Minggu, 23 Agustus 2009

Cinta kepada Rasulullah Shallallahu Alahi Wassallam

AlDakwah.org --- Seperti yang kita ketahui bersama, jasad yang kita bawa dan anggota badan yang kita gerakkan tidak mungkin akan terjadi kecuali mengikuti perasaan yang ada dalam hati kita. Dan seseorang tidak mungkin akan tahu secara yakin kalau ada orang yang menyukai atau membencinya kecuali dengan perbuatan. Kalau kita mencintai seseorang kita akan melaksanakan segala perintahnya tanpa ada rasa berat sedikitkan, walau bagaimana sulitnya melaksanakan perintah itu. Begitu pula sebaliknya, sangat berat melaksanakan perintah orang yang tidak kita sukai.

Dari pengantar sedikit di atas, kita bandingkan diri kita dengan Allah SWT dan Rasul-Nya. Apakah kita sudah mencintai keduanya dengan benar sebagai bukti keimanan kita atau bahkan sebaliknya. Allah SWT memberikan perintah kepada kita sebagai orang yang beriman seperti dalam firmanNya:

Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah Timur dan Barat itu suatu kebaktian, akan tetapi sesungguhnya kebaktian itu ialah beriman kepada Allah, Hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa. (QS. 2:177).

Segala perintah Allah SWT dalam ayat tersebut, tidak mungkin bisa dilaksanakan anggota tubuh kecuali dengan adanya rasa cinta kepada yang memerintahkan semua itu (Allah SWT). Perhatikan sabda Rasulullah SAW:

"Ada tiga perkara, apabila seseorang mendapatkannya dalam dirinya maka ia telah mendapatkan manisnya iman: Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya dari pada yang lainnya, ia mencintai seseorang tiada lain hanya karena Allah dan ia benci kembali ke dalam kekufuran sebagaiman ia benci dicampakkan ke dalam api neraka. (HR: Bukhari 16, Muslim 43).

Kedudukan yang tinggi yang didapatkan seorang mukmin (manisnya iman) hanya akan didapatkan dengan tiga perkara yang dijelaskan dalam hadits di atas.

1. Cinta kepada Allah SWT dan RasulNya mengalahkan segala-galanya. Perhatikan sabda Rasulullah SAW:

"Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga saya lebih dicintainya dari pada ayahnya, anaknya dan sekalian manusia". (HR: Bukhari 15)

Allah SWT memberikan peringatan kepada siapa saja yang tidak mencintai Allah dan Rasul-Nya dalam firmanNya:

Katakanlah:"Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kamu cintai lebih daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (QS. 9:24)

2. Orang beriman yang saling mencintai hanya karena Allah SWT bukan karena maksud yang tidak benar. Allah SWT berfirman dalam dalam sebuah hadits qudsi:

Mahabbah-Ku tertuju kepada orang-orang yang saling mencintai karena Aku, orang-orang yang duduk bersama-sama karena-Ku dan orang-orang yang saling mengunjungi karena-Ku (HR: Ahmad 22083, Ibnu hibban 575, Hakim 7314, Musnad Ar-Rabi' 69, Malik dalam Muwaththa' 1711).

Orang yang demikian juga termasuk tujuh orang yang akan mendapat jaminan pada hari qiyamat.

3. Ia merasakan bahwa petunjuk yang diberikan Allah SWT kepadanya adalah nikmat yang tidak terkira dan tidak ingin kembali ke dalam kekufuran. Bahkan andaikan dipaksa untuk meninggalkan agama atau dibakar dengan api ia akan memilih dibakar dari pada meninggalkan agama, seperti yang terjadi terhadap ashhabul ukhdud.

Cinta kepada Allah SWT dan Rasul-Nya SAW harus dibuktikan kebenarannya dengan amal perbuatan sehari-hari dengan beribadah mengikuti yang telah dicontohkan Rasulullah SAW. Firman Allah SWT:

Katakanlah:"Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. 3:31)

Katakanlah:"Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya; Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir". (QS. 3:32)

Kalau seorang muslim rajin beribadah kepada Allah SWT, berarti nilai cintanya kepada Allah SWT dan Rasul-Nya tinggi. Apabila ibadahnya kurang berarti kurang juga kecintaannya kepada keduanya. Siapa yang mencintai Allah SWT dan Rasul-Nya ia pasti menyukai shalat, puasa, zakat dan ibadah yang lainnya, karena Allah SWT dan Rasul-Nya mencintai semua itu. Ia juga membenci segala macam kemungkaran karena keduanya membenci semua itu.

Kalau kita menengok sejarah para salafus shaleh, bagaimana cinta mereka kepada Rasulullah SAW, pasti setiap manusia, bukan cuma orang-orang yang beriman saja, akan berdecak kagum, karena sudah keluar dari batas kebiasaan manusia. Adalah Khabib bin 'Adi r.a. ketika ditawan oleh kaum Quraisy dan dipancang ditiang salib ditanya oleh mereka: "Apakah kamu mau selamat dan kembali berkumpul bersama keluargamu dan Muhammad berada di tempatmu"? Ia dengan tegas menjawab: "Demi Allah, saya tidak rela selamat (dari pembunuhan) sedangkan Rasulullah SAW tertusuk duri (apalagi kalau sampai terbunuh)". Dengan cintanya yang luar biasa kepada Rasulullah SAW ia lebih senang dirinya mati terbunuh dari pada Rasulullah SAW mendapat musibah, walaupun hanya tertusuk duri.

Dalam cerita yang lain, ketika Rasulullah SAW tertidur di rumah Ummu Sulaim. Ia mengumpulkan keringat yang mengucur dari kening Rasulullah SAW dan memasukkannya ke dalam botol. Akhirnya Rasulullah SAW terbangun dan bertanya: "Apa yang kamu lakukan?' Ia menjawab: "Hai Rasulullah, kami mengambil keringatmu untuk kami jadikan minyak wangi". Suhail bin 'Amar berkata: "Saya pernah bertemu raja-raja, Qaishar dan Kisra, maka saya tidak pernah menemukan seseorang yang mencintai orang lain seperti cintanya sahabat Rasulullah SAW kepada beliau.

Kalau kita ingin mendapatkan iman yang sempurna hendaknya kita selalu mengikuti jejak langkah Rasulullah SAW dalam segala hal. Karena hal itu memang merupakan syarat diterimanya ibadah seseorang di samping dalam ibadah tersebut harus ikhlas hanya karena Allah SWT semata.

Sering terjadi kekeliruan dalam masyarakat kita dalam membuktikan kecintaan kita kepada Rasulullah SAW, yaitu dengan melakukan berbagai macam kegiatan yang dianggap sebagai ibadah namun sebenarnya tidak ada contoh sedikitpun dari Rasulullah SAW, juga tidak pernah dicontohkan para sahabat dan tabi'in yang merupakan generasi terbaik dari umat ini. Hal-hal seperti ini yang pernah diingatkan Rasulullah SAW dalam sebuah hadits:

"Siapa yang membikin yang baru dalam perkara kami ini yang bukan merupakan bagian darinya maka ia ditolak" (HR:Muslim)

Betapa ruginya kita kalau melakukan suatu pekerjaan dengan mengeluarkan tidak sedikit biaya dan sangat menguras tenaga, namun ternyata perbuatan itu ditolak oleh Allah SWT. Maka dari itu, untuk mewujudkan kecintaan kita kepada Allah dan Rasul-Nya, marilah kita bersama-sama meningkatkan amal ibadah kita dengan beribadah hanya karena Allah semata dan dengan ibadah yang pernah dicontohkan Rasulullah SAW tanpa ada penambahan dan pengurangan terhadap yang beliau sampaikan.

Rasulullah SAW telah menyampaikan seluruh ajaran agama tanpa meninggalkan sedikit juapun. Sehingga ajaran agama ini sempurna. Firman Allah SWT:

Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agamamu. (QS. 5:3)

Oleh karena itu kalau kita berani melakukan penambahan terhadap ajaran agama yang beliau bawa, ini berarti kita telah menghina Rasulullah SAW dengan melakukan kegiatan agama yang tidak pernah beliau contohkan dan juga tidak pernah dicontohkan para sahabat r.a. yang merupakan generasi terbaik dari umat ini.

( Mahabbatu Ar-Rasul SAW-Abdul Aziz Abdurrahman Al-Muqhim (Khuthbah Jum'at) diterjemahkan secara bebas dan beberapa penambahan oleh Abu Syafii)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar