku menjadi perempuan yg paling bahagia…..

Pernikahan kami sederhana namun meriah…..

Ia menjadi pria yang sangat romantis pada waktu itu.

Aku bersyukur menikah dengan seorang pria yang shaleh, pintar, tampan & mapan pula.

Ketika kami berpacaran dia sudah sukses dalam karirnya.

Kami akan berbulan madu di tanah suci, itu janjinya ketika kami berpacaran dulu..

Dan setelah menikah, aku mengajaknya untuk umroh ke tanah suci….

Aku sangat bahagia dengannya, dan dianya juga sangat memanjakan aku… sangat terlihat dari rasa cinta dan rasa sayangnya pada ku.

Banyak orang yang bilang kami adalah pasangan yang serasi. Sangat terlihat sekali bagaimana suamiku memanjakanku. Dan aku bahagia menikah dengannya.

***

Lima tahun berlalu sudah kami menjadi suami istri, sangat tak terasa waktu begitu cepat berjalan walaupun kami hanya hidup berdua saja karena sampai saat ini aku belum bisa memberikannya seorang malaikat kecil (bayi) di tengah keharmonisan rumah tangga kami.

Karena dia anak lelaki satu-satunya dalam keluarganya, jadi aku harus berusaha untuk mendapatkan penerus generasi baginya.

Alhamdulillah saat itu suamiku mendukungku…

Ia mengaggap Allah belum mempercayai kami untuk menjaga titipan-NYA.

Tapi keluarganya mulai resah. Dari awal kami menikah, ibu & adiknya tidak menyukaiku. Aku sering mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari mereka, namun aku selalu berusaha menutupi hal itu dari suamiku…

Didepan suami ku mereka berlaku sangat baik padaku, tapi dibelakang suami ku, aku dihina-hina oleh mereka…

Pernah suatu ketika satu tahun usia pernikahan kami, suamiku mengalami kecelakaan, mobilnya hancur. Alhamdulillah suami ku selamat dari maut yang hampir membuat ku menjadi seorang janda itu.

Ia dirawat dirumah sakit pada saat dia belum sadarkan diri setelah kecelakaan. Aku selalu menemaninya siang & malam sambil kubacakan ayat-ayat suci Al – Qur’an. Aku sibuk bolak-balik dari rumah sakit dan dari tempat aku melakukan aktivitas sosial ku, aku sibuk mengurus suamiku yang sakit karena kecelakaan.

Namun saat ketika aku kembali ke rumah sakit setelah dari rumah kami, aku melihat di dalam kamarnya ada ibu, adik-adiknya dan teman-teman suamiku, dan disaat itu juga.. aku melihat ada seorang wanita yang sangat akrab mengobrol dengan ibu mertuaku. Mereka tertawa menghibur suamiku.

Alhamdulillah suamiku ternyata sudah sadar, aku menangis ketika melihat suami ku sudah sadar, tapi aku tak boleh sedih di hadapannya.

Kubuka pintu yang tertutup rapat itu sambil mengatakan, “Assalammu’alaikum” dan mereka menjawab salam ku. Aku berdiam sejenak di depan pintu dan mereka semua melihatku. Suamiku menatapku penuh manja, mungkin ia kangen padaku karena sudah 5 hari mata nya selalu tertutup.

Tangannya melambai, mengisyaratkan aku untuk memegang tangannya erat. Setelah aku menghampirinya, kucium tangannya sambil berkata “Assalammu’alaikum”, ia pun menjawab salam ku dengan suaranya yg lirih namun penuh dengan cinta. Aku pun senyum melihat wajahnya.

Lalu.. Ibu nya berbicara denganku …

“Fis, kenalkan ini Desi teman Fikri”.

Aku teringat cerita dari suamiku bahwa teman baiknya pernah mencintainya, perempuan itu bernama Desi dan dia sangat akrab dengan keluarga suamiku. Hingga akhirnya aku bertemu dengan orangnya juga. Aku pun langsung berjabat tangan dengannya, tak banyak aku bicara di dalam ruangan tersebut,aku tak mengerti apa yg mereka bicarakan.

Aku sibuk membersihkan & mengobati luka-luka di kepala suamiku, baru sebentar aku membersihkan mukanya, tiba-tiba adik ipar ku yang bernama Dian mengajakku keluar, ia minta ditemani ke kantin. Dan suamiku pun mengijinkannya. Kemudian aku pun menemaninya.

Tapi ketika di luar adik ipar ku berkata, ”lebih baik kau pulang saja, ada
kami yg menjaga abang disini. Kau istirahat saja. ”

Anehnya, aku tak diperbolehkan berpamitan dengan suamiku dengan alasan abang harus banyak beristirahat dan karena psikologisnya masih labil. Aku berdebat dengannya mempertanyakan mengapa aku tidak diizinkan berpamitan dengan suamiku. Tapi tiba-tiba ibu mertuaku datang menghampiriku dan ia juga mengatakan hal yang sama. Nantinya dia akan memberi alasan pada suamiku mengapa aku pulang tak berpamitan padanya, toh suamiku selalu menurut apa kata ibunya, baik ibunya salah ataupun tidak, suamiku tetap saja membenarkannya. Akhirnya aku pun pergi meninggalkan rumah sakit itu dengan linangan air mata.

Sejak saat itu aku tidak pernah diijinkan menjenguk suamiku sampai ia kembali dari rumah sakit. Dan aku hanya bisa menangis dalam kesendirianku. Menangis mengapa mereka sangat membenciku.

***

Hari itu.. aku menangis tanpa sebab, yang ada di benakku aku takut kehilangannya, aku takut cintanya dibagi dengan yang lain.

Pagi itu, pada saat aku membersihkan pekarangan rumah kami, suamiku memanggil ku ke taman belakang, ia baru aja selesai sarapan, ia mengajakku duduk di ayunan favorit kami sambil melihat ikan-ikan yang bertaburan di kolam air mancur itu.

Aku bertanya, ”Ada apa kamu memanggilku?”

Ia berkata, ”Besok aku akan menjenguk keluargaku di Sabang”

Aku menjawab, ”Ia sayang.. aku tahu, aku sudah mengemasi barang-barang kamu di travel bag dan kamu sudah memeegang tiket bukan?”

“Ya tapi aku tak akan lama disana, cuma 3 minggu aku disana, aku juga sudah lama tidak bertemu dengan keluarga besarku sejak kita menikah dan aku akan pulang dengan mama ku”, jawabnya tegas.

“Mengapa baru sekarang bicara, aku pikir hanya seminggu saja kamu disana?“, tanya ku balik kepadanya penuh dengan rasa penasaran dan sedikit rasa kecewa karena ia baru memberitahukan rencana kepulanggannya itu, padahal aku telah bersusah payah mencarikan tiket pesawat untuknya.

”Mama minta aku yang menemaninya saat pulang nanti”, jawabnya tegas.

”Sekarang aku ingin seharian dengan kamu karena nanti kita 3 minggu tidak bertemu, ya kan?”, lanjut nya lagi sambil memelukku dan mencium keningku. Hatiku sedih dengan keputusannya, tapi tak boleh aku tunjukkan pada nya.

Bahagianya aku dimanja dengan suami yang penuh dengan rasa sayang & cintanya walau terkadang ia bersikap kurang adil terhadapku.

Aku hanya bisa tersenyum saja, padahal aku ingin bersama suamiku, tapi karena keluarganya tidak menyukaiku hanya karena mereka cemburu padaku karena suamiku sangat sayang padaku.

Kemudian aku memutuskan agar ia saja yg pergi dan kami juga harus berhemat dalam pengeluaran anggaran rumah tangga kami.

Karena ini acara sakral bagi keluarganya, jadi seluruh keluarganya harus komplit. Walaupun begitu, aku pun tetap tak akan diperdulikan oleh keluarganya harus datang ataupun tidak. Tidak hadir justru membuat mereka sangat senang dan aku pun tak mau membuat riuh keluarga ini.

Malam sebelum kepergiannya, aku menangis sambil membereskan keperluan yang akan dibawanya ke Sabang, ia menatapku dan menghapus airmata yang jatuh dipipiku, lalu aku peluk erat dirinya. Hati ini bergumam tak merelakan dia pergi seakan terjadi sesuatu, tapi aku tidak tahu apa yang akan terjadi. Aku hanya bisa menangis karena akan ditinggal pergi olehnya.

Aku tidak pernah ditinggal pergi selama ini, karena kami selalu bersama-sama kemana pun ia pergi.

Apa mungkin aku sedih karena aku sendirian dan tidak memiliki teman, karena biasanya hanya pembantu sajalah teman mengobrolku.

Hati ini sedih akan di tinggal pergi olehnya.

Sampai keesokan harinya, aku terus menangis.. menangisi kepergiannya. Aku tak tahu mengapa sesedih ini, perasaanku tak enak, tapi aku tak boleh berburuk sangka. Aku harus percaya apada suamiku. Dia pasti akan selalu menelponku.

***

Berjauhan dengan suamiku, aku merasa sangat tidak nyaman, aku merasa sendiri. Untunglah aku mempunyai kesibukan sebagai seorang aktivis, jadinya aku tak terlalu kesepian ditinggal pergi ke Sabang.

Saat kami berhubungan jarak jauh, komunikasi kami memburuk dan aku pun jatuh sakit. Rahimku terasa sakit sekali seperti di lilit oleh tali. Tak tahan aku menahan rasa sakit dirahimku ini, sampai-sampai aku mengalami pendarahan. Aku dilarikan ke rumah sakit oleh adik laki-lakiku yang kebetulan menemaniku disana. Dokter memvonis aku terkena kanker mulut rahim stadium 3.

Aku menangis.. apa yang bisa aku banggakan lagi..

Mertuaku akan semakin menghinaku, suamiku yang malang yang selalu berharap akan punya keturunan dari rahimku.. namun aku tak bisa memberikannya keturunan. Dan kemudian aku hanya bisa memeluk adikku.

Aku kangen pada suamiku, aku selalu menunggu ia pulang dan bertanya-tanya, “kapankah ia segera pulang?” aku tak tahu..

Sementara suamiku disana, aku tidak tahu mengapa ia selalu marah-marah jika menelponku. Bagaimana aku akan menceritakan kondisiku jika ia selalu marah-marah terhadapku..

Lebih baik aku tutupi dulu tetang hal ini dan aku juga tak mau membuatnya khawatir selama ia berada di Sabang.

Lebih baik nanti saja ketika ia sudah pulang dari Sabang, aku akan cerita padanya. Setiap hari aku menanti suamiku pulang, hari demi hari aku hitung…

Sudah 3 minggu suamiku di Sabang, malam itu ketika aku sedang melihat foto-foto kami, ponselku berbunyi menandakan ada sms yang masuk.

Kubuka di inbox ponselku, ternyata dari suamiku yang sms.

Ia menulis, “aku sudah beli tiket untuk pulang, aku pulangnya satu hari lagi, aku akan kabarin lagi”.

Hanya itu saja yang diinfokannya. Aku ingin marah, tapi aku pendam saja ego yang tidak baik ini. Hari yg aku tunggu pun tiba, aku menantinya di rumah.

Sebagai seorang istri, aku pun berdandan yang cantik dan memakai parfum kesukaannya untuk menyambut suamiku pulang, dan nantinya aku juga akan menyelesaikan masalah komunikasi kami yg buruk akhir-akhir ini.

Bel pun berbunyi, kubukakan pintu untuknya dan ia pun mengucap salam. Sebelum masuk, aku pegang tangannya kedepan teras namun ia tetap berdiri, aku membungkuk untuk melepaskan sepatu, kaos kaki dan kucuci kedua kakinya, aku tak mau ada syaithan yang masuk ke dalam rumah kami.

Setelah itu akupun berdiri langsung mencium tangannya tapi apa reaksinya..

Masya Allah.. ia tidak mencium keningku, ia hanya diam dan langsung naik keruangan atas, kemudian mandi dan tidur tanpa bertanya kabarku..

Aku hanya berpikir, mungkin dia capek. Aku pun segera merapikan bawaan nya sampai aku pun tertidur. Malam menunjukkan 1/3 malam, mengingatkan aku pada tempat mengadu yaitu Allah, Sang Maha Pencipta.

Biasa nya kami selalu berjama’ah, tapi karena melihat nya tidur sangat pulas, aku tak tega membangunkannya. Aku hanya mengeelus wajahnya dan aku cium keningnya, lalu aku sholat tahajud 8 rakaat plus witir 3 raka’at.

***

Aku mendengar suara mobilnya, aku terbangun lalu aku melihat dirinya dari balkon kamar kami yang bersiap-siap untuk pergi. Lalu aku memanggilnya tapi ia tak mendengar. Kemudian aku ambil jilbabku dan aku berlari dari atas ke bawah tanpa memperdulikan darah yg bercecer dari rahimku untuk mengejarnya tapi ia begitu cepat pergi.

Aku merasa ada yang aneh dengan suamiku. Ada apa dengan suamiku? Mengapa ia bersikap tidak biasa terhadapku?

Aku tidak bisa diam begitu saja, firasatku mengatakan ada sesuatu. Saat itu juga aku langsung menelpon kerumah mertuakudan kebetulan Dian yang mengangkat telponnya, aku bercerita dan aku bertanya apa yang sedang terjadi dengan suamiku. Dengan enteng ia menjawab, “Loe pikir aja sendiri!!!”. Telpon pun langsung terputus.

Ada apa ini? Tanya hatiku penuh dalam kecemasan. Mengapa suamiku berubah setelah ia kembali dari kota kelahirannya. Mengapa ia tak mau berbicara padaku, apalagi memanjakan aku.

Semakin hari ia menjadi orang yang pendiam, seakan ia telah melepas tanggung jawabnya sebagai seorang suami. Kami hanya berbicara seperlunya saja, aku selalu diintrogasinya. Selalu bertanya aku dari mana dan mengapa pulang terlambat dan ia bertanya dengan nada yg keras. Suamiku telah berubah.

Bahkan yang membuat ku kaget, aku pernah dituduhnya berzina dengan mantan pacarku. Ingin rasanya aku menampar suamiku yang telah menuduhku serendah itu, tapi aku selalu ingat.. sebagaimana pun salahnya seorang suami, status suami tetap di atas para istri, itu pedoman yang aku pegang.

Aku hanya berdo’a semoga suamiku sadar akan prilakunya.

***

Dua tahun berlalu, suamiku tak kunjung berubah juga. Aku menangis setiap malam, lelah menanti seperti ini, kami seperti orang asing yang baru saja berkenalan.

Kemesraan yang kami ciptakan dulu telah sirna. Walaupun kondisinya tetap seperti itu, aku tetap merawatnya & menyiakan segala yang ia perlukan. Penyakitkupun masih aku simpan dengan baik dan sekalipun ia tak pernah bertanya perihal obat apa yang aku minum. Kebahagiaan ku telah sirna, harapan menjadi ibu pun telah aku pendam. Aku tak tahu kapan ini semua akan berakhir.

Bersyukurlah.. aku punya penghasilan sendiri dari aktifitasku sebagai seorang guru ngaji, jadi aku tak perlu meminta uang padanya hanya untuk pengobatan kankerku. Aku pun hanya berobat semampuku.

Sungguh.. suami yang dulu aku puja dan aku banggakan, sekarang telah menjadi orang asing bagiku, setiap aku bertanya ia selalu menyuruhku untuk berpikir sendiri. Tiba-tiba saja malam itu setelah makan malam usai, suamiku memanggilku.

“Ya, ada apa Yah!” sahutku dengan memanggil nama kesayangannya “Ayah”.

“Lusa kita siap-siap ke Sabang ya.” Jawabnya tegas.

“Ada apa? Mengapa?”, sahutku penuh dengan keheranan.

Astaghfirullah.. suami ku yang dulu lembut tiba-tiba saja menjadi kasar, dia membentakku. Sehingga tak ada lagi kelanjutan diskusi antara kami.

Dia mengatakan ”Kau ikut saja jangan banyak tanya!!”

Lalu aku pun bersegera mengemasi barang-barang yang akan dibawa ke Sabang sambil menangis, sedih karena suamiku kini tak ku kenal lagi.

Dua tahun pacaran, lima tahun kami menikah dan sudah 2 tahun pula ia menjadi orang asing buatku. Ku lihat kamar kami yg dulu hangat penuh cinta yang dihiasi foto pernikahan kami, sekarang menjadi dingin.. sangat dingin dari batu es. Aku menangis dengan kebingungan ini. Ingin rasanya aku berontak berteriak, tapi aku tak bisa.

Suamiku tak suka dengan wanita yang kasar, ngomong dengan nada tinggi, suka membanting barang-barang. Dia bilang perbuatan itu menunjukkan sikap ketidakhormatan kepadanya. Aku hanya bisa bersabar menantinya bicara dan sabar mengobati penyakitku ini, dalam kesendirianku..

***

Kami telah sampai di Sabang, aku masih merasa lelah karena semalaman aku tidak tidur karena terus berpikir. Keluarga besarnya juga telah berkumpul disana, termasuk ibu & adik-adiknya. Aku tidak tahu ada acara apa ini..

Aku dan suamiku pun masuk ke kamar kami. Suamiku tak betah didalam kamar tua itu, ia pun langsung keluar bergabung dengan keluarga besarnya.

Baru saja aku membongkar koper kami dan ingin memasukkannya ke dalam lemari tua yg berada di dekat pintu kamar, lemari tua yang telah ada sebelum suamiku lahir tiba-tiba Tante Lia, tante yang sangat baik padaku memanggil ku untuk bersegera berkumpul diruang tengah, aku pun menuju ke ruang keluarga yang berada ditengah rumah besar itu, yang tampak seperti rumah zaman peninggalan belanda.

Kemudian aku duduk disamping suamiku, dan suamiku menunduk penuh dengan kebisuan, aku tak berani bertanya padanya.

Tiba-tiba saja neneknya, orang yang dianggap paling tua dan paling berhak atas semuanya, membuka pembicaraan.

“Baiklah, karena kalian telah berkumpul, nenek ingin bicara dengan kau Fisha”. Neneknya berbicara sangat tegas, dengan sorot mata yang tajam.

”Ada apa ya Nek?” sahutku dengan penuh tanya..

Nenek pun menjawab, “Kau telah bergabung dengan keluarga kami hampir 8 tahun, sampai saat ini kami tak melihat tanda-tanda kehamilan yang sempurna sebab selama ini kau selalu keguguran!!“.

Aku menangis.. untuk inikah aku diundang kemari? Untuk dihina ataukah dipisahkan dengan suamiku?

“Sebenarnya kami sudah punya calon untuk Fikri, dari dulu.. sebelum kau menikah dengannya. Tapi Fikri anak yang keras kepala, tak mau di atur,dan akhirnya menikahlah ia dengan kau.” Neneknya berbicara sangat lantang, mungkin logat orang Sabang seperti itu semua.

Aku hanya bisa tersenyum dan melihat wajah suamiku yang kosong matanya.

“Dan aku dengar dari ibu mertuamu kau pun sudah berkenalan dengannya”, neneknya masih melanjutkan pembicaraan itu.

Sedangkan suamiku hanya terdiam saja, tapi aku lihat air matanya. Ingin aku peluk suamiku agar ia kuat dengan semua ini, tapi aku tak punya keberanian itu.

Neneknya masih saja berbicara panjang lebar dan yang terakhir dari ucapannya dengan mimik wajah yang sangat menantang kemudian berkata, “kau maunya gimana? kau dimadu atau diceraikan?“

MasyaAllah.. kuatkan hati ini.. aku ingin jatuh pingsan. Hati ini seakan remuk mendengarnya, hancur hatiku. Mengapa keluarganya bersikap seperti ini terhadapku..

Aku selalu munutupi masalah ini dari kedua orang tuaku yang tinggal di pulau
kayu, mereka mengira aku sangat bahagia 2 tahun belakangan ini.

“Fish, jawab!.” Dengan tegas Ibunya langsung memintaku untuk menjawab.

Aku langsung memegang tangan suamiku. Dengan tangan yang dingin dan gemetar aku menjawab dengan tegas.

”Walaupun aku tidak bisa berdiskusi dulu dengan imamku, tapi aku dapat berdiskusi dengannya melalui bathiniah, untuk kebaikan dan masa depan keluarga ini, aku akan menyambut baik seorang wanita baru dirumah kami.”

Itu yang aku jawab, dengan kata lain aku rela cintaku dibagi. Dan pada saat itu juga suamiku memandangku dengan tetesan air mata, tapi air mataku tak sedikit pun menetes di hadapan mereka.

Aku lalu bertanya kepada suamiku, “Ayah siapakah yang akan menjadi sahabatku dirumah kita nanti, yah?”

Suamiku menjawab, ”Dia Desi!”

Aku pun langsung menarik napas dan langsung berbicara, ”Kapan pernikahannya berlangsung? Apa yang harus saya siapkan dalam pernikahan ini Nek?.”

Ayah mertuaku menjawab, “Pernikahannya 2 minggu lagi.”

”Baiklah kalo begitu saya akan menelpon pembantu di rumah, untuk menyuruhnya mengurus KK kami ke kelurahan besok”, setelah berbicara seperti itu aku permisi untuk pamit ke kamar.

Tak tahan lagi.. air mata ini akan turun, aku berjalan sangat cepat, aku buka pintu kamar dan aku langsung duduk di tempat tidur. Ingin berteriak, tapi aku sendiri disini. Tak kuat rasanya menerima hal ini, cintaku telah dibagi. Sakit. Diiringi akutnya penyakitku..

Apakah karena ini suamiku menjadi orang yang asing selama 2 tahun belakangan ini?

Aku berjalan menuju ke meja rias, kubuka jilbabku, aku bercermin sambil bertanya-tanya, “sudah tidak cantikkah aku ini?“

Ku ambil sisirku, aku menyisiri rambutku yang setiap hari rontok. Kulihat wajahku, ternyata aku memang sudah tidak cantik lagi, rambutku sudah hampir habis.. kepalaku sudah botak dibagian tengahnya.

Tiba-tiba pintu kamar ini terbuka, ternyata suamiku yang datang, ia berdiri dibelakangku. Tak kuhapus air mata ini, aku bersegera memandangnya dari cermin meja rias itu.

Kami diam sejenak, lalu aku mulai pembicaraan, “terima kasih ayah, kamu memberi sahabat kepada ku. Jadi aku tak perlu sedih lagi saat ditinggal pergi kamu nanti! Iya kan?.”

Suamiku mengangguk sambil melihat kepalaku tapi tak sedikitpun ia tersenyum dan bertanya kenapa rambutku rontok, dia hanya mengatakan jangan salah memakai shampo.

Dalam hatiku bertanya, “mengapa ia sangat cuek?” dan ia sudah tak memanjakanku lagi. Lalu dia berkata, “sudah malam, kita istirahat yuk!“

“Aku sholat isya dulu baru aku tidur”, jawabku tenang.

Dalam sholat dan dalam tidur aku menangis. Ku hitung mundur waktu, kapan aku akan berbagi suami dengannya. Aku pun ikut sibuk mengurusi pernikahan suamiku.

Aku tak tahu kalau Desi orang Sabang juga. Sudahlah, ini mungkin takdirku. Aku ingin suamiku kembali seperti dulu, yang sangat memanjakan aku atas rasa sayang dan cintanya itu.

***

Malam sebelum hari pernikahan suamiku, aku menulis curahan hatiku di laptopku.

Di laptop aku menulis saat-saat terakhirku melihat suamiku, aku marah pada suamiku yang telah menelantarkanku. Aku menangis melihat suamiku yang sedang tidur pulas, apa salahku? sampai ia berlaku sekejam itu kepadaku. Aku
save di mydocument yang bertitle “Aku Mencintaimu Suamiku.”

Hari pernikahan telah tiba, aku telah siap, tapi aku tak sanggup untuk keluar. Aku berdiri didekat jendela, aku melihat matahari, karena mungkin saja aku takkan bisa melihat sinarnya lagi. Aku berdiri sangat lama.. lalu suamiku yang telah siap dengan pakaian pengantinnya masuk dan berbicara padaku.

“Apakah kamu sudah siap?”

Kuhapus airmata yang menetes diwajahku sambil berkata :

“Nanti jika ia telah sah jadi istrimu, ketika kamu membawa ia masuk kedalam rumah ini, cucilah kakinya sebagaimana kamu mencuci kakiku dulu, lalu ketika kalian masuk ke dalam kamar pengantin bacakan do’a di ubun-ubunnya sebagaimana yang kamu lakukan padaku dulu. Lalu setelah itu..”, perkataanku terhenti karena tak sanggup aku meneruskan pembicaraan itu, aku ingin menagis meledak.

Tiba-tiba suamiku menjawab “Lalu apa Bunda?”

Aku kaget mendengar kata itu, yang tadinya aku menunduk seketika aku langsung menatapnya dengan mata yang berbinar-binar…

“Bisa kamu ulangi apa yang kamu ucapkan barusan?”, pintaku tuk menyakini bahwa kuping ini tidak salah mendengar.

Dia mengangguk dan berkata, ”Baik bunda akan ayah ulangi, lalu apa bunda?”, sambil ia mengelus wajah dan menghapus airmataku, dia agak sedikit membungkuk karena dia sangat tinggi, aku hanya sedadanya saja.

Dia tersenyum sambil berkata, ”Kita liat saja nanti ya!”. Dia memelukku dan berkata, “bunda adalah wanita yang paling kuat yang ayah temui selain mama”.

Kemudian ia mencium keningku, aku langsung memeluknya erat dan berkata, “Ayah, apakah ini akan segera berakhir? Ayah kemana saja? Mengapa Ayah berubah? Aku kangen sama Ayah? Aku kangen belaian kasih sayang Ayah? Aku kangen dengan manjanya Ayah? Aku kesepian Ayah? Dan satu hal lagi yang harus Ayah tau, bahwa aku tidak pernah berzinah! Dulu.. waktu awal kita pacaran, aku memang belum bisa melupakannya, setelah 4 bulan bersama Ayah baru bisa aku terima, jika yang dihadapanku itu adalah lelaki yang aku cari. Bukan berarti aku pernah berzina Ayah.” Aku langsung bersujud di kakinya dan muncium kaki imamku sambil berkata, ”Aku minta maaf Ayah, telah membuatmu susah”.

Saat itu juga, diangkatnya badanku.. ia hanya menangis.

Ia memelukku sangat lama, 2 tahun aku menanti dirinya kembali. Tiba-tiba perutku sakit, ia menyadari bahwa ada yang tidak beres denganku dan ia bertanya, ”bunda baik-baik saja kan?” tanyanya dengan penuh khawatir.

Aku pun menjawab, “bisa memeluk dan melihat kamu kembali seperti dulu itu sudah mebuatku baik, Yah. Aku hanya tak bisa bicara sekarang“. Karena dia akan menikah. Aku tak mau membuat dia khawatir. Dia harus khusyu menjalani acara prosesi akad nikah tersebut.

***

Setelah tiba dimasjid, ijab-qabul pun dimulai. Aku duduk diseberang suamiku.

Aku melihat suamiku duduk berdampingan dengan perempuan itu, membuat hati ini cemburu, ingin berteriak mengatakan, “Ayah jangan!!”, tapi aku ingat akan kondisiku.

Jantung ini berdebar kencang saat mendengar ijab-qabul tersebut. Begitu ijab-qabul selesai, aku menarik napas panjang. Tante Lia, tante yang baik itu, memelukku. Dalam hati aku berusaha untuk menguatkan hati ini. Ya… aku kuat.

Tak sanggup aku melihat mereka duduk bersanding dipelaminan. Orang-orang yang hadir di acara resepsi itu iba melihatku, mereka melihatku dengan tatapan sangat aneh, mungkin melihat wajahku yang selalu tersenyum, tapi dibalik itu.. hatiku menangis.

Sampai dirumah, suamiku langsung masuk ke dalam rumah begitu saja. Tak mencuci kakinya. Aku sangat heran dengan perilakunya. Apa iya, dia tidak suka dengan pernikahan ini?

Sementara itu Desi disambut hangat di dalam keluarga suamiku, tak seperti aku dahulu, yang di musuhi.

Malam ini aku tak bisa tidur, bagaimana bisa? Suamiku akan tidur dengan perempuan yang sangat aku cemburui. Aku tak tahu apa yang sedang mereka lakukan didalam sana.

Sepertiga malam pada saat aku ingin sholat lail aku keluar untuk berwudhu, lalu aku melihat ada lelaki yang mirip suamiku tidur disofa ruang tengah. Kudekati lalu kulihat. Masya Allah.. suamiku tak tidur dengan wanita itu, ia ternyata tidur disofa, aku duduk disofa itu sambil menghelus wajahnya yang lelah, tiba-tiba ia memegang tangan kiriku, tentu saja aku kaget.

“Kamu datang ke sini, aku pun tahu”, ia berkata seperti itu. Aku tersenyum dan megajaknya sholat lail. Setelah sholat lail ia berkata, “maafkan aku, aku tak boleh menyakitimu, kamu menderita karena ego nya aku. Besok kita pulang ke Jakarta, biar Desi pulang dengan mama, papa dan juga adik-adikku”

Aku menatapnya dengan penuh keheranan. Tapi ia langsung mengajakku untuk istirahat. Saat tidur ia memelukku sangat erat. Aku tersenyum saja, sudah lama ini tidak terjadi. Ya Allah.. apakah Engkau akan menyuruh malaikat maut untuk mengambil nyawaku sekarang ini, karena aku telah merasakan kehadirannya saat ini. Tapi.. masih bisakah engkau ijinkan aku untuk merasakan kehangatan dari suamiku yang telah hilang selama 2 tahun ini..

Suamiku berbisik, “Bunda kok kurus?”

Aku menangis dalam kebisuan. Pelukannya masih bisa aku rasakan.

Aku pun berkata, “Ayah kenapa tidak tidur dengan Desi?”

”Aku kangen sama kamu Bunda, aku tak mau menyakitimu lagi. Kamu sudah sering terluka oleh sikapku yang egois.” Dengan lembut suamiku menjawab seperti itu.

Lalu suamiku berkata, ”Bun, ayah minta maaf telah menelantarkan bunda.. Selama ayah di Sabang, ayah dengar kalau bunda tidak tulus mencintai ayah, bunda seperti mengejar sesuatu, seperti mengejar harta ayah dan satu lagi.. ayah pernah melihat sms bunda dengan mantan pacar bunda dimana isinya kalau bunda gak mau berbuat “seperti itu” dan tulisan seperti itu diberi tanda kutip (“seperti itu”). Ayah ingin ngomong tapi takut bunda tersinggung dan ayah berpikir kalau bunda pernah tidur dengannya sebelum bunda bertemu ayah, terus ayah dimarahi oleh keluarga ayah karena ayah terlalu memanjakan bunda”

Hati ini sakit ketika difitnah oleh suamiku, ketika tidak ada kepercayaan di dirinya, hanya karena omongan keluarganya yang tidak pernah melihat betapa tulusnya aku mencintai pasangan seumur hidupku ini.

Aku hanya menjawab, “Aku sudah ceritakan itu kan Yah. Aku tidak pernah berzinah dan aku mencintaimu setulus hatiku, jika aku hanya mengejar hartamu, mengapa aku memilih kamu? Padahal banyak lelaki yang lebih mapan darimu waktu itu Yah. Jika aku hanya mengejar hartamu, aku tak mungkin setiap hari menangis karena menderita mencintaimu.“

Entah aku harus bahagia atau aku harus sedih karena sahabatku sendirian dikamar pengantin itu. Malam itu, aku menyelesaikan masalahku dengan suamiku dan berusaha memaafkannya beserta sikap keluarganya juga.

Karena aku tak mau mati dalam hati yang penuh dengan rasa benci.

***

Keesokan harinya…

Ketika aku ingin terbangun untuk mengambil wudhu, kepalaku pusing, rahimku sakit sekali.. aku mengalami pendarahan dan suamiku kaget bukan main, ia langsung menggendongku.

Aku pun dilarikan ke rumah sakit..

Dari kejauhan aku mendengar suara zikir suamiku..

Aku merasakan tanganku basah..

Ketika kubuka mata ini, kulihat wajah suamiku penuh dengan rasa kekhawatiran.

Ia menggenggam tanganku dengan erat.. Dan mengatakan, ”Bunda, Ayah minta maaf…”

Berkali-kali ia mengucapkan hal itu. Dalam hatiku, apa ia tahu apa yang terjadi padaku?

Aku berkata dengan suara yang lirih, ”Yah, bunda ingin pulang.. bunda ingin bertemu kedua orang tua bunda, anterin bunda kesana ya, Yah..”

“Ayah jangan berubah lagi ya! Janji ya, Yah… !!! Bunda sayang banget sama Ayah.”

Tiba-tiba saja kakiku sakit sangat sakit, sakitnya semakin keatas, kakiku sudah tak bisa bergerak lagi.. aku tak kuat lagi memegang tangan suamiku. Kulihat wajahnya yang tampan, berlinang air mata.

Sebelum mata ini tertutup, kulafazkan kalimat syahadat dan ditutup dengan kalimat tahlil.

Aku bahagia melihat suamiku punya pengganti diriku..

Aku bahagia selalu melayaninya dalam suka dan duka..

Menemaninya dalam ketika ia mengalami kesulitan dari kami pacaran sampai kami menikah.

Aku bahagia bersuamikan dia. Dia adalah nafasku.

Untuk Ibu mertuaku : “Maafkan aku telah hadir didalam kehidupan anakmu sampai aku hidup didalam hati anakmu, ketahuilah Ma.. dari dulu aku selalu berdo’a agar Mama merestui hubungan kami. Mengapa engkau fitnah diriku didepan suamiku, apa engkau punya buktinya Ma? Mengapa engkau sangat cemburu padaku Ma? Fikri tetap milikmu Ma, aku tak pernah menyuruhnya untuk durhaka kepadamu, dari dulu aku selalu mengerti apa yang kamu inginkan dari anakmu, tapi mengapa kau benci diriku. Dengan Desi kau sangat baik tetapi denganku menantumu kau bersikap sebaliknya.”

***

Setelah ku buka laptop, kubaca curhatan istriku.

=====================================================

Ayah, mengapa keluargamu sangat membenciku?

Aku dihina oleh mereka ayah.

Mengapa mereka bisa baik terhadapku pada saat ada dirimu?

Pernah suatu ketika aku bertemu Dian di jalan, aku menegurnya karena dia adik iparku tapi aku disambut dengan wajah ketidaksukaannya. Sangat terlihat Ayah..

Tapi ketika engkau bersamaku, Dian sangat baik, sangat manis dan ia memanggilku dengan panggilan yang sangat menghormatiku. Mengapa seperti itu ayah?

Aku tak bisa berbicara tentang ini padamu, karena aku tahu kamu pasti membela adikmu, tak ada gunanya Yah..

Aku diusir dari rumah sakit.

Aku tak boleh merawat suamiku.

Aku cemburu pada Desi yang sangat akrab dengan mertuaku.

Tiap hari ia datang ke rumah sakit bersama mertuaku.

Aku sangat marah..

Jika aku membicarakan hal ini pada suamiku, ia akan pasti membela Desi dan
ibunya..

Aku tak mau sakit hati lagi.

Ya Allah kuatkan aku, maafkan aku..

Engkau Maha Adil..

Berilah keadilan ini padaku, Ya Allah..

Ayah sudah berubah, ayah sudah tak sayang lagi pada ku..

Aku berusaha untuk mandiri ayah, aku tak akan bermanja-manja lagi padamu..

Aku kuat ayah dalam kesakitan ini..

Lihatlah ayah, aku kuat walaupun penyakit kanker ini terus menyerangku..

Aku bisa melakukan ini semua sendiri ayah..

Besok suamiku akan menikah dengan perempuan itu.

Perempuan yang aku benci, yang aku cemburui.

Tapi aku tak boleh egois, ini untuk kebahagian keluarga suamiku.

Aku harus sadar diri.

Ayah, sebenarnya aku tak mau diduakan olehmu.

Mengapa harus Desi yang menjadi sahabatku?

Ayah.. aku masih tak rela.

Tapi aku harus ikhlas menerimanya.

Pagi nanti suamiku melangsungkan pernikahan keduanya.

Semoga saja aku masih punya waktu untuk melihatnya tersenyum untukku.

Aku ingin sekali merasakan kasih sayangnya yang terakhir.

Sebelum ajal ini menjemputku.

Ayah.. aku kangen ayah..

=====================================================

Dan kini aku telah membawamu ke orang tuamu, Bunda..

Aku akan mengunjungimu sebulan sekali bersama Desi di Pulau Kayu ini.

Aku akan selalu membawakanmu bunga mawar yang berwana pink yang mencerminkan keceriaan hatimu yang sakit tertusuk duri.

Bunda tetap cantik, selalu tersenyum disaat tidur.

Bunda akan selalu hidup dihati ayah.

Bunda.. Desi tak sepertimu, yang tidak pernah marah..

Desi sangat berbeda denganmu, ia tak pernah membersihkan telingaku, rambutku tak pernah di creambathnya, kakiku pun tak pernah dicucinya.

Ayah menyesal telah menelantarkanmu selama 2 tahun, kamu sakit pun aku tak perduli, hidup dalam kesendirianmu..

Seandainya Ayah tak menelantarkan Bunda, mungkin ayah masih bisa tidur dengan belaian tangan Bunda yang halus.

Sekarang Ayah sadar, bahwa ayah sangat membutuhkan bunda..

Bunda, kamu wanita yang paling tegar yang pernah kutemui.

Aku menyesal telah asik dalam ke-egoanku..

Bunda.. maafkan aku.. Bunda tidur tetap manis. Senyum manjamu terlihat di tidurmu yang panjang.

Maafkan aku, tak bisa bersikap adil dan membahagiakanmu, aku selalu meng-iyakan apa kata ibuku, karena aku takut menjadi anak durhaka. Maafkan aku ketika kau di fitnah oleh keluargaku, aku percaya begitu saja.

Apakah Bunda akan mendapat pengganti ayah di surga sana?

Apakah Bunda tetap menanti ayah disana? Tetap setia dialam sana?

Tunggulah Ayah disana Bunda..

Bisakan? Seperti Bunda menunggu ayah di sini.. Aku mohon..

Ayah Sayang Bunda..

*dicopas dari note Eva Nahiyah Faniah (http://www.facebook.com/note.php?note_id=272851271986&id=100000550280193&ref=mf)

kisah si kaya dan si miskin

dicopy dari group kisah kisah teladan
semoga kita bisa menjadi hamba-hambaNya yang selalu bersyukur..

Nabi Musa a.s. memiliki ummat yang jumlahnya sangat banyak dan umur mereka panjang-panjang. Mereka ada yang kaya dan juga ada yang miskin. Suatu hari ada seorang yang miskin datang menghadap Nabi Musa a.s.. Ia begitu miskinnya pakaiannya compang-camping dan sangat lusuh berdebu.
Si miskin itu kemudian berkata kepada Baginda Musa a.s., "Ya Nabiullah, Kalamullah, tolong sampaikan kepada Allah s.w.t. permohonanku ini agar Allah s.w.t. menjadikan aku orang yang kaya." Nabi Musa a.s. tersenyum dan berkata kepada orang itu, "Saudaraku, banyak-banyaklah kamu bersyukur kepada Allah s.w.t.".
Si miskin itu agak terkejut dan kesal, lalu ia berkata, "Bagaimana aku mau banyak bersyukur, aku makan pun jarang, dan pakaian yang aku gunakan pun hanya satu lembar ini saja"!. Akhirnya si miskin itu pulang tanpa mendapatkan apa yang diinginkannya.

Beberapa waktu kemudian seorang kaya datang menghadap Nabi Musa a.s.. Orang tersebut bersih badannya juga rapi pakaiannya. Ia berkata kepada Nabi Musa a.s., "Wahai Nabiullah, tolong sampaikan kepada Allah s.w.t. permohonanku ini agar dijadikannya aku ini seorang yang miskin, terkadang aku merasa terganggu dengan hartaku itu." Nabi Musa a.s.pun tersenyum, lalu ia berkata, "Wahai saudaraku, janganlah kamu bersyukur kepada Allah s.w.t.". "Ya Nabiullah, bagaimana aku tidak bersyukur kepada Allah s.w.t.?. Allah s.w.t. telah memberiku mata yang dengannya aku dapat melihat. telinga yang dengannya aku dapat mendengar.
Allah s.w.t. telah memberiku tangan yang dengannya aku dapat bekerja dan telah memberiku kaki yang dengannya aku dapat berjalan, bagaimana mungkin aku tidak mensyukurinya", jawab si kaya itu. Akhirnya si kaya itu pun pulang ke rumahnya.
Kemudian terjadi adalah si kaya itu semakin Allah s.w.t. tambah kekayaannya kerana ia selalu bersyukur.
Dan si miskin menjadi bertambah miskin. Allah s.w.t. mengambil semua kenikmatan-Nya sehingga si miskin itu tidak memiliki selembar pakaianpun yang melekat di tubuhnya. Ini semua kerana ia tidak mau bersyukur kepada Allah s.w.t.

Ketika Kutatap Wajah Istriku... (Buat para suami dan calon suami ..., para istri dan calon istri)

,(Buat para suami dan calon suami ..., para istri dan calon istri)

Ketika kutatap wajah istriku, betapa aku sangat bersyukur kepada Allah, atas anugerah terbesar yang pernah aku terima. Seorang wanita yang sederhana, namun keridhoan dan keikhlasannya menerima diriku sebagai suaminya, membuat aku tidak berhenti bahkan tidak akan pernah berhenti bersyukur kepada Allah, atas "kado pernikahan paling indah yang diberikan kepadaku."

Ketika kutatap wajah istriku, betapa besar rasa maluku, karena masih banyak kekurangan pada diriku. Dan sungguh banyak kelebihannya, yang mungkin aku tidak akan mampu menandinginya. Seorang wanita yang tegar dan tidak banyak menuntut, kecuali tanggung jawabku sebagai suami, ayah dan imam keluarga. Dia wanita yang ikhlas menerima segala kelemahan dan kekuranganku, sebagai suami.

Ketika kutatap wajah istriku, betapa bangga dan bersemangatnya diriku, karena dukungannya terhadap perjuanganku untuk terus memperbaiki diri. Aku memang bukan laki-laki yang sempurna dan dia juga bukan wanita yang sempurna, tetapi Allah telah memilihnya untuk menjadi pasangan hidupku dan juga ibu anak-anakku. Semoga inilah yang terbaik menurut Sang Maha Penentu Takdir.

Ketika kutatap wajah istriku, di saat dia sedang lelap tertidur, tak terasa menetes air mataku, karena rasa syukur kepada Allah atas anugerah terbesar-Nya. Terlihat wajahnya yang kelelahan, karena harus melayani suami dan anak-anak. Tapi aku yakin, lewat keikhlasannya, dia akan menjadi wanita yang mampu terus berjuang di jalan Allah dengan menjadi istri dan ibu anak-anakku. Kukecup keningnya, sambil keberdoa, Ya Allah, jadikanlah dia bidadari syurgaku, sehingga meringankan pertanggungjawabanku, saat menghadap-Mu di Hari Perhitungan kelak. Amin.

Dari suami yang masih banyak kekurangan

(Dikutip dari sebuah sumber anonim ... yg memberi inspirasi untuk tidak pernah meremehkan perempuan terutama perempuan shalihah yang menjadi ibu kita dan ibu anak-anak kita ... )

CANTIK ITU MUDAH DAN MURAH

Mendengar kata cantik, mungkin benak kita langsung membayangkan sosok tinggi- langsing, berkulit halus-lembut, dan memiliki wajah seindah purnama. Persis seperti model iklan kosmetika di televisi.

Berjuta-juta perempuan dengan wajah pas-pasan iri dan tergoda mencoba kosmetika tersebut. Apalagi narasi iklan sering menggambarkan begitu banyaknya laki-laki tampan tertarik padanya. Secara tak langsung iklan tersebut berkampanye; seperti inilah perempuan idaman laki-laki.

Kebanyakan orang menilai cantik tidaknya perempuan hanya dari fisik semata. Dan beruntunglah mereka yang dianugerahi rupa seindah mutiara. Tapi, bagaimana dengan mereka yang punya jasmani pas-pasan? Betapapun mereka sudah menggunakan kosmetik mahal, sulit menandingi perempuan yang sejak lahir sudah cantik.

Ada cara yang mudah dan murah untuk membuat perempuan cantik, meskipun secara fisik mereka kurang menarik. Yang pertama kali harus dilakukan adalah mendefinisikan kembali makna cantik tersebut. Cantik bukan masalah fisik semata. Kecantikan sejati juga bisa diraih dengan memaknakan kecantikan sebagai berikut:

1. Kecantikan perempuan ada dalam iman taqwanya yang menyejukkan mata kaum laki-laki.
Seorang perempuan yang menghias jasmaninya dengan iman dan taqwa akan memancarkan cahaya surga. Dengan kepatuhannya menjalankan ibadah, ia akan memesona.Yang kuasa akan memberikannya kecantikan abadi, magnet alami. Tak perlu kosmetik, parfum atau penampilan berlebih, laki-laki akan tertarik padanya.

2. Kecantikan perempuan ada pada kehangatan sikapnya yang mampu menggetarkan sensifitas dan kecintaan pria.
Secara umum laki-laki memang responsif terhadap perempuan yang bagus fisiknya. Tapi ketertarikan itu tak kekal, bisa membuat laki-laki bosan. Kehangatan kasih sayang dan cinta kasih yang tuluslah yang akan membuat sang pria nyaman berada di sisinya. Tak bisa melupakannya.

3. Kecantikan Perempuan ada pada kelembutan sikapnya
Kelembutan bukan berarti lembek dan manja. Kelembutan seperti roti. Meskipun sedikit, tapi mengenyangkan. Dari toko roti manapun roti berasal, ia tetap lembut. Jadi perempuan dari suku manapun bisa tetap lembut, pada pasangannya, pada anak-anaknya. Asalkan ia mau berusaha.

4. Kecantikan perempuan berada dalam pandangannya yang teduh dan suaranya yang hangat.
Walau mata tak seindah bintang kejora, setiap perempuan bisa memiliki mata embun. Teduh. Sejuk. Tak gampang emosi. Menyikapi tingkah laku sekitarnya secara bijak. Ia selau berprasangkabaik. Perkatannya bukan pisau yang menikam. Perkataannya adalah bara yang menyalakan semangat di dada. Tak ada kata sia-sia
yang terucap dari bibirnya.

5. Kecantikan perempuan berada dalam senyumannya yang menambah kecantikannya dan membuat gembira hati orang yang melihatnya.
Senyum adalah sedekah. Murah senyum tanpa bermaksud menggoda apalagi berlebihan bisa membuat wajah indah. Meskipun berwajah rupawan, tapi jika malas tersenyum, hanya aura negatif yang akan ditangkap oleh orang-orang di sekitarnya

6. Kecantikan perempuan berada pada intelektualitasnya
Ukuran intelektual bukan pada gelar sarjananya atau di mana ia pernah menuntut. Banyak ilmu-ilmu yang bisa dipungut dari sekitar, yang membuat si perempuan mejadi cerdas. Kehidupan adalah sekolah yang tak pernah tamat sebelum ajal menjelang. Tak ada sekolah untuk menjadi istri yang baik. Tak ada universitas yang melahirkan ibu yang baik. Ruang dan waktulah yang akan menempa perempuan mejadi istri dan ibu yang baik.

7. Kecantikan perempuan berada pada seberapa jauh pengetahuannya akan tanggung jawabnya terhadap keluarga, rumah, anak-anak , masyarakat dan umat manusia.
Perempuan adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya. Seberapa jauh pengetahuan seorang perempuan akan terlihat dari tingkah laku keluarganya. Ia selalu berusaha menjadi orang yang bermanfaat bagi sekitarnya. Mengambil peran penting dalam rangka memperbaiki lingkungan. Lihatlah laki-laki sukses di jagat raya. Dibalik kesuksesannya, pasti ada perempuan tangguh di menemani. Menjadi pendukung nomor satu, tempat kembali saat sang pahlawan lelah berjuang.

8. Kecantikan perempuan berada pada kemampuan dan keinginannya untuk memberi.
Orangbisa miskin harta, tapi ia bisa kaya hati. Selalu memberi, tanpa mengharap imbalan yang berarti. Ia senang ketika orang lain senang. Ia sedih ketika orang lain sedih. Kemurahan hatinya membuat wajahnya bersinar. Membuat ia selalu dirindukan, meskipun sosoknya biasa-biasa saja.

Mungkin masih banyak kecantikan lain yang tercecer.
Tapi dengan kecantikan-kecantikan ini, perempuan manapun bisa tampil memikat. Mudah caranya, murah biayanya.

Satu hal yang paling penting, kecantikan-kecantikan ini sifatnya abadi. Akan dikenang meskipun si perempuan telah tiada. Tidak seperti kecantikan lahiriah yang sementara. Setelah tua, ketika senja menyapa, ia tak menarik lagi. Manakah yang akan Anda pilih? Kecantikan sementara atau kecantikan abadi?

http://wandaruni.multiply.com/

Air Mata Umar

Air Mata Umar

By: agussyafii

Cerita favorit anak-anak Amalia adalah air mata Umar Bin Khattab. Air mata Umar Bin Khattab mengisahkan tentang kebiasaan Umar Bin Khattab, sang khalifah yang pada malam hari suka berkeliling di kota Madinah untuk memantau keadaan masyarakat. Sampailah pada suatu malam, tiba-tiba mendengar suara tangisan anak-anak disebuah gubuk karena penasaran Umar mendekati gubuk itu,

'Assalamu'alaikum,' salam Umar Bin Khattab. Dari dalam rumah terdengar menjawab salam, Wa'alaikum salam,' jawab seorang perempuan tua dengan lembutnya sambil mempersilahkan masuk. Alangkah kagetnya Umar menyaksikan tiga anak yang terus menangis sambil memegang perut diatas dipan yang sudah reot. Melihat keadaan seperti itu air mata Umar Bin Khattab mengalir begitu saja tanpa terasa. Kemudian dia bertanya kepada perempuan tua itu. 'Mengapa mereka menangis?'

'Mereka kelaparan, kedua orang tuanya sudah tiada sementara saya sudah tidak sanggup lagi untuk membeli makanan untuk mereka. Sejak kedua orang tua mereka meninggal sudah tidak ada lagi yang menjenguknya,' ucap perempuan tua dengan wajah bersedih. 'Bukankah ibu sedang menanak makanan?' tanya Umar terheran. Lalu perempuan itu menjawab, 'Saya telah membohongi mereka, bukan gandum yang saya tanak melainkan batu agar mereka berhenti menangis.' Umar nampak terkaget-kaget.

'Batu?' kata Umar tak lagi mampu menahan perih didadanya, hatinya terluka bagai disayat menyaksikan penderitaan yang dialami anak-anak yatim paitu dan seorang nenek tua itu. Air mata itu tak terbendung lagi, Umar Bin Khattab bergegas pamit meninggalkan mereka. Disaat di rumah Umar segera mengambil air wudhu untuk sholat dan berdoa, 'Ya Alloh, ampunilah hambaMu ini yang telah melalaikan mereka, Izinkan hamba menebus semua kesalahan.'

Dengan secepatnya Umar Bin Khatttab mengambil sekarung gandum,sekantong roti dan susu segar untuk diserahkan kepada anak-anak yatim piatu dan nenek yang membutuhkannya. Tak lama kemudian ketiga anak itu disuapinya oleh neneknya. Anak-anak terlihat lahap makannya. Nenek itu bercerita, ketika kedua orang tua masih hidup cinta dan kasih sayangnya kepada mereka bertiga senantiasa disuapi. Setiap suapannya dihasi dengan senyuman yang indah dari ayah dan ibunya. Sejak peristiwa itu Umar Bin Khattab berjanji tidak akan pernah ada lagi penduduk dinegerinya yang kelaparan.

Diakhir cerita saya berpesan kepada anak-anak Amalia bahwa sepatutnya kita meneladani kemuliaan budi pekerti Umar Bin Khattab yang peka terhadap lingkungan dan membantu meringankan penderitaan orang lain. Sebagaimana Nabi Muhamad SAW mengajarkan kita bahwa sebaik-baiknya manusia adalah bermanfaat bagi sesamanya.

Wassalam,
agussyafii

--
Tulisan ini dalam rangka kampanye program Kegiatan 'Amalia Satukan Hati (SEHATI)' Hari Ahad, Tanggal 14 Februari 2010 Di Rumah Amalia. Kirimkan dukungan dan komentar anda di http://agussyafii.blogspot.com atau http://www.facebook.com/agussyafii, http://www.twitter.com/agussyafii, atau sms di 087 8777 12 431

"ANDAI AL-QUR'AN BISA BICARA"

Andai Al-Qur'an bisa bicara,

ia akan berkata,


"waktu kau msih anak-anak,

kau bagai teman sejatiku,

dengan Wudhu kau sentuh aku,

dalam keadaan suci kau pegang aku,

kau baca aku dengan lirih dan keras,

sekarang kau telah dewasa,

nampaknya kau sudah tidak berminat lagi padaku,

Apakah aku bacaan usang????????????????

yg tinggal sejarah????????????????

sekarang kau simpan aku dengan rapi,

kau biarkan aku sendiri,

aku menjadi kusam dalam lemari,

berlapis debu, di makan kutu,

ku mohon peganglaj aku,

bacalah aku setiap hari,

karena aku akan menjadi penerang dalam kuburmu .......................!!!!!!!!!

Dakwah Yang Terlupakan

Syaikh Shalih bin Abdul Aziz alu Syaikh hafizhahullah berkata,

“Dakwah kepada tauhid merupakan warisan para nabi dan rasul. Akan tetapi dakwah ini, barangsiapa yang tidak hidup di atasnya dan tidak mendalaminya niscaya dia tidak akan memahami bagaimana cara mengajak kepada tauhid. Bahkan, terkadang ada saja orang yang menyangka bahwa hal itu -dakwah tauhid- tidak dibutuhkan lagi. Padahal, penghambaan makhluk kepada Allah jalla wa ‘ala -yang hal itu merupakan tujuan keberadaan makhluk- hanya akan bisa terwujud apabila mereka diseru untuk mengabdi kepada Allah jalla wa ‘ala dengan mentauhidkan-Nya, dengan memahaminya, mengetahui ilmunya serta berusaha untuk menerapkannya. Apabila anda membimbing manusia untuk mentauhidkan Allah dalam hal ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan mereka serta dalam apa saja yang diyakini oleh hati mereka, maka keyakinan dan tauhid itulah yang akan membangkitkan amal salih dan menempa jiwa yang tunduk dan kembali kepada Allah jalla wa ‘ala.”

“Jiwa semacam inilah yang layak untuk mendapatkan keutamaan pengampunan dosa. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits, ‘Wahai anak Adam, seandainya dosa-dosamu mencapai setinggi langit lalu kamu menemui-Ku dalam keadaan tidak mempersekutukan-Ku dengan apapun niscaya Aku akan menemuimu dengan ampunan sepenuh itu pula.’ ‘Wahai anak Adam, seandainya kamu menghadap-Ku dengan membawa dosa hampir sepenuh bumi lalu kamu menemui-Ku dalam keadaan tidak mempersekutukan-Ku dengan apapun niscaya Aku akan menemuimu dengan ampunan sepenuh itu pula. Wahai anak Adam, selama kamu terus berdoa dan berharap kepada-Ku niscaya Aku akan ampuni dosamu, dan Aku tidak peduli.’ Sesungguhnya keutamaan ini hanya diperoleh oleh ahli tauhid. Adapun jiwa yang musyrik atau dipenuhi dengan keragu-raguan, jiwa yang senantiasa dalam keraguan dalam urusan tauhid, maka jiwa yang semacam itu tidak akan mendapatkan berbagai keutamaan agama Islam, tidak pula keutamaan yang dijanjikan oleh Islam bagi pemeluknya ataupun keutamaan/pahala yang dijanjikan bagi ahli tauhid.”

“Oleh sebab itu, dalam keadaan manusia yang sangat membutuhkan dakwah tauhid ini, kami merasa heran terhadap sebagian orang yang mengatakan bahwa hal itu –dakwah tauhid- tidak diperlukan. Hal ini merupakan bentuk kelancangan mereka yang tidak memahami keagungan hak Allah jalla wa ‘ala serta bagaimana seharusnya mengagungkan Rabb kita jalla wa ‘ala. Padahal, sesungguhnya mengagungkan Allah hanyalah dengan mewujudkan tauhid dengan benar. Barangsiapa yang mewujudkan tauhid dengan benar berarti dia telah mengagungkan Allah. Dan barangsiapa yang melalaikan tauhid maka sesungguhnya dia telah melalaikan hak Allah, meskipun bekas sujud tampak di dahinya, meskipun puasa telah membuat kulitnya tampak tinggal tulang belulang, maka itu semua tidak ada harganya. Bahkan, Allah jalla wa ‘ala telah berfirman kepada nabi-Nya –yang artinya-, ‘Sungguh jika kamu berbuat syirik, niscaya seluruh amalmu akan terhapus dan kamu pasti akan termasuk orang-orang yang merugi.’ (QS. az-Zumar: 65).”

“Oleh sebab itulah kami sangat keheranan karena di sana ada banyak orang yang telah mencapai dalam hal ilmu dan dakwah seperti apa yang mereka capai –sangat luas ilmunya dan amat gigih dalam hal dakwah, pent-, akan tetapi di sisi yang lain mereka memiliki ucapan-ucapan syirik serta sikap yang menunjukkan ketidakpahaman mereka tentang hak Allah, perbuatan ekstrim/ghuluw yang tercela, ketergantungan hati kepada selain Allah; yang itu semua dapat kalian lihat dan kalian dengar melalui kitab-kitab dan sumber yang lainnya. Hal ini merupakan bagian dari fitnah yang semakin dahsyat yang akan terus terjadi hingga tegaknya hari kiamat nanti.”

(Syarh Kasyfu asy-Syubuhat, hal. 4)