Minggu, 02 Agustus 2009

Menjemput Pertolongan Allah

Oleh: Rokhmat S. Labib, M.E.I
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu (TQS Muhammad [47]: 7).
Datangnya keme-nangan meru-pakan dambaan setiap Mukmin. Namun sayang-nya, tidak semua orang menge-tahui jalan untuk meraihnya. Akibatnya, mereka justru mela-kukan tindakan yang men-jauhkan diri dari kemenangan. Ada juga yang telah berjuang dengan benar. Namun ketika kemenangan tidak kunjung tiba, mereka berbelok dan mengambil langkah pragmatis. Alih-alih pertolongan, mereka justru terjerumus kepada kemaksiatan dan kekalahan.
Kemenangan kaum Muslim sesungguhnya merupakan per-tolongan Allah SWT. Agar mendapat pertolongan-Nya, sejumlah ketentuan yang ditetapkan Allah SWT harus dipenuhi. Ayat di atas membe-rikan panduannya kepada kaum Muslim .
Janji Pertolongan
Allah SWT berfirman: Yâ ayyuhâ al-ladzîna âmanû in tanshurûl-Lâh (hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong [agama] Allah). Khithâb atau seruan ayat ini ditujukan kepada kaum Mukmin. Mereka diberikan kabar gembira apabila bersedia 'menolong Allah'.
Ungkapan tersebut tentu bukan bermakna hakiki. Sebab, Allah SWT tidak membutuhkan pertolongan hamba-Nya. Justru Dialah yang berkuasa menolong dan memenangkan hamba-Nya sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya: wa mâ al-nashr illâ min 'indil-Lâh al-'Azîz al-Hakîm (dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana; TQS Ali Imran [3]: 126). Dia pula yang mengalahkan dan menghinakan siapa pun yang dikehendaki-Nya (lihat QS Ali Imran [3]: 26).
Sebagaimana dijelaskan Abu Hayyan al-Andalusi dalam Tafsîr al-Bahr al-Muhîth, ung-kapan ‘menolong Allah’ tersebut bermakna menolong agama-Nya. Di samping agama, juga menolong rasul-Nya. Demikian Ibnu al-Jauzi, al-Zamakhsyari, al-Baidhawi, dan Syihabuddin al-Alusi dalam kitab tafsir mereka.
Dipaparkan Abdurrahman al-Sa'di, amaliyyah praktis 'menolong Allah' adalah dengan melaksanakan agama-Nya, berdakwah kepadanya, dan berjihad melawan musuh-musuhnya, yang kesemuanya dilakukan dengan niat ikhlas karena-Nya. Penjelasan senada juga disampaikan oleh Abdul Lathif 'Uwaidhah dalam Haml al-Da'wah Wâjibât wa Shifât. Bahwa ungkapan 'menolong Allah' itu meliputi: mengimani syariah yang dibawa Rasul, berpegang teguh dengan hukum-hukum dibawa, mentaati perintah, dan menjauhkan larangannya.
Apabila amal tersebut sudah dilakukan, maka: yanshur-kum (niscaya Dia akan meno-longmu). Oleh al-Syaukani dalam Fath al-Qadîr frasa ini dimaknai, Allah SWT akan menolong kalian atas kaum kafir dan memberikan kemenangan kepada kalian. Jika pengertian menolong agama Allah SWT dimaknai secara luas sebagaimana diungkap Abdul Lathif di atas, maka pertolongan itu juga meliputi cakupan yang luas. Siapa pun yang hendak menjalankan syariah-Nya, maka Allah SWT akan menolong dan membantunya. Al-Alusi menya-takan, ayat ini memberikan makna bahwa Allah SWT menguatkan dan memberikan taufik kepada kalian untuk langgeng dalam ketakwaan.
Di samping itu juga: wayutsabbit aqdâmakum (dan meneguhkan kedudukanmu). Kata aqdâm merupakan bentuk jamak dari kata qadam yang berarti kaki bagian bawah. Sekalipun yang disebutkan hanya kakinya, akan tetapi yang dimaksudkan adalah keselu-ruhan diri penolong agama Allah. Ibnu Jarir al-Thabari menjelaskan frasa tersebut, “Allah akan menguatkan kalian atas mereka dan membuat kalian menjadi berani hingga tidak lari meng-hadapi mereka, kendati jumlah mereka banyak dan jumlah kalian sedikit.
Selain ayat ini, janji tersebut juga disampaikan dalam firman Allah SWT: Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama) -Nya. Sesung-guhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa (TQS al-Hajj [22]: 40).
Syarat Pertolongan..
-
lnjut:http://www.mediaumat.com/index... mp;task=view&id=479&Itemid=2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar